Sejuta Mimpi

183 5 0
                                    

            Detak jarum jam ikut mewarnai suasana dalam ruang kelas Xa di Comate International School (CIS). Sesekali beberapa siswa melirik ke arah jarum jam yang seakan berjalan begitu lambat. Di pojok kelas, terlihat seorang siswa yang sibuk memainkan bolpoin yang menggunakan aksesoris CJR miliknya.  Vanessa Virginia Siregar atau yang lebih akrab disapa Via, terlihat sudah bosan mendengar guru IPS yang sementara memberi penjelasan tentang struktur bumi. Bukan hanya Via, hampir semua anak di dalam ruangan itu merasakan hal yang sama. Siapa yang tidak merasa bosan mendengar penjelasan materi IPS, apalagi jika itu berlangsung pada jam terakhir?

            Bel pulang sekolah berbunyi. Wajah semua siswa kembali berseri. Tak terkecuali Via. Ia segera mengemas buku-bukunya, kemudian meraih ransel miliknya dan segera melangkahkan kakinya untuk kembali ke rumah. Via berjalan menyusuri koridor sekolah yang dipenuhi oleh siswa yang hendak pulang ke rumah masing-masing.

“Hei!” seseorang menepuk bahu Via dan membuat Via menoleh. Via mengerutkan alisnya saat melihat orang tersebut.

“Lu Via yah?” tanya orang itu.

“Iya, gua Via. Lo siapa? Mau apa lo?” jawab Via dengan gayanya yang terkesan cuek.

“Woles dong lu! Kenalin nama gua Vhelyn dari kelas Xb. Panggil aja gua Vhei. Lu Comate juga kan?” ucap Vhei memperkenalkan dirinya.

Comate adalah sebutan untuk penggemar CJR. Siapa yang tidak mengenal CJR? Tentu semua orang telah mengenal boyband asli Indonesia yang memiliki suara dan dance yang keren.

“Iya, gua Comate. Kenapa emang?” tanya Via dengan memasang tampang polos.

“Akhirnya gua nemuin teman sesama Comate di sekolah ini. Lu mau pulang, kan? Lu sama siapa? Terus rumah lu di mana? Searah sama gua nggak?” tanya Vhei bertubi-tubi.

Via hanya memutar bola matanya lalu membuang nafasnya asal.

“Iya, gua mau pulang. Gua sendiri. Rumah gua di Jl. Alovers blok A. Mana gua tahu rumah lu searah atau enggak sama rumah gua. Gua juga baru tahu ternyata ada makhluk yang cerewet kayak elu.” ucap Via sambil tertawa kecil.

“Issh, gua kan Cuma nanya doang. Tadi lu bilang rumah lu di Jl. Alovers? Wah, rumah kita searah dong. Rumah gua di Jl. Alovers juga. Tapi rumah gua di blok B. Ya, udah deh, ayo pulang.” kata Vhei kemudian menarik pelan tangan Via untuk pulang.

Jarak CIS dengan Jl. Alovers memang cukup dekat. Hanya butuh waktu sekitar 20 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki.

            Sepanjang perjalanan, Via dan Vhei tak henti-hentinya berbicara.

“Oh,iya, emang di sekolah nggak ada Comate selain kita berdua yah?”tanya Via.

“Ada sih, tapi gua nggak suka gaya. Ngefans sih ngefans, tapi mereka ngefansnya udah over banget. Sebal gua lihat mereka.”jelas Vhei.

“Oh, gitu. Di CJR lu sukanya sama siapa?” tanya Via lagi.

“Sebenarnya gua suka sama Babas. Tapi gua tetap Comate kok. Lu sendiri suka sama siapa di CJR?”

“Pastinya si pangeran behel unyu-unyu dong. Gua sobatnya Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. Personil paling kece tuh!”jawab Via membanggakan idolanya.

“Jiiah, enak aja lu. Masih kecean Babas keles. Lu bilang gitu karena lu Soniq.” Ucap Vhei tidak mau kalah.

“Enak aja. Dimana-mana Iqbaal selalu yang terkece!” Via juga tidak mau mengalah.

“Aelah, semerdeka lu aja deh.”

Akhirnya Vhei mengalah. Via tertawa karena merasa telah mengalahkan Vhei.

            Waktu terus berjalan. Kini Via dan Vhei sudah sangat akrab. Setiap hari mereka selalu bersama. Saat jam istirahat tiba, Vhei selalu menjemput Via di kelasnya dan bersama-sama mereka pergi ke kantin. Setiap sore, Vhei selalu mengunjungi Via di rumahnya. Terkadang mereka belajar bersama, bercerita tentang CJR, dan masih banyak lagi hal-hal yang mereka lakukan bersama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejuta MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang