"ALAN."
Panggilan bernada lembut yang sangat familiar ditelingannya itu sontak membuat laki-laki berpakaian putih abu itu membalikkan tubuhnya, kearah suara yabg tadi memanggilnya.
"Ini aku kemarin baru belajar bikin kue nastar, kamu coba ya."
Alan melirik kotak itu dan menerimanya."Makadih Dy, Nanti aku cobain dirumah."
Begitulah Alan. Bersikap manis kepada Medy. Alan sebenarnya tau kalau Medy memiliki perasaan kepada dirinya, namun apa daya Alan tak ada perasaan kepada Medy.
"Yaudah Alan, aku pulang duluan." Ucapan itu hanya dibalas anggukan oleh Alan.
Dengan langkah gontai. Medy melanjutkan perjalanannya yang terputus tadi saat bertenu Alan. Kini ia harus ke halte depan sekolah untuk menunggu angkutan umum yang biasanya ia tumpangi.
Setelah beberapa menit menunggu, tidak ada satupun angkutan umum yang lewat sekolah. Medy menghembuskan nafasnya, melihat handphonenya yang sudah mati tidak berdaya. Mungkin Medy selalu sibuk dengan pikiranya sampai tak sadar bahwa sudah ada seorang laki-laki didepan halte.
"Medy, ayo bareng gue!" Suara itu sangat Medy kenal. Itu suara Dimas, mantan Medy.
Medy berdiri sambil sedikit mundur."Gak Dim, Medy nanti dijemput kok."
Bukanya Medy takut dengan Dimas, bukan. Masalahnya Dimas itu orangnya, serem, kasar. Saat dulu madih pacaran. Medy sering sekali dipukul. Ingat saat dulu, Medy dapat chat dari kakak kelas disekolahnya memang seorang laki-laki tapi itu hanya mennanyakan tentang kegiatan extra. Namun saat dilihat oleh Dimas idi chat itu, betapa marahnya Dimas. Dimas langsung memukuli Medy, seolah ia lupa bahwa Medy adalah kekasihnya. Maka sejak saat itu, Medy memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu dan berusaha menjauh dari Dimas.
"Ayo lah Dy, udah gak bakal ada angkutan umum lewat sini." Paksa Dimas sambil menarik tangan Medy secara kasar.
"Aduh Dim, sakit!" Ucap Medy berusaha melepaskan cengkraman itu. Bukanya melepaskan atau melonggarkan. Dimas justru menpererat cengkraman itu. "Dimas! Sakit!" Teriak Medy dengan keras.
"Coba kalau sama cewek jangan kasar! Udah tau anaknya gak mau, masih aja maksa!" Dimas yang mendengar suara itu langsung melepaskan cengkraman itu, dan Medy langsung meniup-niup tangannya yang terasa panas dan perih.
"Gue yang maksa, kok lo yang repot?" Ucap Dimas dengan gayanya yang belagu.
"Buta! Jelas-jelas anaknya gak mau!" Bentak Alan membuat Medy sedikit tersentak. "Sana pergi!"
Medy yang madih memegangi tangannya itu duduk dihalte sambil menunduk, meniupi tangannya yang terasa perih. Tiba-tiba Alan ikut duduk disamping Medy, mengambil tangan Medy dan meniup secara lembut.
"Lo kenal sama cowok itu?" Suara Alan membuka keheningan diantara keduanya.
"Dia mantan aku, Lan."
"Lain kali hati-hati milih cowok, Dy." Ucap Alan tenang, sambil madih meniupi tangan Medy.
Setelah perbincangan itu, terjadi keheningan lagi. Medy bingung mau berbicara apa, begitu juga dengan Alan.
"Gue mau pulang. Lo masih mau nunggu angkutan umum?." Medy bingung mau menjawab apa. "Yaudah lo pulang bareng gue aja"
***
A/N: Hallo, ketemu lagi sama Miranda! Gimana ni menurut kalian? Suka gak? Ini aku buat Sequelnya Alan duluan, karena emang lebih banyak berimajinasi tentang Alan. Untuk Rafael dan Haidar tunggu aja ya! Tapi pasti dicerita ini mereka akan muncul. Buat yang kangen Alaric dan Syaqila juga tunggu aja karena pasti orang tua itu juga akan muncul dilapak ini wkwk.
Untuk saat ini gimana menurut kalian?
Spam next disini untuk lanjut!
Buat yang penasaran sama Medy sama Alan.⬇
Alan Alejandro Kafeel.
Medy Kayravina
Oke sekian dulu dari Miranda.
Salam Miranda Alejandro yang sangat sayang kalian❣
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDYALAN
Teen FictionCovercantik@pujina Medy Kayravina&Alan Alejandro Kafeel. Alan seorang siswa laki-laki yang terkenal di Sma Saraswati. Kegantengannya membuat dirinya disukai oleh banyak wanita. Semua mengetahui bahwa seorang Alan, tidak pernah memiliki pacar. Alan s...