Semua karyawan di rumah sakit sudah sibuk semenjak satu bulan yang lalu. Perawat, dokter, radiologi, ahli gizi, laboratorium, farmasi, kesehatan lingkungan, k3, promosi kesehatan dan bidang penunjang lainnya sibuk mempersiapkan akreditasi yangakan datang. Lembur, datang pagi pulang malam, menyiapkan berkas dokumen, pelayanan pasien yang wajib dan rutin juga tetap dilaksanakan.
Keadaan fisik Sasya dan Zeze sudah tidak karuan lagi semenjak dua minggu terakhir, kerja yang terlalu berat dan jadwal makan yang tidak jelas selalu menjadi penyebab Zeze dan Sasya selalu lemah dan lemas.
Sasya sudah dua kali dibawa ke IGD dan di anjurkan rawat karena kondisi fisiknya yang lemah.
"Rawat aja kak, nanti aku temani di rumah sakit" Zeze datang ke IGD dan meyakinkan Sasya untuk dirawat. Sasya adalah anak perantauan dari jawa, tidak punya keluarga di Jakarta. Sama halnya seperti Zeze yang cuma punya Naumi di Jakarta.
"Gak usah Ze, aku pulang aja, besok juga sembuh. Kamu juga harus istirahat jangan sampai sakit lagi, masih meriang gak setiap malam?" Kata Sasya lirih menahan sakit
"Masih kak, tapi kalau siang begini, tenang aja aku sehat ko" Zeze senyum dan meyakinkan Sasya bahwa ia baik-baik saja.
Bagi Zeze dan Sasya mereka sudah bukan seperti rekan kerja lagi, tapi ade kakak yang saling menjaga satu sama lain.
Setiap hari Zeze pulang selalu di anter Putra hingga depan kosan dan ngobrol tiga puluh menit sebelum Putra kembali kerja ke rumah sakit.
"Kamu sakit Ze? Kenapa pucat sekali?" Putra menatap Zeze
"Gak ko, pusing doang!"
Semenjak akreditasi selesai, Zeze memang selalu mengeluh pusing dan meriang. Berkali-kali Putra marah hanya untuk meminta Zeze istirahat, makan atau minum obat. Tapi tidak ada satupun yang di kerjakan Zeze. Makan selalu telat, tidur gak jelas karena kebangun atau meriang, dan minum obat adalah hal yang paling di benci Zeze. Satu-satunya yang Zeze lalukan hanya konsumsi vitamin C.
"Kerjaan sih ahli gizi, tapi ngurus diri sendiri aja gak bisa! Makan gak jelas, hari ini udah makan berapa kali?" Putra mengomel
"Gak usah bawel deh" Zeze menunduk setelah melihat tatapan tajam Putra kepadanya. " satu kali" Zeze menunduk, tidak akan ada ampun lagi, Putra akan mengomel hingga besok mendengar Zeze yang makan cuma satu kali, sama seperti hari-hari sebelumnya.
"Maaf, kerjaan ku banyak Putra, aku gak nafsu makan kalau kerjaan ku belum selesai!" Zeze tetap menunduk
Putra malah tidak tega buat melanjutkan omelannya, Zeze dengan wajah pucat dan lemas harus dimarahi setelah kerja keras seharian di rumah sakit. "Mau aku beliin makanan atau obat gak? Sekarang masih dingin gak?" Putra meraih tangan dan kaki Zeze yang suka kedinginan ketika malam hari.
"Jangan, kaki ku kotor!" Zeze menarik tangan Putra dari kakinya.
Putra tidak mendengarkan omongan Zeze dan tetap meraih kaki Zeze yang kedinginan.
Entah keturunan atau memang fisik Zeze yang aneh, Zeze memang gampang dingin di bagian kaki dan tangannya. Putra yang selama ini selalu menghangatkan kaki Zeze dengan tangannya, atau menginjak dengan kakinya. Putra masih melakukan hal yang sama.
Putra meraih sesuatu dalam kantong celananya. Membuka dan memasangkannya ke telapak kaki Zeze.
"Ini aku beli salonpas biar kamu tetap hangat. Simpan dan pake kalau nanti kamu kedinginan lagi, tidur pake selimut, kipas dimatiin. Nanti kalau kamu dinginnya gak hilang atau gemetaran hubungi aku aja, aku jemput kita k IGD" Putra menatap Zeze dengan serius dan menyerahkan salonpas ke tangan Zeze.
Zeze tidak bisa membantah ucapan Putra. "Makasih Putra!"
***
Zeze dan ibu-ibu duduk dan becanda seperti biasanya di dapur. Kebiasaan Zeze selalu duduk di samping bu Nana dan senderan, postur tubuh bu Nana yang lumayan banyak lemaknya membuat Zeze selalu ingin tiduran di samping bu Nana."Ze, kamu sakit? Kenapa tubuh mu panas sekali?" Bu Nana memegang tangan Zeze dan menatap Zeze yang tengah senderan di sampingnya.
"Panas? Aku malah kedinginan bu Nana! Bu Nana bawa jacket gak? Aku minjam ya" kata Zeze
"Udah gak bener ini, ayo ke IGD aja sekarang! Sudah beberapa hari ini kamu selalu mengeluh kedinginan, meriang ketika mau tidur trus pusing. Ayo ibu anterin" bu Nana menatap Zeze
Bu Nana setengah menarik tangan Zeze dan memintanya berdiri, memaksanya buat ke IGD. Melihat Sasya yang kemaren terbaring dan di infus membuat Zeze takut dan gak mau di bawa ke IGD.
"Gak mau bu Nana! Aku belum pernah di infus, gak mau! Aku punya salonpas ko, nanti juga dinginnya hilang sendiri" Zeze maraih salonpas dari Putra dan memakaikan ke kaki nya!
Dua jam setelah ibu Nana memaksa Zeze untuk di bawa ke IGD, Zeze hanya duduk dan tiduran di atas mejanya dengan tubuh kecil yang dibaluti jacket kegedeen milik bu Nana. Tubuh Zeze yang masih panas dingin, mual dan tidak nafsu makan. Zeze yang lemah akhirnya berhasil di bawa paksa bu Nana ke IGD.
Putra dari tadi sudah melirik dari jauh kondisi Zeze. Memperhatikan dari jauh bagaiman keadaan Zeze. Putra dan Zeze selalu menjaga jarak di rumah sakit agar tidak ada berita-berita lagi tentang mereka.
Zeze duduk di ruangannya untuk menunggu hasil tes laboratorium yang diduga Zeze kena Demam Thypoid. Putra yang dari tadi panik dan menanyakan pada mba Sasya kondisi Zeze.
Putra seharusnya sudah pulang sejak dua jam yang lalu, namun melihat kondisi Zeze membuatnya khawatir. Putra berjalan dan melangkah mendekati Zeze yang tengah tiduran di mejanya.
"Ze, kamu baik-baik aja? Gue perhatiin lo dari jauh ko, lo gak bawa hp? Gue chat dari tadi. Kalau kenapa-napa kabarin gue ya. Gue pulang bentar, ntar gue kesini lagi buat jemput lo" Putra buru-buru pergi sebelum diliat teman-teman Zeze
Tidak ada satupun dari pertanyaan Putra yang di jawab Zeze. Zeze hanya mengangguk dan meraih hp nya. "Iya makasih Put" hanya itu yang mampu diucapkan Zeze saat itu.
"Mba Sasya nitip Zeze ya, kalau kenapa-napa sama Zeze bilang Putra aja mba, Putra akan langsung ke rumah sakit" Putra melangkah pergi dan berlalu dengan motor ninja merahnya.
Empat puluh menit setelah Zeze melakukan tes laboratoriumnya.
"Ze, kamu di rawat aja ya! Kondisinya udah harus di rawat! Kalau kamu gak di rawat obat yang di berikan cuma hilangin mual, pusing dan meriang kamu. Tapi bakteri yang sudah menumpuk di usus kamu akan tetap ada sampai kamu dapat antibiotik" Dokter
"Bagaimana ini bu Nana? Ayah, ibu dan Naumi akan panik kalau tau aku dirawat. Mana udah malam, gak mungkin Naumi datang k sisni bu Nana"
Dengan kondisi yang masih lemah dan mual, Zeze menghubungi ayah dan ibu nya untuk memberitahu bahwa iya harus di rawat karena demam thypoid. Suara panik ayah dan ibu membuat Zeze merasa bersalah.
" maaf ayah, ibu! Aku baik-baik saja,, teman-teman ku banyak di sini, nanti juga ada yang nemani di rumah sakit, jadi Naumi gak usah ke sini"
Whatsapp ~Putra
"Gue di rawat 😔,demam thypoid"Lanjut??
Jangan lupa di vote, comment yaa ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Footstep
Teen FictionHubungan Zeze dan Wahid yang sudah berjalan empat tahun, benar-benar hancur setelah Putra muncul dikehidupan Zeze. Putra yang tiba-tiba datang dalam kehidupan Zeze, memberikan perhatian tanpa minta sebuah balasan perasaan, menjaga dan selalu melind...