AKU TAHU TAPI PURA PURA TIDAK TAHU
(PUTRI)
Fia sudah menjemputku. Aku berpamitan pada rekan-rekan kerja dan akan melanjutkan masa liburku, hingga orientasi siswa baru selesai.
"Bagaimana tadi pagi ?"
" Masih santai, selepas upacara dan perkenalan dengan siswa baru, tadi aku langsung rapat tentang pembagian jadwal mengajar"
"Oh..Apa kamu bertemu dengan Rama, tadi pagi?"
"Tidak Fia, satpam sekolah tidak hapal aku ada di ruang kantor, jadi tak mengijinkan Rama masuk, Rama menitipkan ini pada satpam" Fia membuka kertas pesan Mas Rama, membaca dan meremasnya dengan kesal.
"Bullshit..jangan mau percaya Putri..dia itu bermuka 1000, kalau dia mencintaimu, dia tak akan berbuat jauh sampai diam-diam menikahi wanita itu. Bisa-bisanya dia memintamu pulang dan mengatakan maaf karena tak memberi kamu kabar..alasan apa itu..tertidur di kantor..? Hayolah Put, kamu sendiri sudah mendapatkan kabar langsung dari wanita itu, dasar pembohong tuh si Rama".
"Iya Fia, aku kecewa dengan sikap Mas Rama yang terus saja berbohong. Tapi mungkin dia punya alasan melakukan makanya begitu, mungkin dia bingung menjelaskannya padaku"
"Kamu itu terlalu lugu, Put. Jika dia laki-laki sejati dan penuh tanggung jawab, sejak awal dia seharusnya jujur.. seharusnya dia mengakui kesalahannya, meminta ampunanmu, dan baru bertindak, mau poligami kek..mau pisah dari kamu kek..tapi jujur..sesakit apapun kenyataannya jujur itu lebih baik daripadi dihindari terus kenyataannya..dia itu hanya memperburuk keadaan saja..menggali kuburannya sendiri"
Fia mengulang lagi kata-kata yang pernah fia sampaikan kemarin. Aku mendengarkannya kembali, kepala begitu terasa berat tak tertahan, sambil menyenderkan kepala ke kursi tak sadar akupun tertidur di sisa perjalanan menuju rumahnya Fia.
_________(RAMA)
Putri tidak mengaktifkan hpnya, di sekolah pun dia tak ada. Tidak biasanya dia bertindak berlebihan seperti ini. Ini adalah kali pertama dia meninggalkan rumah tanpa kabar, apa yang sedang dia lakukan?
"Pak Rama, ada tamu di ruang lobi" Pak Andi satpam kantor memberi kabar.
"Tamu? Siapa ya pak?"
"Saya lupa tanya namanya, tamunya wanita, pak"
"Oh, baik saya segera ke lobi, terima kasih ya pak" Tamu wanita, siapa ya..apa itu Putri?
"Kak Rama.." sapa Rina
Bukan Putri ternyata, langkah semangatku berubah lunglai. Rina pasti datang dengan membawa permasalahannya. Rasanya aku sudah meraskan lelahnya sebelum mendengarkan keluh kesahnya.
"Kak tolongin aku dong"
"Tolong apalagi?"
"Aku butuh uang, pinjami aku ya!"
"Kenapa gak minta sama suamimu?"
"Mana bisa aku minta kak, dia kan lagi pailit"
"Untuk apa uangnya? Bukannya nafkah dari suamimu sudah dari cukup?"
"Aku mau nanem modal, rekanku ada yang ajak aku bisnis butik, untuk biaya produksi awal kita perlu patungan kak"
"Ah kamu cari masalah saja! Seharusnya hal seperti ini kamu diskusikan dulu dengan suamimu"
" sudah kak, tapi dia tidak suka, dia melarangku, dia tidak keinginan mendukungku"
"Kenapa?"
"Katanya itu hanya membuang-buang waktuku, aku akan lupa denga pekerjaan di rumah. Aku butuh aktivitas lain kak, aku ingin punya penghasilan sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU TAHU: Tapi Pura Pura Tidak Tahu
RomanceCerita fiksi perdananya Merepih Alam