M a t e
Kugigit bibir bawah, rasanya ingin mati saja. Sudah lebih dari tiga bulan aku diculik oleh perdagangan manusia—ah tidak aku rasa lebih tepatnya perdangan para omega, untung saja aku tidak pernah terpilih untuk disetorkan ditempat tempat pengembangan.
Menjijikan.
Kejadiannya hari itu, saat aku pulang dari kuliah. Tiga orang datang dan menghantamku kuat dengan balok kayu, bahkan untuk melihat tampang mereka saja tidak bisa. Saat bangun aku sudah berada disini, aku kebingungan, tapi teman sekamarku menjelaskannya.
Jadi kami yang berada disini adalah penghasil keturunan. Dikumpulkan dan diedarkan layaknya barang, jika sudah tidak berguna maka kau bisa bebas, namun bukan itu jaminan utamanya. Kematian adalah hal yang paling terutama yang kau terima.
Tempat ini tidak begitu buruk, seperti rumah mewah biasanya. Hanya saja para alpha dan beta yang datang dengan keganasan mereka. "Hei lisa!" Aku membalik lambat, menaikkan satu alisku. "Kenapa?"
"Aku pikir kita akan dipilih kali ini." Kutatap jisoo dengan malas, berulang kali ia mengatakan itu saat para pembeli menatap kami, memilih barang yang bagus menurut mereka. "Aku tidak perduli dengan itu jisoo, kita berada disini saja sudah gila."
Saat asik menjawab perkataan jisoo, seorang pemuda berdiri didepanku, tersenyum ramah. "Apa?!" Dia malah semakin tersenyum, menarik tanganku keluar dari balisan panjang. "Aku menginginkan gadis ini." Aku melotot mendengar ucapannya, ahh jangan bilang dia suka menyiksa orang.
"Wah pilihanmu selalu terbaik Tuan muda."
Kutatap lagi pemuda ini, pakaiannya rapi, serta tampangnya begitu mengangumkan. Namun jika dia berada disini sama saja dengan dia adalah bajingan dengan penuh nafsu, tidak lebih dari seorang yang sedang mencari pelampiasan untuk menampung cairannya, lalu berakhir dengan rumah perbudakan.
"Dia baru saja kami dapatkan, yah meskipun sudah terhitung cukup lama."
"Tolong urus sisahnya mark."
"Siap tuan."
Aku meliriknya lagi, ekpresinya tetap sama. Tersenyum layaknya orang baik, uhh aku benci dengan orang seperti ini. Aku berani menjamin jika orang didepanku ini adalah orang bermuka dua. Munafik dan naif.
"Jadi, silahkan nona lisa."
"Cih"
Pria jangkung tinggi yang melebihiku mempersilahkan dengan tangannya, kuputar bola mata malas. Sampai dipertengahan aku melihat jisoo juga diambil pemuda yang tersenyum aneh padaku, begitu pula dengan rose dan jennie.
Lengkap sudah, kami berempat yang memang berteman dan sekamar diambil oleh pria aneh itu. Jisoo berlari setelah melihatku, memeluk erat dan menghapus air matanya. "Kan sudah aku bilang lisa, kita akan diambil kali ini. Aku takut."
Huh, jisoo memang terlalu feminim. Dia wanita yang baik dan cengeng, tapi itulah kenapa aku begitu nyaman dengan gadis ini. Dia bagaikan sosok ibu sekaligus kakak bagiku, ku elus surainya, memberikan ia ketenangan.
"Sudahlah, semua akan baik-baik saja selagi kau masih denganku." Ia menatapku heran, "Kenapa memang kalau aku bersama dirimu lisa?"
"Karena aku akan melindungimu, sudahlah. Ayo jalan, rose dan jennie pasti sudah menunggu dengan ketakutan sepertimu jisoo."
"Hmm"
Tidak lama kami berjalan, akhirnya pengelihatanku menangkap keberadaan rose dan jennie yang berdiri menunduk, miris. "Rose! Jennie!" Keduanya serentak mengalihkan pandangan mereka, berhambur kearah kami, "Uhh... Syukurlah kita bersama, Hiks.. aku kira kita akan terpisah..."
Rose menangis dipelukan jisoo dan jennie hanya mengenggam tanganku erat. "Kita akan dijual kemana?" Jennie menatapku dengan cemas, aku menggeleng, ia semakin panik. "Yang pasti kita tidak akan bisa hidup tenang."
