Sosok Jonathan yang kalo kata Gianna itu berkepribadian ganda adalah seorang Project Manager di salah satu perusahaan kontraktor ternama di Indonesia. Namanya Jonathan Park. Pria tampan berdarah campuran Sunda-Korea itu terkenal dengan keluwesannya...
Sebetah itu gue di kantor? Bisa dibilang iya bisa juga dibilang nggak. Bisa nggak kalo kita sebut aja sebagai pelarian? Iya. Pelarian.
"Lah, Pak Jonathan nggak pulang lagi?" gue tau itu siapa.
"Biasalah, Pak. Lembur lagi," jawab gue.
"Walah dalah. Lembur terus ya, Pak."
Gue hanya bisa senyum. Sedikit. Sambil pamitan dengan kaleng kopi Nescafe Latte dingin di tangan gue. Well, habis ini gue emang bakalan balik apartemen dulu buat siap-siap ngantor lagi. Selagi masih ada dua jam sebelum jam ngantor.
Pintu lift langsung terbuka begitu gue menekannya tadi. Gue pun masuk dengan santai sambil menyesap kopi dingin.
Ting!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bentar dulu, Pak!" kata seseorang sambil menaham pintu lift yang hampir aja ketutup.
Pintu lift pun akhirnya kebuka lagi berkat tangan kurus cewek itu.
"Maaf," katanya sambil tersenyum ke gue.
Ngeliat cewek itu gue dengan nggak sengaja malah nyemburin kopi yang entah kenapa sedaritadi belum ketelen juga. Untungnya nggak kena di muka cewek itu.
"Olivia?!" tanya gue sangat terkejut.
Tell me, ini udah pagi kan? Gue semalem nggak ada minum tapi kenapa kok rasanya halusinasi gue terlalu nyata rasanya? Oliv gue!
"Olivia?" tanya cewek itu bingung.
Tanpa babibu lagi gue langsung meluk dia. Meluk Oliv gue. Kalopun ini bukan karena halusinasi mabuk gue yang artinya ini cuma mimpi, gue nggak mau buang-buang waktu. Jarang-jarang ketemu Olivia gue di mimpi.
Tapi, Oliv malah ngedorong gue buat ngejauh. Ya. Wajahnya kelihatan kesel.
"Ijinin gue meluk lo sebentar aja sebelum lo ngilang lagi," lirih gue.
Nah kan bener ini Olivia gue nih. Dia diem sampai kemudian gue ngerasa kalau gue sama dia udah pelukan beberapa menit tapi Oliv nggak ilang-ilang. Gue pun melepas pelukan itu dan menatap wajahnya. Oliv awet muda ya. Imut banget.
"Udah?" tanyanya.
"Udah?" tanya gue.
"Saya harus nekan lantai tujuan saya, Pak. Daritadi lift kita nggak jalan-jalan loh," jelas Oliv.
Gue malah ketawa. Sumpah ini mimpi kayak beneran. Olivia gue nggak ilang-ilang.
"Kamu ngapain sih ngomong pake saya-saya gitu?" berhubung Oliv masih ada kan.
