FATAL ㅡkth+jjk

Chapter #9

"Bukan aku."

Suasana hening di sepertiga malam, saat dimana semua orang terlampau nyenyak dalam waktu istirahatnya, termasuk Kim Taehyung.
Jungkook memilih bangkit dari ranjang untuk selanjutnya melangkah menuju kamar mandi. Menutup pintunya perlahan, sebisa mungkin berusaha untuk tidak membangunkan sang kakak dari tidurnya.

Sudah nyaris setengah jam lamanya Jungkook berdiri didepan wastafel. Menatap kosong pantulan dirinya sendiri dengan tampilan berantakan. Rambut teracak tidak teratur akibat tarikan dari tangannya sendiri. Sorot matanya layu disertai cetakan warna kehitaman dikedua kelopaknya. Jungkook depresi.

Bayangan kekejaman yang dilakukan pada tubuh Mina tidak henti membayanginya. Menjadikannya dihantui rasa bersalah yang serasa menikam. Lalu, desisan tipis lagi-lagi keluar dari bibir indahnya. Menahan erangan sakit ketika mata cutter itu menggores pergelangan tangannya untuk kesekian kali. Menciptakan bau amis semakin pekat dipenciumannya, ketika darah segar kembali mengucur dari pergelangan tangan, menjalar ke jemari dan berakhir menetes di keramik.

"Sial.. Ini masih sakit."         Berbisik lemah, Jungkook kembali menggoreskan cutternya disekitar luka yang masih menganga. Menciptakan luka baru, saat merasa bahwa rasa sakit pada bekas goresan itu masih belum mampu menghapus rasa bersalah yang ia lakukan pada kekasih Taehyung.
Bahkan meskipun Taehyung berkali-kali memintanya tenang dan meyakinkan bahwa Jungkook tidak bersalah.

"Brengsek!! Kubilang bukan aku yang membunuh!!!"

Berteriak frustasi. Jungkook mendorong seluruh barang yang tertata rapi diatas rak kecil samping kanan wastafel. Menjadikannya berantakan dan menimbulkan suara berisik ketika barang-barang itu jatuh membentur lantai. Bahkan masih tidak cukup puas dengan itu, Jungkook mengepalkan jemari untuk kemudian meninju cermin kaca hingga retak.

Berkat suara berisik, tak ayal membuat Kim Taehyung terbangun dari tidurnya. Mengulurkan tangan meraba sisi ranjang yang ternyata kosong; Jungkook tidak ada disana. Membuat dahinya mengerut sebelum kemudian mengerjapkan mata pelan, terlampau penasaran dengan ketidakadaan Jungkook disampingnya. Lantas membangkitkan tubuh, bersiap keluar kamar untuk mencari entitas sang adik sebelum tubuhnya dikejutkan suara gemerincing dari dalam kamar mandi.

Terlampau penasaran dan juga khawatir, ia lantas membawa kaki melangkah mendekat. Tangan kanan terulur mencengkram knop pintu bersiap untuk membuka, meski akhirnya gagal sebab Jungkook mengunci pintunya dari dalam. Menjadikannya kalang kabut ketika Jungkook tidak menjawab panggilannya, sedangkan suara berisik dari dalam sana semakin menjadi-jadi. Taehyung sudah pernah memergoki kegilaan Jungkook sebelumnya, dan Demi Tuhan, ia tidak ingin kejadian buruk itu terulang kembali.

Mengumpat pada akhirnya, Taehyung memilih berlari menuju laci nakas untuk mencari kunci cadangan. Tidak ingin mengulur waktu, segera berlari menuju pintu setelah menemukan kunci yang dicari. Dan Taehyung merasa seolah nyawa dicabut paksa dari raganya. Sekujur tubuh bergetar hebat, tulang-tulangnya serasa meleleh tanpa daya. Menjadikannya melangkah terseok memasuki kamar mandi yang berantakan, serupa dengan bekas peninggalan peperangan. Dan Taehyung tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis saat mendekati sang adik yang terduduk lemas bersandar pada pinggiran bathtub dengan lengan dan pakaian bersimbah darah serta kepala tertunduk lunglai.

Dan Taehyung hanya berinisiatif membersihkan tubuh Jungkook dan mengganti pakaiannya. Sebelum beralih mengobati luka dipergelangan tangan. Menempelkan perban dan memberi asupan penambah darah, disuntikkan melalui cairan infus yang terhubung dengan tubuh adiknya.
Karena Taehyung tau, sejak kecil Jungkook tidak pernah suka rumah sakit. Dan karena Taehyung tau, adik kesayangannya memiliki kelainan sejak kecil yang tidak ㅡbelum bisa disembuhkan.
Alasan itulah yang menjadikannya yakin mengambil kuliah dijurusan kedokteran. Maka dengan segenap obsesi gilanya, Taehyung hanya ingin Jungkook butuh dirinya, dekat dengannya tanpa ingin lagi melihat orang lain.