"Masuklah nona, tuan muda sudah menunggu."
Mark, yah itulah yang aku tau tentang namanya. Ia menyuruh kami agar masuk, tapi tak ada yang bergerak, sebelum semakin menjadi buruk, kuputuskan untuk diriku masuk terlebih dahulu. Lalu jisoo, rose dan jennie menyusul.
"Nona rose dan jennie bisa pindah kemobil sebelahnya, karena akan terasa sempit—"
"Diamlah, kami tidak merasa sempit. Jadi abaikan saja kami, jangan terlalu mengusik kehidupan kami." Aku menatapnya nyalang. Mark, ia menghembuskan nafasnya tanpa minat. "Sudah kuduga prilaku kalian seperti perempuan rendahan."
"Apa kau bilang?!!!"
"Lisa sudahlah lis. Jangan membentak kumohon..."
Aku menatap jisoo dengan marah, "Dia baru saja merendahkan kita jisoo! Kau pasti sadar dengan apa yang diucapkannya, dasar brengsek." Jisoo semakin menahanku, sampai jennie dengan keberaninannya menutup pintu mobil.
"Sudahlah lisa, tidak perlu didengarkan. Yang terpenting kita sekarang bersama-sama." +Jennie meringkuk dengan memeluk tubuhnya sendiri, sedangkan rose menutup telinganya kuat.
"Tuhan.. tuhan tolong kami, aku takut, takut... "
M a t e
Tiga jam diperjalanan, akhirnya kami sampai disebuah rumah megah, lebih megah dari pada tempat penampungan yang kami tinggali. Masuk dengan begitu banyak maid dan penjaga, sampai sebuah penampakan didalam rumah ini yang membuatku ingin muntah.
Mengeluarkan segalanya, sedangkan rose sudah sejak tadi pingsan. Jisoo yang terduduk lemah, dan jennie yang menutup mata.
Didepan kami, dimana para pria hidung belang yang bersenang-senang melakukan penyatuan dengan kekerasan. Mereka tak malu memperlihatkannya dimuka umum, didepan tv, meja makan, dapur, tangga. Mereka seakan kehilangan harga diri. cih aku pikir mereka bukanlah ras tertinggi.
Satu orang yang menarik perhatianku, lelaki yang sepertinya bertugas mengawasi para maniak sex. Dia duduk dengan menghisap rokoknya, bersandar dan sesekali memakan kacangnya. Sampai ia menyadari tatapanku, tersenyum dan melambaikan tanganya.
Ia berjalan kearahku, tanpa permisi mengalungkan tangannya. " Wah bos sepertinya mendapatkan jackpot. Cantik, mulus dan... perawan. "
Aku berusaha menamparnya, namun ia lebih cekatan. Ia menahan tanganku, "Hoo... dan begitu agresif... menarik. Kau bisa disewa dengan harga mahal, juga perlakuan istimewa jika seperti ini. Ahh.. teman-temanmu ya? Mereka sepertinya tidak siap. Kalian ini..."
Ia melepaskan tanganya, berjongkok dan menggelus rambut jisoo. Aku mencegatnya, "Hentikan tanganmu!"
Plak!
"Hei sialan! Kau pikir siapa dirimu?! Beraninya budak kecil sepertimu menepis tanganku! Ingat! Kau dipekerjakan disini, jangan berbesar hati! Kau makhluk rendahan! Urus mereka, nanti malam aku akan menyiapkan hadiah untuk jalang jalang kecil kita~"
Para maid mengangguk, mengendurkan diri dan membawa kami pergi. Aku menatapnya sekali lagi, memberinya sebuah kerutan kemarahan. Memberitahukan jika aku tidak suka, tapi ia malah tersenyum menang.
Dan aku bisa melihat apa yang diucapkannya meski tidak dengan suara. 'Kau akan menerima sesuatu yang luar biasa malam ini' Itulah yang aku lihat dipergerakan bibirnya. Setelah itu kami dipisakan, masuk dalam ruangan yang berbeda-beda.
M a t e
KAMU SEDANG MEMBACA
M a t e [Lisa+Taehyung] END
LobisomemCara Tuhan mempersatukan kita dengan berbagai cobaan, tapi aku akan selalu mengingat setiap perlakuan manis mu.