★ Part 34 - END

2K 91 0
                                    

"Bagas?"

Cowok bernama Bagas itu menghampiri Bintang. Bintang tersenyum senang, ada sahabatnya yang akan menolong.

"Bagas, lo bisa lepasin rantai ini dari tangan gue?" Matanya melirik tangan kanan lalu beralih tangan kiri.

"Nggak bisa, Bin," sahut Bagas santai.

Alis Bintang saling bertemu, "kenapa lo diem aja? Kalau gak bisa telepon Rafa atau siapa aja gitu...."

"Untuk apa gue telepon mereka?"

"Ya... buat lepasin gue lah,"

"Enak aja. Nyulik lo itu susah Bintang."

"Hah? Maksud lo apa?"

Bagas mengedikan bahunya lalu melangkah menuju pintu keluar.

"Lo kerjasama dengan Jesica?" Bentak Bintang, sebelum Bagas memegang knop pintu. "MUNAFIK!"

Mendengar Bintang mengucapkan kata 'munafik' Bagas kembali menghampiri Bintang.

Bagas tertawa sinis, "Ya, munafik, penghianat, nggak setia kawan atau apalah, terserah. Sebutin aja sesuka lo, gue gak peduli!" Bagas berbicara dengan nada tinggi.

Gigi Bintang gemerlatuk, "Sejak kapan lo kerjasama dengan Jesica?"

"Hem... sejak lo punya rasa sama Rafa? Mungkin."

Bagas kembali berjalan ke arah pintu. Kali ini ia benar-benar keluar. Pintu tidak tertutup, ternyata Jesica kembali masuk dengan senyum sinisnya. Tanpa Bintang sadari tangannya sudah terkepal kuat.

Jesica menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya. Tapi Bintang tidak peduli itu. Yang sekarang ia pedulikan hanya keluarganya. Jesica tidak boleh menghancurkan keluarganya.

"Bintang, sebelum gue bunuh lo, gue mau bilang sesuatu. Sesuatu yang sangat penting. Dan kenapa gue melakukan ini sama lo," ucap Jesica, raut wajahnya berubah sendu.

Bintang diam. Ia sudah malas meladeni Jesica. Terutama Bagas. Bintang tidak menyangka kalau Bagas musuh dalam selimut.

"Gue benci sama lo dan keluarga lo. Sangat benci!" aku Jesica, kali ini raut wajahnya menunjukan kemurkaan. "Perusahaan bokap gue bangkrut karena perusahaan bokap lo. Butik nyokap gue juga bangkrut karena semua pelanggan nyokap gue pada datang ke butik nyokap lo. Dan... dan setelah itu, bokap dan nyokap gue cerai. Gue benci liat lo bahagia sama keluarga lo! Sedangkan gue?" Jesica menggelengkan kepala pelan. Air mata yang ia tahan mulai meluncur ke permukaan pipinya. "Nyokap gue nangis tiap malem. Gue gak tau cara nenangin nyokap gue. Sampai nyokap gue drop dan masuk rumah sakit."

Jesica menghapus air matanya kasar. Tawa hambar menunjukan kalau dirinya menderita. "Lo tau? Lo tau siapa yang nembak bokap lo? Bokap gue. Hebatkan? Dorr... langsung kena jantung yang pasti langsung mati."

"PEMBUNUH!" Bintang berontak, tapi percuma karena tangannya diikat rantai.

"Ya, pembunuh. Dan sekarang gue yang akan bunuh lo."

DORR

"Argh...."

Jesica menembak kaki kiri Bintang. Darah segar mulai mengotori celana jeans yang dipakainya. Bintang meringis, menahan sakit di kakinya.

"Psikopat! Gak bapak gak anak sama-sama pembunuh!" teriak Bintang.

"Ya, terserah lo. Gue juga mau bilang tentang sahabat-sahabat lo. David dan Kayla putus karena gue yang udah kirimin cinta pertama Kayla. Hal itu nggak mudah, gue dibantu sahabat lo, Bagas—"

"Bagas bukan sahabat gue lagi! Dia munafik! Itu semua karena jiwa iblis lo masuk ke dirinya."

"Yap, gue iblis. Iblis yang sebentar lagi akan bahagia."

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang