3

63 18 18
                                    

"Mungkin menyukai seseorang yang tak kita kenali bisa dibilang cukup indah"

🌸🌸🌸

Aku berjalan bersama orang tuaku menuju rumah makan yang menjadi tempat Kak Dena dan teman-temannya berkumpul. Kak Dena sudah mendahului bersama rekan tim-nya. Orang-orang dari berbagai kota berkumpul di sini. Bahkan, sepertinya ada yang dari luar Pulau Jawa, itu setahuku karena aku hanya melihat dari ciri-ciri orang tersebut.

Aku hanya diam, melamun melihat meja makan yang masih kosong. Kak Dena memang tidak semeja denganku. Di sini ramai, tapi aku merasa sepi.

Aku memilih melihat orang-orang yang baru saja datang. Memang tidak ada yang aku kenal. Tetapi, dari sekerumunan orang yang baru saja datang, aku seperti melihat sosok yang tak terlalu asing buatku.

Benar saja, seorang cowok yang sudah berhasil memikat hatiku rupanya rekan satu tim Kak Dena. Aku tersenyum senang di luar kesadaranku, sambil melihatnya, menikmati pesonanya seakan magnet di dirinya menarikku untuk menatap wajahnya lekat-lekat.

"Del, kamu kenapa sih senyum-senyum sendiri?" Itu suara ibu, bertanya tentang kelakuanku yang mungkin terlihat sedikit gila.

"Emm, masa sih?"

"Iya, masa kamu ngga sadar? Kamu gapapa kan?" Tanya ibu cemas-sambil menempelkan telapak tangannya di dahiku.

"Engga papa kok, Dela baik-baik aja," kataku untuk melegakan ibuku, ya kali aku mengatakan habis liat cogan lewat.

Aku kembali melihat sosoknya yang sudah duduk di tempatnya, berkumpul bersama teman-temannya, termasuk Kak Dena. Mejanya cukup jauh dariku, sehingga aku tidak bisa terlalu sering melihatnya yang akan membuat orang tuaku curiga.

Dia duduk berhadapan dengan Kak Dena. Ini membuatku mudah menanyakan namanya pada Kak Dena. Rasanya senang sekali. Baru kali ini aku merasakan perihal seperti ini. Perasaan tak karuan yang tiba-tiba datang.

🌸🌸🌸

Aku sedang merenung, di kamar Rani. Aku memang akan tidur bersamanya. Cuma, jam segini Rani belum pulang dari sekolahnya. Jadi ya, aku hanya menghabiskan waktuku sambil menunggu Rani dengan memikirkan apa yang terjadi hari ini. Secara tiba-tiba yang membuatku sedikit heran, aku bisa menyukai orang. Menyukai dalam artian, ya begitulah.

Mungkin belum tepat waktunya aku menanyakan namanya pada Kak Dena. Aku ingin menanyakan ketika sudah di rumah saja. Tapi, aku takut kakakku lupa kalau dia duduk berhadapan dengannya waktu makan siang tadi.

Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika menanyakan tentangnya ketika masih berada di Bandung. Bisa saja kakakku mengatakan padanya,
"Masa adek gue naksir sama lo."
Aku bergidik ngeri memikirkannya. Jangan sampai itu terjadi. Karena terkadang Kak Dena suka blak-blakan.

Ingin sekali rasanya aku menceritakan kejadian hari ini pada Alisha, Karina, dan Vanda. Namun, mereka juga belum pulang sekolah seperti Rani. Ternyata, mbolos nggak enak ya, hehe.

🌸🌸🌸

Aku memilih beranjak tidur siang yang kurasa lebih baik. Daripada menunggu sambil melamun, karena gabut sedang melandaku.

Seharusnya, tetap bersama Kak Dena akan jauh lebih baik, tetapi tadi orang tuaku sudah mengajakku pulang, tanpa mampir-mampir terlebih dahulu. Jadi ya, pupus sudah keinginan untuk melihatnya lebih lama.

Sampai sekarang, aku masih belum bisa tertidur. Hanya menatap langit-langit kamar Rani dalam keheningan. Berganti mengamati sudut-sudut kamar Rani. Melihat rak buku membuatku tertarik, dan aku beranjak dari tempat tidur, berjalan ke arah tujuanku.

Kubuka buku-buku catatan milik Rani, tanpa izin. Tak apa, aku bisa mengatakan padanya ketika dia sudah pulang. Kubuka lembaran-lembarannya, tulisannya bagus dan rapi. Dengan dihias menggunakan highlighter.

"Rajin banget," batinku.

Kukembalikan buku catatan ke tempat semula. Berganti melihat koleksi ensiklopedia miliknya yang lumayan banyak. Yang jelas lebih banyak daripada koleksiku. Kebayang nggak sih banyaknya, aku yang penyuka buku saja tidak sebanyak koleksinya.

Kuambil salah satu dari 'mereka'. Berjudul "The Universe" yang kurasa menarik untuk dibaca. Kubawa 'dia' ke meja belajar dan aku duduk di kursinya.

Kubuka halaman per halaman. Aku baca-baca tentang Merkurius sampai Neptunus. Hingga aku akhirnya bosan. Setidaknya, aku tetap belajar walau 'mbolos sekolah'.

Mengembalikan ensiklopedia tersebut dan akhirnya kutemukan koleksi novel Rani yang lumayan banyak. Kulihat judul satu-satu novelnya yang tertata sangat rapi. Mengabaikan judul novel yang sudah kupunya atau pernah kubaca. Melihat blurb-nya ketika aku tertarik dengan judul novelnya. Sampai aku tertarik pada salah satu judul novel.

"Cinta Pandangan Pertama"

Aku memilih untuk membacanya di atas tempat tidur, dan masuk ke dunia cerita yang dibuat penasaran oleh penulisnya.

🌸🌸🌸

Krisannya yuk:)

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang