Memulai

6 0 0
                                    

Aku lupa bagaimana cara memulai sebuah obrolan dengan lawan jenis.

Aku sudah lupa.

Hal itu sudah lama sekali aku tidak lakukan.

Bagaimana sih caranya ngobrol saat pertama kali bertemu dengan seseorang?

Apakah akan deg deg an? Ataukah akan malu-malu?

Apakah akan merasa biasa? Ataukah akan senang-senang?

Apakah akan merasa takut? Ataukah akan tenang-tenang?

Mungkin terdengar mudah apabila orang-orang bilang hanya tinggal bertemu dengan orang tersebut, lalu jabat tangannya, berkenalan, minta nomor teleponnya, lalu bicara panjang lebar hingga mencari kesamaan hobi atau makanan kesukaan yang sama atau lagu favorit. 

Tapi apakah sekarang masih mungkin melakukan hal tersebut? 

Zaman sudah berubah. Orang sibuk dengan handphone masing-masing. Jika diajak bicara, ia hanya akan menjawab dengan sepatah dua patah kata lalu perhatiannya kembali ke handphone-nya.

Mungkin juga karena sudah terbiasa dengan kalimat "Jangan banyak bicara dengan orang yang tak dikenal."

Dulu hal ini membuatku terpacu dan tertantang. 

Aku pernah melakukannya. Berkenalan dan mendapatkan nomor teleponnya. Lalu aku cukup sering menghubunginya. Teman-teman bilang aku gila dan nekad. 

Sekarang aku sudah lupa bagaimana.

Aku juga agak merasa hal itu tidak penting lagi untuk dilakukan. 

Untuk apa aku harus berjuang keras apabila berakhir dengan penyesalan? Lebih baik aku fokus pada diriku sendiri. Mencari apa yang masih bisa aku kembangkan.

Jika aku menjadi lebih baik, mungkin orang yang lebih baik juga akan datang padaku.Dan kemudian aku bisa memulainya dengan indah.

Ya mungkin.

Karena tidak semua akan berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan.

Berimajinasi sih boleh tapi jangan lupa kenyataan yang terjadi bisa saja sangat pahit.

Lebih pahit dari kopi hitam yang baru saja diseduh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MemulaiWhere stories live. Discover now