"Tahun Baru"

47 43 25
                                    

Matahari sudah sangat terik, Zeze berjalan menuju rumah sakit untuk kerja dengan langkah kaki sangat cepat dan berat. Mengingat omongan kak Sasya sebelumnya membuat Zeze gugup setengah mati. Dari semalam Zeze gak bisa tidur hanya memikirkan alasan apa yang harus ia katakan kepada teman-teman mengenai Putra, hingga Zeze tidak mendengar alaram paginya.

Berfikir sepanjang malam, membuat alasan dari A sampai Z tetap saja membuat Zeze gugup, dan bingung harus menjelaskan bagaimana.

***
06.45
Putra sudah berdiri di dekat instalasi gizi, Putra yang habis dinas malam selalu menunggu kedatangan Zeze hanya untuk menyapa dan melihat senyum Zeze.

Ini sudah 10 menit putra menunggu Zeze di dekat instalasi gizi tapi Zeze masih belum datang, Zeze yang biasa datang lebih awal, tapi hari ini Zeze telat dari jam biasanya.

Putra selalu melirik setiap karyawan yang datang, tapi itu bukan Zeze. Menunggu dan melirik jam ditangannya.

"Apa Zeze segini gugupnya karena kejadian kemaren jadi gak ingin datang lebih awal?" Putra tersenyum dan menunggu di tempat yang sama.

Dari semalam semua karyawan rumah sakit sudah heboh mengenai hububgan Zeze dan Putra. Berkali-kali Putra menjelaskan bahwa hubungannya dan Zeze hanya temanan, namun tetao saja berita Zeze dan Putra sudah sampai di setiap sudut rumah sakit.

07.00
"Ini bukan malu lagi, apa Zeze ketiduran ya?" Putra panik setelah menunggu beberapa lama tapi masih tidak melihat sosok Zeze. Putra memutuskan menunggu Zeze di depan pos satpam.

*KRING... "Putra"
Zeze yang tengah berada di penyebrangan menuju rumah sakit, meraih hp genggamnya dan mengangkat dengan buru-buru. "Assalamualaikum, gue lagi nyebrang! Assalamualaikum" Zeze buru-buru mematikan telpon dari Putra dan berlari menuju rumah sakit.

Tidak biasa-biasanya Zeze telat, setelah kerja dua bulan baru kali ini Zeze telat. Berlari menuju instalasi gizi dengan nafas yang berat dan pendek.

"Assalamualaikum, maaf bu Zeze ketiduran" Zeze meninggalkan tasnya dan berlari menuju ruang rawat untuk mendampingi pantry membagi makan pasien.

Setelah selesai membagikan makan, Zeze melangkah turun menuju instalasi gizi. Tiba-tiba lift terbuka, sosok pria berjalan buru-buru keluar lift dengan wajah panik,menatap Zeze tepat di depan lift yang tengah terbuka.

"Ya Allah Ze, gue kira lo telat." Putra menarik nafas lega dan menatap Zeze

"Kan tadi gue udah bilang lagi nyebrang! Gue telat dikit doang" Zeze bingung dengan sifat Putra pagi itu

"Gue gak dengar lo ngomong apa, gue dri tadi nunggu lo di pos satpam dan gak ada yang liat lo datang, gue udah cek dari lantai empat" Putra menjelaskan betapa paniknya.

"Gue gak papa ko" Zeze bingung dengan sifat Putra yang panik hanya katena Zeze telat.

"Gak biasanya kamu telat neng, aku gak mau kamu ada masalah karena telat! Yaudah kamu kerja lagi aja. Kerjanya yang semangat ya" Putra tersenyum dan berjalan meninggalkan Zeze.

Sepanjang hari Putra dan Zeze selalu jadi topik di rumah sakit. Bahkan ini sudah dua minggu lebih setelah Zeze dan Putra jalan tapi masih saja menjadi perbincangan di rumah sakit.

"Oh itu cewe yang lagi di deketin Putra"
"Kenapa dia mau ya sama putra?"
"Itu anak gizi yang sering di sebrangin Putra"
"Itu cewe yang selalu di ceritain Putra"

Semua pertanyaan itu selalu di dengar Zeze ketika ia berjalan pulang, baik secara langsung atau berbisik yang masih dapat di dengar oleh Zeze. Zeze dan Putra tidak begitu menanggapi omongan rekan kerjanya.

