12

1.3K 66 5
                                    

Ada beberapa hal yang tak bisa masuk di otak Alexi termasuk pelajaran matematika. Seperti saat ini, dirinya menatap bingung ke arah papan tulis yang sudah penuh oleh fungsi invers. Maksudnya gimana sih?

Gadis itu menolehkan kepalanya ke samping dan menemukan Thalia yang tengah menulis. Sesekali kepalanya di anggukan mendengar penjelasan guru.

"Lo paham?" Tanya Alexi membuat gadis disebelahnya menoleh.

Thalia mengangguk lalu melanjutkan kegiatan menulisnya.

Alexi menghela nafas panjang. Sejak kepulangan ketiga temannya dari acara mengunjunginya karena tak berangkat sekolah, Thalia menjadi cuek kepadanya. "Lo kenapa kemarin?" Sungguh, Alexi tak tahan lagi menanyakan keadaan temannya itu.

Yang ditanya berhenti menulis dan memandang Alexi intens. "Gue--" ucapan Thalia berhenti karena sebuah suara memotongnya.

"Ibu cukupkan hari ini. Sekian dan terimakasih." Wanita paruh baya itu menaikkan kacamata minusnya yang melorot dan berlalu dari kelas.

"Jadi guru enak yah? Masuk setengah jam terus pergi. Dasar!" Kinar menggebrak meja dan memasukkan buku matematikanya ke dalam tas.

"Makan gaji buta tuh!" Timpal Letta mengamini.

Alexi membalikkan badannya dan menemukan Kinar dan Letta yang sama-sama memasang wajah cemberut. "Biasanya kalian suka jamkos,"

"Iya, gue suka jamkos. Tapi masa iya tiap pelajaran matematika gak selalu full jamnya? Gimana mau ngadepin tes kalo materinya gak nyampe?" Letta berdecak sebal sambil menatap kelas yang mulai kosong karena teman-teman kelasnya pergi ke kantin.

"Hooh. Pas entar nilainya jeblok eh kitanya yang dimarahin. Kan upil!" Ucap Kinar setuju.

Alexi mengangguk pelan dan berbalik menatap Thalia agar gadis itu melanjutkan ceritanya. "Lanjutin cerita lo,"

"Cerita apaan?" Letta bertanya kepo.

"Entar deh di grup," jawab Thalia memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Makan kuy. Gue belum sarapan," ajak Kinar menatap bergantian ketiga temannya itu.

Ketiganya mengangguk setuju lalu berdiri dari bangku mereka dan mulai melangkahkan kaki menuju tempat yang sangat siswa sukai, kantin.

Kantin sekolah Alexi memang berada dibelakang sehingga mereka harus berjalan jauh untuk mencapainya. Terkadang, Kinar dan Letta menyesalkan letak kelas yang 'tidak strategis' itu.

"Eh, Xi. Itu Galang bukan?" Kinar menyenggol lengan Alexi pelan membuat gadis yang disenggol menoleh ke arah yang ditunjuk.

"Kenapa lagi dia?" Tanya Letta menghentikan langkahnya dan memandang lelaki yang sedang menatap bosan lelaki paruh baya didepannya itu.

Apa gara-gara dia bolos kemarin? Tanyanya pada diri sendiri. Kakinya ia langkahkan untuk mendekati Galang yang kini menatap kearahnya bingung.

"Lo mau kemana?" Thalia memegang tangan Alexi yang memang belum terlalu jauh darinya.

"Kalian ke kantin duluan. Gue mau ke Galang," jawabnya melepaskan pegangan tangan Thalia yang membuat kegiatan 'menghampiri Galang' tertunda.

"Yodah. Kita nungguin di kantin ya?"

Alexi mengangguk. Kakinya melangkah semakin dekat membuat lelaki muda yang sedari tadi menatapnya, membelalak tak percaya.

"Bapak gak tau harus ngehukum kamu kaya apa lagi." Suara bariton itu terdengar dari telinga Alexi. Nampak wajah pak Djoko yang menatap kesal Galang.

Galaxi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang