Dari Asisten Manajer HRD beralih menjadi Manajer bagian ngurusin anak orang,
Jisoo masih harus meladeni bayi besar yang mereka panggil 'Tuan Muda Taeyong' ini tanpa mereka tahu--bahkan semua orang--bahwa takdir bukan suatu hal yang bisa ditebak.
"UD...
Jisoo menghempaskan badannya. Hari ini cukup bikin capek. Dimulai dari jemput Taeyong buat nge-gym meskipun asal-asalan pas diajarin trainer Johnny,
kemudian salam-salaman di kafe ketika Taeyong mendadak setuju untuk ngikutin kemauan Nyonya Han.
Dan sore tadi waktu nganterin Taeyong buat ketemu ayahnya, Jisoo mendadak dipanggil Bu Irene--Manajer HRD--yang butuh bantuan.
Yang paling parah, waktu Jisoo dapet telepon dari Nyonya Han kalo Taeyong kabur lagi. Urusan dengan Bu Irene aja belom selesai, dan Taeyong buat ulah.
“Lo bilang deal mau jadi orang normal. Di dunia ini lo sendiri yang kalo dipanggil ayahnya malah kabur!” teriak Jisoo ketika memergoki Taeyong sembunyi di ruang kontrol.
Jisoo geleng-geleng, berusaha ngelupain semuanya. Dia butuh istirahat.
"Gua baru tau lo sekarang jadi asisten, kak," celetuk Yohan yang baru ngambil nasi di dapur. Makan jam sebelas malam nggak bikin Yohan gendut.
Yohan dan Jisoo, kakak beradik yang tinggal jauh dari orangtua. Waktu itu, begitu Jisoo diterima kerja dengan gaji yang bahkan nggak Jisoo bayangin, Yohan resmi kuliah di sini juga. Jadilah Jisoo nyewa apartemen.
"Bayangin, Yo, anak orang kaya tapi pengangguran dan tinggal di rumah kecil. Bagusan apartemen gua," celoteh Jisoo.
Jawabannya udah cukup dari cengiran Jisoo. "Tapi nyebelin, bukan nyebelin uwu gemes tapi nyebelin bikin sakit kepala gitu. Sumpah."
"Lo nggak nyari tau gitu, kak, kenapa dia tinggal sendiri kayak nggak punya keluarga?"
Jisoo menggeleng. "Kalo gua nanya pasti dia bilang gua hobi ngurusin hidup dia."
Yohan ketawa. Mantan atlet taekwondo ini manggut-manggut aja, abis itu lanjut makan nasi.
Sejurus kemudian, Yohan bicara lagi. "Tapi Hyewon barusan baca cerita tentang cewek yang jadi asisten bosnya, terus, nikah deh abis itu. Jangan jangan lo gitu?" ditutup dengan cengiran khas Yohan; plus pipi sebelah kanan gembung lagi ngunyah nasi.
Alhasil, Jisoo menghadiahi Yohan dengan lemparan bantal sofa yang bikin cowok itu teriak. "KAK GENDHENG NANTI TUMPAH SEMUANYA."
"Iseng banget mulut lo, gua nggak kenal dia siapa main nikah-nikah aja," sungut Jisoo.
Yohan malah berdecak. "Saran gua, ngadepin orang nyebelin gitu emang butuh pengorbanan. Lo harus nganggep dia temen dulu, biar dianggep temen sama dia."
Jisoo mendengus awalnya. Gengsi banget dinasehatin adik sendiri. Tapi lama-lama, omongan Yohan masuk akal.
Jadi asisten pribadi nggak melulu punya sekat di antara berdua. Empat hari ini Jisoo selalu berlagak kayak manajer seorang artis.
Tanpa ngomong apa-apa lagi dan dibalas Yohan dengan protesnya karena nggak digubris, Jisoo beranjak buat ngecek pintu sebelum tidur.
Pas banget habis ngecek pintu apartemennya, ponsel Jisoo bunyi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
