PROLOG

1.2K 102 11
                                    

Cerita ini sepenuhnya fiksi. Jika ada kesamaan nama, tokoh dan latar belakang itu semua hanyalah ketidaksengajaan.

********

Seorang gadis muda berjalan cepat di koridor rumah sakit swasta terbesar di jakarta. Baru saja ia menerima telepon dari salah satu dokter spesialis bedah bahwa operasinya tidak berjalan sesuai perkiraan dan ia harus kembali ke rumah sakit karna itu. Ia memaki dalam hati saat perutnya mulai berbunyi. Makan sesuatu pun tak sempat dari kemarin malam. Si gadis memegangi perutnya yang terasa tak nyaman.

Ia terus berjalan dengan cepat dan tiba tiba seseorang menabraknya dengan keras membuatnya terpental menabrak dinding koridor bangsal rawat inap ruang VIP. Ia merasa pelipisnya berdenyut nyeri dan memeganginya secara otomatis. Si gadis sedikit terkejut melihat darah di telapak tangannya. Ia segera menoleh mencari seseorang yang bertanggung jawab atas kejadian ini dan ia mendapati beberapa orang koass dengan snelli (jas dokter) menatap dirinya.

"Adek baik baik saja?" Seorang koass dengan paras yang tampan memajukan tubuhnya. Ia terlihat cemas.

"Eh Gam, kasih hansaplast dulu aja tuh. Dokter kepala udah nunggu daritadi, kita bisa kena omel." Seorang koass wanita disebelahnya berbicara dengan sedikit nada tidak suka.

"Tanggung jawab pokoknya, aku ngga mau tau." Si gadis yang masih terduduk di bawah merasa dirinya akan diacuhkan dan ditinggal pergi begitu saja.

"Dek, sementara tunggu di sini dulu ya. Nanti kakak kakak dokter balik lagi buat obatin luka adek, ya?" Koass laki laki dengan wajah imut membantu si gadis untuk berdiri. Ia mendudukannya di salah satu bangku di koridor itu.

Setelah mendudukannya mereka berlari kecil pergi meninggalkannya. Ia kembali memaki dalam hati, kesialan kedua adalah pelipisnya bocor karna ulah koass yang bahkan baru dilihatnya. Si gadis mencari sesuatu di tasnya untuk menghentikan pendarahan ringan di pelipisnya. Bagaimana bisa calon calon dokter meninggalkan seseorang yang baru saja ditabraknya, batin si gadis kesal.

Ia membersihkan lukanya dengan alat seadanya di dalam tas miliknya. Akan memakan waktu jika ia berlari ke UGD dan lupakan melakukan itu saat belum memakan apapun dari kemarin malam. Ia berpikir bisa saja dirinya pingsan di perjalanan. Si gadis mengambil cermin untuk melihat letak lukanya dari situ. Saat ia mengangkat cerminnya, seseorang menyenggol dan cermin ditangannya terjatuh lalu pecah. Si gadis yang melihat itu berdiri dari bangkunya dan menatap seorang pria di depannya yang terkejut saat sebuah cermin pecah dihadapannya. Teman teman si pria ikut berhenti menyadari seorang temannya berhenti.

"Sorry dek, aku ngga lihat adek angkat angkat kaca barusan." Si pria dengan snelli tersenyum ke arah si gadis. Ia sedikit terkejut saat lawan bicaranya adalah gadis cantik yang imut. Teman teman di sebelahnya yang juga memakai snelli mengerubungi si gadis.

"Adek manis besuk siapa di sini?" Pria lainnya dari 4 pria dan 2 wanita disitu bertanya dengan genit kepada si gadis. Si gadis terdiam. Ia merasa bahwa gerombolan dengan snelli ini adalah residen dilihat dari paras mereka yang tak terlalu tua dan tak terlalu muda. Dirinya juga belum pernah melihat mereka.

"Siapa yang kamu panggil adek?" Si gadis menatapnya tajam. Kenapa daritadi orang orang memanggilnya adek? Memang hari ini dirinya datang dengan jeans sobek, tapi paling tidak mereka seharusnya memanggil 'kak' atau 'mbak'. Ya memang umurnya baru menginjak 25 tetapi semua orang menganggapnya berumur lebih muda lagi sekitar 18 atau 19 karna wajahnya yang masih terlihat imut tanpa kerutan.

"Udah yuk Ren, Sal. Kita udah di tunggu Dokter Kepala, ngga enak kalo telat." Salah satu wanita dengan Snelli menatap si gadis sinis.

"Iya iya, sorry ya dek. Kalo kamu tunggu sini sebentar, nanti kakak balik gantiin cermin yang pecah tadi deh." Si pria menepuk sebentar kepala si gadis dan berlalu bersama teman temannya.

Meet The ProfessorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang