Just call my name

156 8 0
                                    

Author pov

"Apakah yang kita lakukan ini benar oppa?" Tanya seorang gadis berambut sebahu. Ini sudah ke sepuluh kalinya ia bertanya hal yang sama pada seorang namja yang duduk di sebelahnya. Tangannya masih meraba tangan namja itu, ia ingin meyakinkan bahwa namja itu masih berada disebelahnya. Itu karena matanya tak bisa melihat, dunianya teramat gelap.

"Aku harap ini benar, aku mencintaimu. Apa ini salah?" Namja itu mengambil beberapa helai rambut yeoja-nya dan mengaitkannya ke belakang telinga.

"Kau tidak salah. Aku juga mencintaimu, Oppa." Yeoja itu menyenderkan kepalanya di bahu namja bertubuh tinggi yang berada disebelahnya.

Terasa nyaman menurutnya. Namja itu mengembangkan senyumnya yang manis. 

"Lagi, lagi dan lagi, apa perlu ponsel ini kulempar saja keluar?" Namja itu sudah terlalu geram. Hampir puluhan kali ia memencet tombol reject. Ponselnya terlalu sering berbunyi, bahkan pesan masuk belum terbaca  sudah mencapai angka 50.

"Jangan, bagaimana kalau key meneleponmu? Kita kan butuh dia saat ini." Yeoja itu mencoba menenangkan namja yang bisa dibilang kekasih yang ia sayangi.

"Baiklah." Namja itu menyenderkan kepalanya sambil menutup mata.

Perjalanan ke daegu masih lumayan jauh, namun pikiran mereka masih teramat kacau, oleh karena itu mungkin satu satunya cara untuk menenangkan diri hanyalah tidur.

***

"Kalian kabur? Benarkah?" Key tidak percaya, sampai-sampai kacamata yang ia kenakan langsung dilepas.

"Hmmm, begitulah. Aku tidak mengerti dengan orang tuaku. Apa yang mereka maksud aku tak mengerti."

"Hmmm. Minho, dengarkan aku.  Mereka itu orang tuamu, kau jangan terlalu membantah mereka. atau kau akan mendapatkan karma bahkan hidupmu bisa tidak akan bahagia." Mendengar perkataan key, minho terdiam. Pikiran minho mengawang, ia memikirkan apa yang dikatakan key yang mungkin ada benarnya.

Namun apalah daya nasi sudah menjadi bubur, bunga cantik sudah kering, mati dan menjadi tanah.

Sudah tak ada yang bisa ia lakukan lagi. Ia sudah terlanjur mencintai sulli, yeoja yang selama 3 tahun menjadi kekasihnya. Awalnya ia dan sulli sangat bahagia, bahkan sangat jarang mereka bertengkar.

Tapi, masalah lain muncul dan membuat perjalanan indah mereka terhambat.

***
Flashback on

"Sulli, kau mau kerumahku? Aku membeli banyak ice cream kemarin. Sampai-sampai kulkas ku penuh, haha." Minho masih asik menyetir, kedua kakinya berada di daerah pedal, tangan kirinya memegang stir, sedangkan tangan kanannya mengoper gigi.

"Jinjja?" Sulli yang awalnya hanya diam, tiba tiba menjadi sangat semangat. Minho amat mengerti sulli. Ia akan menjadi seseorang yang periang saat menemukan ice cream. Hampir setiap hari minho membelikannya ice cream, terutama ice cream vanilla, sulli sangat menyukai itu.

"Ne~ kau boleh habiskan semuanya. Terlebih lagi itu adalah ice cream vanilla." Lanjut minho, ia ingin sulli menjadi semakin periang.

Menurutnya senyum sulli lah yang paling berharga untuk hidupnya saat ini. Sayangnya, akhir-akhir ini suli sering murung, apalagi jika tiba-tiba teringat akan orang tuanya.

Sebenarnya sejak kecil sulli tinggal di panti asuhan, ia tak tahu keberadaan orang tuanya. Ia sering bersedih jika ada hari ibu, ayah, atau saat pembagian nilai rapor. Pasti ibu panti yang mengambilnya. Candaan para orang tua pada anaknya yang sering ia dengar, selalu membuat hatinya iri. Namun begitu, ia selalu mencoba menyenangkan dirinya sendiri. Terlebih lagi ada minho yang selalu setia menemaninya.

✔️Just call my name Minho SHINee - SulliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang