*Happy reading*
Sorot mata gadis itu menatap perempuan yang berbaring lemah diatas kasur dengan tatapan iba. Ia memegang kening hana yang terasa panas. Tasya bangkit berjalan menuju dapur. Berniat mengganti air kompresan yang tadi ia bawa. Saat selesai, tasya kembali ke kamar hana, meletakkan baskom kecil berisi air hangat diatas meja. Tasya memeras kain yang ia celupkan kedalam baskom itu, kemudian meletakkan kembali diatas kening hana.
Tangannya terulur mengambil obat yang berada dalam laci samping tempat tidur. Tasya mengambil air minum. Menyuapkan obat kedalam mulut hana yang diterima oleh perempuan itu dengan wajah sayu dan juga merah. Tasya membantu hana untuk meminum airnya.
"Cepat sembuh mama."lirih tasya mengecup pipi hana lembut. Tasya tidak tega melihat mamanya sakit seperti ini. Ia berdiri dari duduknnya, berjalan keluar berniat mengecek pintu dan jendela. Lalu menuju kamarnya untuk berganti pakaian.
Tadi, saat akan membantu mamanya untuk mengganti pakaian, hana tiba tiba muntah dan mengenai baju tasya. Khawatir, tasya menggiring hana ketas kasur. Mengabaikan muntahan hana yang mengenai bajunya.
Tasya selesai mengganti bajunya. Malam ini ia berniat untuk tidur di kamar mamanya. Takut jika tengah malam nanti mamanya tiba tiba membutuhkan sesuatu. Sebelum ke kamar mamanya, tasya berjalan ke dapur hendak mengisi perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan. Tidak ingin berlama lama, tasya hanya membuat sepiring omelet dengan campuran sambel diatasnya.
Selesai makan, tasya mencuci piringnya lalu kembali ke kamar hana. Ia berjalan ke sisi kasur yang masih kosong. Membaringkan tubuhnya disamping hana lalu memeluk wanita itu dari samping. Tasya menatap hana sebentar, mengelap ujung matanya yang terasa basah. Tak lama ia pun ikut terlelap disamping hana.
***
Kedua kaki gadis itu ia ayunkan dengan pelan sesekali mendongak melihat orang yang berlalu lalang didepannya. Sekarang, gadis itu sedang berada di rumah sakit. Menunggu mamanya diperiksa oleh dokter. Tasya menengok saat salah satu suster tiba tiba saja duduk disampingnya dengan wajah yang terlihat memerah. Kening tasya mengernyit melihat suster itu.
Tidak ingin ambil pusing, tasya kembali menundukkan kepala seraya mengayunkan kaki jenjangnya.
"Duhh.. Tu cowok bikin baper aja."
Suster disampingnya bergumam pelan namun masih bisa didengar tasya. Ia kembali menoleh kearah suster tadi.
"Kenapa sus?"tanya tasya mulai kepo. Ia ini memang sudah lama terjangkit virus kepo yang sudah akut.
Suster itu menggeleng seraya tersenyum. "Ngga apapa kok."ucapnya lalu beranjak meninggalkan tasya yang menatapnya cengo. Tasya mendengus dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.
"Aneh tu suster. Harusnya kan dia ngga kerja di rumah sakit ini. Rumah sakit jiwa kan bisa."tasya menatap sekelilingnya dengan tatapan malas. Rasa bosan mulai melandanya. Tasya mengeluarkan ponsel yang ada di saku seragamnya. Mengecek akun instagram yang sudah lama tidak ia buka.
Sepulang sekolah tadi, tasya langsung mengantar mamanya ke rumah sakit. Awalnya hana menolak, merasa bahawa ia sudah mendingan. Tapi tasya yang masih teringat suhu tubuh mamanya semalam tidak menyurutkan keinginan gadis itu untuk membawa mamanya ke rumah sakit.
Tasya menoleh merasakan tempat duduk disampingnya sedikit bergerak. Sebelah alisnya terpaut ketika tatapannya jatuh pada seseorang yang menyodorkan sebotol air minum kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Roman pour AdolescentsGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...