Jennie tidak pernah mengira bahwa nasibnya akan serumit ini. Ia tidak pernah mengira bahwa dirinya akan terlibat di dalam kisah hidup ketiga pemuda yang ia kenal.
Bagi Jennie, baik Yoongi, Sehun, mau pun Daniel pernah memiliki porsi tertentu di hatinya. Bagi Jennie, ketiganya pernah memahat memori tersendiri di benak wanita itu. Bagi Jennie, perasaannya terhadap ketiga pemuda itu tidak pernah masuk ke dalam kategori main-main.
Namun, di antara ketiga pemuda itu, hanya ada satu pemuda yang memiliki porsi yang lebih besar di sudut hati Jennie. Awalnya, Jennie merasa ragu. Namun kini, perasaan itu semakin jelas dan tidak dapat dibendung lagi. Perasaan yang meluap-luap itu kian menyiksa batinnya.
Meski begitu, untuk saat ini Jennie harus mengesampingkan perasaannya. Karena, saat ini dirinya sedang berada di sebuah ruang rawat di Rumah Sakit. Di hadapannya, tampak seorang wanita yang sedang terbaring dengan wajahnya yang terlihat pucat.
Wanita itu adalah Kim Jisoo. Wanita yang menjadi dalang dibalik kehancuran hidup Jennie.
Jennie mengetahui kondisi Jisoo melalui Sehun yang tiba-tiba saja menghubungi dirinya. Entah lah, namun firasat Jennie mengatakan bahwa Sehun memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan Jennie dan Jisoo.
Meski enggan, pada akhirnya Jennie tetap menuruti permintaan Sehun. Jadi, di sini lah ia berada. Hanya berdua bersama Jisoo di dalam sebuah ruang rawat.
Sedari tadi, Jennie hanya menundukkan wajahnya membiarkan Jisoo melemparkan tatapan tajam terhadap dirinya.
"Kenapa kamu datang ke sini? Ingin melihatku yang sedang terkena musibah? Ingin tertawa di atas penderitaanku?" Pada akhirnya, Jisoo membuka suara, memecah keheningan antara dirinya dan Jennie.
Jennie memberanikan dirinya untuk membalas tatapan Jisoo. Sebisa mungkin, ia memasang tampang datarnya. Ia tidak ingin terlihat gentar di hadapan Jisoo. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya setara dengan Jisoo.
"Aku tidak akan datang ke sini jika Sehun tidak memohon padaku," ucap Jennie dengan nada bicaranya yang terdengar luar biasa datar.
Jisoo tersenyum sinis. "Sehun? Rupanya kamu masih berhubungan dengannya. Tidakkah kamu malu masih berhubungan dengan tunangan orang lain? Tidakkah kamu memiliki harga diri?"
Jisoo kemudian menjentikkan jarinya. "Ah, aku lupa. Sejak dulu, kamu tidak pernah memiliki harga diri. Aku lupa bahwa kamu bahkan dengan mudahnya menyerahkan mahkotamu kepada Sehun. Ketara sekali bahwa kamu mengemis cinta dari orang lain karena keluargamu yang sama sekali tidak memperhatikanmu. Ha. Keluargamu bahkan jauh lebih memperhatikan diriku."
Jennie menggenggam jemarinya kuat-kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Saat ini, ia sedang menahan amarahnya yang sudah bergejolak. Ia merasa bahwa kalimat Jisoo terlampau keterlaluan dan benar-benar menguji kesabarannya.
Jika yang sedang berdiri di hadapan Jisoo adalah Jennie di masa lalu, maka wanita itu pasti sudah melakukan percobaan pembunuhan pada Jisoo, persis seperti yang ia lakukan di masa lalu. Namun, sejak ia mengenal Daniel, perlahan Jennie dapat mengendalikan emosinya sendiri. Berkat Daniel, Jennie belajar bahwa tidak semua hal harus diselesaikan dengan cara kekerasan.
Daniel mungkin pernah melakukan kesalahan yang fatal. Namun, Daniel tidak pernah mengasarinya. Setidaknya, Daniel yang pernah singgah di hidup Jennie tidak melulu menjadi sumber mimpi buruk bagi Jennie.
"Kim Jisoo, tidakkah kalimat yang kamu lontarkan tadi sedikit keterlaluan? Aku datang ke sini tidak untuk bertengkar denganmu. Aku ingin mengetahui kondisimu. Tidak bisakah kamu sekali saja memandangku bukan sebagai seseorang yang kamu benci, melainkan sebagai temanmu di masa sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Good Night (Jennie Kim & Privated) ✓
Short StoryCerita ini dalam mode private. Min Yoongi dan Oh Sehun tidak pernah mengira bahwa takdir akan mempertemukan mereka kembali dengan sosok yang sudah menghancurkan diri mereka di masa lalu, Jennie Kim. Di sisi lain, Jennie Kim bukan lah sosok yang sama...