"Ze sini deh" bapak Rudi satpam melambaikan tangannya dan memanggil Zeze yang hendak menyebrang.

"Iya kenapa pak?" Zeze berjalan dan mendekati pak Rudi.

Pak Rudi diam sesaat dan menatap wajah Zeze peln "Ze, kalau di perhatiin, lo sama Putra mirip deh" pak Rudi menatap Zeze dengan serius

"Ya Allah bapak, kirain mau ngomong apa. Putra pake kerudung? Ngaco ah, aku pulang pak" Zeze berbalik dan meninggalkan pak Rudi yang masih ngotot mengatakan bahwa Zeze dan Putra mirip. Pernyataan itu sudah bukan pertama kalinya lagi di dengar oleh Zeze. Teman instalasi gizi juga suka mengejek Zeze dan Putra mirip, pengemudi, petugas loundry dan perawat juga. Bahkan Naumi juga mengatakan hal yang sama setelah melihat putra secara langsung di rumah sakit (bagian 9).

1 pesan baru "Putra"
"Neng tahun baru mau kemana? Jalan sama gue ya"

Zeze memang tidak punya rencana sama sekali untuk acara tahun bruannya. Kak Sasya dinas sore, Naumi sibuk dengan acara kampusnya.

"Gue gak kemana-mana. Lagi malas keluar. Kalau lo mau duduk di depan kosan gue aja. Lo gak tahun baru sama keluarga?" Zeze

"Oke, ntar gue jemput di kosan ya." Putra

Putra dan Zeze yang awalnya hanya ingin menikmati tahun baru di kosan gagal, karena ada anak kosan yang lebih dulu duduk disana. Zeze yang dandan seadanya terpaksa dibawa Putra keliling Jakarta. Lagi-lagi wajah jelek dan penampilan seadanya Zeze yang diliat Putra.
Langit hitamnya malam penuh dengan cahaya warna warni malam itu. Semua mata memandang dan menatap indahnya langit Jakarta malam itu.

"Kamu gak mau foto atau merekamnya Ze?" Putra menatap Zeze yang tengah sibuk menatap langit hitam penuh dengan cahaya itu. Berbeda dengan orang-orang sekitar mereka yang memegang hp, mevideo, foto dan mengabadikan moment malam itu.

"Gak putra. Gue udah merekamnya dengan indah di kepala gue. Buat apa di foto atau divideo? Mending dilihat dan dinikmati." Zeze bahkan tidak menatap putra saat menjawab pertanyaannya, hanya memandang langit yang indah malam itu.

Zeze memang sangat menyukai bintang, bulan, langit buru, dan sunset. Beberapa kali jalan bersama Putra, ketika Putra mengantarkan Zeze jalan pulang ketika dinas sore "Liat deh Put, Bulannya bagus" atau gak "Putra di Jakarta bintang memang sedikit ya? Gak bagus!" Dan terakhir kali nya "Putra liat deh, indah banget kan? Langitnya warna pink, anehnya gue gak pernah bosan dan selalu jatuh cinta ketika langit di saat senja begini Putra"

Putra yang dari tari memegang hp nya kembali memasukkan kedalam kantong celananya. Tersenyum mendengar kata-kata sederhana Zeze. "Tahun depan rayainnya sama gue lagi ya, gue bakal ajak lo keluar kota buat rayain tahun baru bareng gue, bukan di Jakarta yang macet kaya begini" kata Putra

"Masihkah tahun baru ku akan seindah itu? Atau malah mengingat mu dan membuat sesak di dadaku? Aku selalu mengingat mu di setiap hal kecil yang aku lakukan Putra. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?"

Sebenarnya apa yang terjadi antara Putra dan Zeze? Kenapa seolah-olah sudah tidak ada Putra lagi? Apa Putra meninggalkan Zeze?

Comment dan vote ya!!
Kalau penulisan dan ceritanya membosankan tolong di comment ya, biar bisa jadi pelajaran di bagian-bagian berikutnya.

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang