Mad

1.8K 124 4
                                    

Kakiku terasa berat untuk melangkah, tubuhku seketika seperti ada beban yang ku topang. Semilir angin malam di akhir musim semi semakin mendukung suasana hatiku yang begitu kacau.

'Apa yang sudah aku lakukan?kenapa rasanya sebegitu menyakitkan seperti ini?'batinku memberontak.

Air mataku sedari tadi tak berhenti membasahi pipiku membuatku menjadi merasa bersalah.

Aku menghentikkan langkahku di jalan khusus pejalan kaki. "Yaa, kenapa air mata ini tak berhenti! Aish, sialan!" lirihku seraya menghapus air mataku dengan kasar.

Daya topangku seketika lumpuh, tenagaku seakan terkuras. Aku terjatuh dengan kaki bersimpuh merasakan dinginnya aspal.

(Coba didengerin biar ngefeel, aku suka banget lagu ini hehe)

Air mataku tak bisa ku tepis lagi dan kubiarkan melesat di pipiku. Begitu bodohnya aku mengatakannya semudah itu–bahkan aku tidak bisa membedakan mana perasaan sebagai teman mana perasaan lebih dari teman.

Tubuhku semakin bergetar, isakan tangisanku semakin kencang. Ku donggakkan kepalaku yang terasa berat,"Kenapa ini harus terjadi padaku? Wae!hiks...hiks." napasku terdengar tak beraturan. (Why)

Ku tundukkan kepalaku seraya mengepalkan kedua tangan yang mencium aspal untuk meredam emosiku. "Hiks...kenapa perasaan ini harus datang padaku"ucapku sembari memukul - mukul dadaku, kembali merutuki diriku lagi. " kumohon jangan lakukan ini padaku." lirihku begitu menyedihkan.

Apa aku terlihat begitu menyedihkan?
Apa aku egois jika menginginkan dia menjadi pacarku dan sahabatku?

Jika kau berada di posisiku, akankah kau merasakan hal sama sepertiku?? Aku memang seharusnya mengubur perasaan ini lebih dalam, agar aku  tak terluka lebih banyak lagi.

Mencintai sendirian lebih menyakitkan daripada kau tertusuk anak panah–luka itu membekas tapi tak terlihat.

Suara isakan semakin tak terelakan–ku bekap mulutku dengan kedua tanganku untuk meredam suaraku.

Saat itu pula seseorang menemukanku bersimpuh di jalan.

"Jung eun ji!" pekiknya dengan napas terengah-engah, kudengar suara langkah kakinya mendekat ke arahku.

"Berhenti!"sergahku cepat. Segera ku hapus air mataku sebelum dia melihatku– aku yakin saat ini pasti mataku terlihat sembab.

"Eun ji-ah, ada apa denganmu?" intonasinya terdengar khawatir.

Ku tegakkan badanku untuk segera bangkit tanpa membalikkan badan ke arahnya.

'kau tidak boleh melihatku sekarang'batinku menggumam.

Ku tarik napasku perlahan, " tidak bukan apa-apa, aku baik-baik saja." ku tundukkan kepalaku dengan kedua telapak tanganku membentuk tameng di wajahku.

Langkahnya mulai mendekat dan lebih dekat lagi. Sekarang dia tepat di belakangku itu terlihat jelas saat aku melirik sepatunya.

"Aku tidak percaya padamu, pasti ada yang kau sembuyikan, kenapa kau tidak melihatku!" pertahanku runtuh saat tangan kekarnya itu menggapai tanganku.

"Apa kau menangis?" aku hanya bisa menunduk malu.

"Yaa, jawabku apa kau menangis?" tanyanya kembali dengan menundukkan kepalanya untuk mensejajarkan dengan wajahku.

My friend is idol [FF Suga] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang