10.

247 21 0
                                    


.
.

Halaman depan sekolah dipenuhi oleh para siswa yang tengah menunggu jemputannya. Tak berbeda dariku.

Aku heran, sepertinya terakhir terakhir ini aku pulang seperti jam biasa, tidak menyuruh Doyoung untuk menjemputku lebih telat. Walaupun Jaehyun-ssi sebenarnya masih rutin latihan, tapi aku jadi tak bergairah lagi untuk memandanginya.


"Hei." Jeno menepuk pundakku dari belakang.

Senyumnya yang hangat seakan mengajakku untuk ikut tersenyum.

"Belum dijemput, ya?"

"Eung." Aku mengangguk.

"Tadi sepertinya Jaemin mencarimu."

"Biarkan saja."

Aku bisa melihat wajah Jeno yang kaget sekaligus bingung.

"Biarkan katamu? Bukankah kalian...?"

"Kubilang biarkan saja. Sudah."


Jujur aku tak ingin menemui Jaemin disaat suasana hatiku yang sedang membaik, karena moodku akan turun kembali jika melihatnya.


"Jam berapa Doyoung hyung menjemputmu?"

"Mollayo. Sebentar lagi. Mungkin."

"Kau tidak pergi kemana mana kan setelah pulang?"

"Tidak. Wae?"

"Tanya saja." Ia tersenyum.

Tak lama, Doyoung datang dan menghentikan mobilnya tepat didepanku dan Jeno.

"Ya! Doyoung hyung!" Bukannya aku, tapi malah Jeno yang langsung menghampiri oppaku itu.

Mereka tampak akrab sekali sampai saling berpelukan.

Itu membuatku bertanya tanya.


"Kalian.. sudah dekat?" Tanyaku menghampiri mereka yang sibuk bertegur sapa.

"Ya! Dia ini dongsaeng kesayanganku." Doyoung kembali memeluk Jeno.

Oh ayolah, aku hanya angin disini.


"Jeno-ya, bagaimana kalau kita pergi?"

"Aigoo tentu! Ayo!" Jeno langsung naik mobil dengan penuh semangat.

"YA! Bagaimana denganku?!"

Serentak kedua pasang mata itu menatapku.


"Aku akan mengantarmu dirumah. Tapi dirumah kosong, bagaimana?" Tawar Doyoung yang harus membuatku berpikir 2 kali.

Jika aku ikut mereka, aku hanya akan jadi nyamuk disana. Tapi jika aku dirumah.. aku benci sendirian apalagi dirumah sebesar itu. Itu hal terburuk yang paling tidak ingin kubayangkan.

"Baiklah, aku ikut kalian."


...



"Jadi.. mau pergi kemana kita?" Ucapku yang duduk dibelakang Doyoung dan Jeno.
Jujur aku merasa seperti tamu tak diundang disini.

"Jangan cerewet. Aku dan Jeno mau pergi ke gym. Kalau kau tidak mau, pulang saja naik bis."

"Dasar kejam."

Jeno melirikku sambil tertawa puas seakan mengejekku lembut.

Tak berselang lama, Doyoung memakirkan mobil hitamnya ini kesebuah gym besar seperti yang ia katakan.

"Kau.. tunggu saja diluar atau jika mau masuk boleh. Tapi ingat, jangan sampai air liurmu menetes gara gara melihat namja namja disana!" Ucap Doyoung sambil terkekeh bersama Jeno. Wait, aku tau apa yang mereka maksud.

"Hm."


Tak masalah bagiku masuk kesana karena juga ada beberapa perempuan yang berlatih disitu. Sebenarnya aku juga ingin ikut, tapi aku tak yakin Jeno bisa menjaga matanya.


Aku menggoyang goyangkan kakiku sembari duduk menunggu Jeno dan Doyoung oppa mempersiapkan diri.

"Tunggu sini." Suara Doyoung yang tiba tiba ada disebelahku membuatku menoleh secara refleks.

Dan sialnya, aku tidak sengaja melihat Jeno yang berada dibelakang Doyoung. Mataku melebar dan mulutku terbuka dengan sendirinya.

Aku sangat tak percaya.

Sungguh baru pertama kali ini aku melihat Jeno dengan lengannya yang kekar dan memakai atasan hitam tak berlengan. Bayangkan saja! Tampannya menambah 100× lipat dibanding saat dia memakai seragam. 

"Ya! Tutup mulutmu! Aku tau Jeno itu sexy tapi jangan seperti itu." Doyoung menaikkan daguku agar mulutku tertutup rapat.

Jeno yang melihatku hanya tertawa kecil dengan eye smile nya yang menggoda.



shit.




.
.



Sudah lebih dari setengah jam kedua namja itu asik dengan dunianya.

Karena membatu, akhirnya aku memutuskan untuk pergi sebentar mengunjungi toko buku seberang.

Hanya disana aku bisa menghilangkan segala kebosanan yang paling membosankan dalam hidupku.

Kebetulan atau tidak, toko buku yang kukunjungi adalah langgananku semasa Doyoung masih mengenakan seragam seperti yang kupakai.



"Ahjumma.. annyeong." Aku membungkukkan badan 90 derajat kepada seorang penjaga toko buku yang sudah tak asing bagiku.

Ahjumma itu menyipitkan matanya saat menatapku. Sepertinya dia masih tidak menyadari bahwa ini adalah aku.

"Aku Yoonbyul."

"Yoonbyul?! Aigo, kau cantik sekali!"

Aku hanya membalas pujian itu dengan senyuman selebar mungkin yang aku bisa.

"Sudah lama ya aku tidak kesini."

"Ne ne! Bagaimana kabar Doyoung?"

"Ah.. dia baik. Bahkan kurasa lebih dari baik, ia memenangkan beberapa lomba dikampusnya akhir akhir ini." Ucapku sedikit bangga kepada kakak tertuaku itu.

"Woah! Benarkah? Kalau begitu ajak Doyoung kesini nanti." Ucap wanita berumur kepala 5 itu. "Oh.. aku lupa. Akan kuperkenalkan kau dengan keponakanku! Kebetulan dia ada disini, apalagi umur kalian sama."

"Benarkah?" Jawabku antusias.

Ahjumma berdarah keturunan Jepang itu keluar dari meja bundar untuk penjaga perpustakaan dan menghampiriku.

"Dia sangat cantik sepertimu.., dia memang sangat sering kesini untuk berkunjung. Ayo ikut aku."

Ia merangkulku dan membawaku ke sebuah tempat dimana keponakannya itu berada.

Tak salah lagi, pemandangan kota, tanaman asri, dan meja bundar berwarna putih.. pasti balkon. Balkon, benar benar tempat tersembunyi yang sangat cocok untuk bersantai favoritku.

Tadinya senyumku melebar setelah tau ahjumma-nim membawaku ke balkon ini..

Tapi dengan cepat itu luntur setelah tau sosok orang yang telah menempatinya duluan.


"A-arihara?"



..


-tbc.

My Little First Kiss • JenoLeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang