Aku mengusap mata dan mengerjapkannya beberapa kali. Bangun di tempat asing ini membuatku langsung mengingat kejadian semalam. Ditambah dengan Namjoon yang masih tertidur pulas di sampingku. Aku gunakan kesempatan ini untuk memperhatikan setiap inci wajahnya dari dekat. Dia tidak terlihat seperti anak kecil kalau sedang tertidur, mulut terbuka setengah dengan dengkuran pelan.
Mengangkat tubuh dari atas kasur, aku meraih jaketnya yang ada di tepi tempat tidur. Tanganku langsung merogoh sakunya, menemukan ada ponselku yang mati di dalam situ. Aku kira baterainya memang sudah habis, tapi setelah coba dinyalakan, daya baterainya masih ada hampir setengah. Nampaknya Namjoon memang sengaja mematikan ponselku. Ada banyak notifikasi pesan dan panggilan dari Seokjin, dia pasti marah besar.
Aku bingung bagaimana harus menghadapi kakakku itu, tapi sekarang justru ada telepon masuk darinya.
Kenapa bisa pas begini? Menyebalkan sekali.
"Halo."
"Moon Yewon! Kau di mana?!"
"Semalam aku sudah bilang, aku menginap di rumah teman."
"Teman yang mana?! Dan kenapa nomormu tidak bisa dihubungi dari semalam?!"
"Aduh," Dia masih saja marah, padahal aku bukan anak kecil lagi. "Kak, ponselku mati sejak semalam, ini baru sempat mengisi baterainya."
"Pulanglah," Seokjin menghelakan napasnya. "Jangan buat Kakak khawatir begini lagi."
"Iya, aku sebentar lagi pulang."
"Janji?"
"Iya."
"Hei!" Aku menoleh, menemukan Namjoon yang baru saja turun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arahku. "Kau sedang menelpon siapa?!"
"Yewon, itu suara siapa?"
"Kak, nanti aku hubungi lagi ya, da-ah!"
Aku segera memutuskan hubungan telepon, dan saat itu juga Namjoon langsung merebut ponselku. Matanya yang menatapku tajam, membuat kepalaku langsung menunduk. Aku ingin menghindari tatapannya, tapi dia justru mengangkat kepalaku dengan kasar. Memaksa supaya aku melihat matanya.
"Siapa yang kau telepon barusan, huh?"
"Aku—" Bicaraku sedikit tertahan. "Kak Seokjin tadi telepon."
"Begitu, ya?" Dia mendengkus kasar, lalu melihat layar ponselku. "Siapa yang bilang kau sudah boleh menggunakan ponsel?"
"M—maaf."
"Harusnya kau izin dulu padaku!"
"Namjoon," Aku menghelakan napas pelan. "Aku tidak mau kita bertengkar lagi. Jadi sekarang cepat pakai bajumu dan kita pulang."
"Aku belum mau pulang."
"Namjoon, tolong jangan begini. Kakakku sudah menyuruh pulang, dia itu mencariku terus sejak semalam."
"Aku bilang aku belum mau pulang."
"Ya sudah kalau begitu, biar aku pulang sendiri saja."
Menghentakkan kaki kesal, aku segera menyambar tas dan berjalan cepat menuju pintu. Tapi sedetik kemudian hanya ada decakan kesal yang keluar dari mulutku. Pintunya terkunci, dan yang pegang kuncinya sudah pasti Namjoon.
"Joon," Aku menoleh padanya. "Kuncinya mana? Aku mau pulang."
"Kau mau pulang," Kakinya melangkah perlahan mendekatiku. "Atau mau tidur dengan lelaki lain lagi?"