"Kubilang jangan!""Kau kenapa? Aku akan baik-baik saja, percayalah."
Gadis itu berusaha menenangkan. Tangannya terulur mengusap bahu lelaki yang kini menatapnya tajam dengan mata memerah.
"Aku tidak ingin terjadi hal buruk kepadamu."
Lelaki itu menarik gadis tersebut kedalam pelukannya. Menyalurkan kehangatan. Mengurangi kegelisahan. Walau nyatanya pikirannya telah bermain terlalu jauh. Ketakutan yang kentara menjadi akibatnya.
"Aku akan baik-baik saja. Disana ada banyak temanku, mereka akan menjaga ku, jadi jangan hawatir, arraseo?"
Lelaki itu tak menjawab. Semakin mengeratkan pelukan. Takut jika suatu saat gadis itu akan pergi. Meninggalkannya dengan sejuta rasa sakit. Tentunya semua orang tak mudah melepaskan. Walau yang terjadi kali ini tak masuk akal untuk menjadi penyebab lelaki itu tak mengizinkan gadis tersebut pergi. Tapi tak ada yang baik-baik saja dengan perpisahan.
"Huh, baiklah."
Gadis itu tersenyum di sela-sela pelukannya.
"Hubungi aku kalau kau sudah sampai, ok?"
Gadis itu melakukan gerakan hormat. "Aye-aye captain!"
Lelaki itu tersenyum. Walau hatinya masih tak rela. Tapi apa salahnya membahagiakan gadisnya.
Lelaki itu kembali menarik gadis tersebut kedalam pelukan. Kali ini lebih erat. Seolah memang tak rela untuk ditinggalkan. Perasaannya kalut. Mungkin orang bisa mengatainya lelaki paranoid. Tapi siapa yang tak takut ketika pacarnya akan pergi selama satu minggu ke hutan untuk melakukan penelitian yang lelaki itu pikir tak berguna.
"Aku akan merindukanmu."
"Kalau begitu jangan pergi."
"Yak!"
Keduanya tertawa. Walau ini perpisahan, mereka tak mau ini menjadi momen dimana keduanya harus menangis tersedu-sedu karena tak ingin ditinggal. Seperti anak kecil yang tak mau jauh dari ibunya. Mereka bukan pasangan seperti itu. Pasangan tersebut hanya ingin momen terindah sebelum perpisahan sejenak tersebut, yang dapat di ingat jika rindu melanda.
"Kau tahu betul penelitian ini sangat penting bagiku, kan?"
Lelaki itu mengangguk malas. Sedangkan sang gadis hanya tertawa.
"Aku mencintaimu."
–o0O0o–
"Waa!"
Lisa meringis kala bokongnya mendarat dengan kasar ke lantai tanpa persiapan. Mengusapnya pelan karena rasa nyeri yang menyengat. Sehun, lelaki yang menyebabkan hal tersebut terjadi langsung berjongkok. Menyamakan tinggi gadis yang tengah menggerutu duduk di lantai.
"Maafkan aku, maaf."
Lisa mendongak. Seketika matanya membesar.
"Aaakh!"
Sehun hampir saja terjungkal. Untungnya lelaki itu masih bisa menyeimbangkan diri. Jadi tak harus ikut terjatuh seperti Lisa.
"Kau lagii!"
Lelaki itu menghela napas kasar. Mengusap wajah pucatnya. Ya, Sehun baru saja pulang kerja. Setelah mengurus perusahaannya yang tengah di puncak keemasan sehingga lelaki itu sedang dalam masa sibuk-sibuknya. Makan pun tak teratur, begitupun dengan waktu tidur. Kira-kira hanya 4 jam lelaki itu tidur. Sampai akhirnya semua urusan selesai. Ia pun mendapat libur untuk istirahat. Lelaki itu tak mau menghabiskan waktu untuk hal lain lagi. Otak dan hatinya bekerja sama membuat tubuhnya beranjak menemui gadis itu. Entah, mungkin Sehun lelah dan tak tahu harus kemana. Padahal Sehun masih punya rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fanfiction#1 in hunlice - 20 Juli 2018 Segala yang ada pada diri gadis bernama Lalisa itu menciptakan rasa candu baginya. Semuanya mungkin untuk Oh Sehun, tak lama lagi, gadis itu akan menjadi miliknya, tak peduli dengan masa lalu. Sehun akan kembali memili...