~Happy reading~
Memasang wajah malasnya, tasya bersedekap menatap vano yang sedang tersenyum gugup dihadapannya. Bukan tasya tidak tahu kalau cowok itu masih ada rasa kepadanya. Tasya hanya ingin menunjukkan bahwa ia sudah malas meladeni cowok itu. Tasya kira, setelah mengatakan penolakannya waktu itu, pemikiran vano langsung berubah. Berhenti mengejarnya dan memilih menjadi teman saja. Nyatanya tidak. Cowok itu masih ada rasa. Walau sekarang sudah tidak begitu nampak. Tasya tahu, dari cara vano menatapnya.
Vano mengusap rambutnya sebelum berbicara. "Tadi, lo dicariin ama nyokap."tasya menautkan alisnya. "Nyariin gue?"
Vano mengangguk. Cowok itu memberikan paper bag yang ia pegang ke tasya. "Tadi juga nitipin ini. Katanya langsung kasi ke elo."
Tasya menggigit bibir dalam. Ia mengambil paper bag itu, menatanya bingung.
"Ini beneran buat gue?"tanya tasya belum ngeh. Vano mengangguk mengiyakan.
"Iya, itu buat lo. Kata mama waktu lo ke rumah dulu, lo suka banget sama kue buatannya. Tadi pagi, mama bikin kue ini, terus nitip dikasih ke elo."jelas vano membuat tasya mengangguk mengerti. Memang benar, jika tasya menyukai kue buatan mama vano. Tasya sendiri sudah pernah ke rumah vano, saat gadis itu masih berpacaran dengannya.
"Wahh.. Kalo gitu bilangin makasih ya buat tante. Gue emang suka banget sama buatannya yang satu ini."tasya mengambangkan senyum. Vano mengangguk. Cewek itu melirik jam tangannya sekilas. Ia menunggu vano pamit dari hadapannya. Namun tidak, cowok itu masih disana. Berdiri bersamanya.
Tasya mendengus dalam hati
"Eh, iya. Udah hampir masuk nih. Ke kelas yuk."ajak tasya lalu berjalan lebih dulu. Vano mengikut dibelakang, hingga mereka tiba di kelas vano, cowok itu pamit lalu masuk kedalam kelasnya.
Tasya menghembuskan nafas lega. Vano sekarang tidak banyak bicara padanya. Tasya suka seperti itu.
Tasya melanjutkan langkahnya menuju kelas. Hingga tiba didepan pintu, tasya mendadak berhenti melihat anura sang ketua kelas yang hendak keluar seraya memegang setumpuk buku.
"Sya, tadi lo dicariin kak nizar."ucap anura. Tasya menautkan kedua alisnya setelah mendengar ucapan anura.
"Kak nizar?"ulang tasya. Anura mengangguk yakin.
"Ngapain dia cariin gue?"
Anura mengedikkan bahu. "Ya mana gue tahu."tasya manyun.
"Ngga lengkap nih informasinya."
"Informasi apaan dah. Orang cuma dicariin."
"Ra, lama banget ngerumpinya elahh."
Teriakan itu membuat tasya dan anura dengan cepat menoleh keasal suara. Terlihat, Fiyah yang sudah ada diujung koridor menghentak hentakkan kakinya kesal. Anura menepuk jidat.
"Yaudah, ya, sya. Gue ke ruang guru dulu."anura beranjak menyusul fiyah dengan tergesa gesa. Tasya menatapnya sebentar. Semenit kemudian mengedikkan bahu lalu beranjak masuk kelas.
***
Sekali lagi, azka menghembuskan nafasnya kasar. Cowok itu berjalan tepat disamping sang ayah. Kedua tangannya sudah nagkring didalam kantong celana. Setelah tiba diruang cctv, wira dan azka langsung mengecek kejadian yang membuat wira penasaran saat pak dyo salah satu karyawan di perusahaan ini masuk ke ruangan azka pada tempo hari. Dan saat melihat rekaman, ternyata benar, pria itu terlihat mengambil beberapa laporan kerja proyek baru dan juga beberapa data data perusahaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Подростковая литератураGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...