Sunny melangkahkan kakinya ke dalam rumah Jisoo. Ia terperangah memandangi isi rumah Jisoo yang sangat mengesankan. Sangat jauh berbeda dengan rumahnya. Rumah Jisoo memiliki dua tingkat dan sangatlah luas. Sunny tidak pernah tahu ada rumah sebesar ini di dunia. Dan ia yakin, pasti ada rumah yang jauh lebih besar dari ini.
Seketika Sunny jadi merasa rendah diri.
Sunny duduk di meja bundar pendek yang berada di kamar Jisoo. Tak henti-hentinya ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar teman barunya itu. Kamar itu didominasi warna peach yang sangat menarik bagi anak perempuan seperti mereka. Ada perasaan iri yang terbersit di hati Sunny saat melihat kamar Jisoo.
"Anggap saja kamar sendiri," ucap Jisoo yang sudah mengganti seragamnya. Jisoo hanya memakai kaus light yellow longgar tanpa lengan dan short pants. Kamar Jisoo memiliki penghangat, jadi tak masalah jika ia memakai pakaian setipis itu di udara yang begitu dingin.
Sunny membelalakkan matanya melihat pakaian Jisoo.
"Sooie, kenapa pakaianmu seperti itu? Apa kamu tidak malu?" tanya Sunny dengan polosnya. Jisoo pun memperhatikan pakaiannya. Lalu, ia kembali menatap Sunny.
"Tidak. Untuk apa aku malu? Aku kan masih pakai baju," jawab Jisoo tak kalah polosnya.
"Ayahku pasti akan memarahiku kalau aku memakai pakaian seperti itu," ucap Sunny sambil membayangkan ekspresi ayahnya saat ia pernah berpakaian seperti itu.
"Seperti apa?" tanya Jisoo.
"Seperti itu. Terbuka," jawab Sunny.
"Terbuka? Ini tertutup, tahu," elak Jisoo kesal. Ia masih berpakaian sopan menurutnya.
"Benarkah? Kalau begitu, maafkan Sunny." Sunny pun menunduk karena merasa bersalah. Ia takut saat melihat Jisoo kesal. Ia takut Jisoo marah padanya dan tak mau lagi berteman dengannya.
Jisoo menghela napasnya dan mengangguk pelan. Ia tidak mau bertengkar dengan Sunny. Ia menyukai kepribadian Sunny yang sangat polos dan lucu. Jadi, ia akan tetap berteman dengan Sunny.
Jisoo berjalan menuju box kecil lalu menyeretnya ke tempat mereka duduk. Ia membuka tutup box itu dan mengeluarkan berbagai mainan dari dalam sana. Mainan-mainan itu tampak mahal dan sangat bagus. Sunny tidak bisa menahan ekspresi kagumnya saat melihat semua koleksi mainan Jisoo. Ia bahkan hanya memiliki boneka yang telah usang di rumahnya. Sedangkan, mainan Jisoo begitu melimpah.
Sekali lagi, Sunny iri.
Sunny mengambil salah satu barbie yang nampak cantik. Ia memperhatikan barbie itu dengan senyum manisnya. Jari-jarinya mengelus sayang rambut barbie itu. Ibu jarinya mengusap wajah barbie itu. Ia begitu mengagumi boneka cantik itu.
"Kau suka?" tanya Jisoo. Ia juga senang saat melihat temannya menyukai mainannya.
Sunny menoleh dan mengangguk cepat. Senyum manis setia bertengger di bibirnya. Lalu, atensinya kembali pada barbie di tangannya itu.
"Tapi, kalau kamu mau mainanku, jangan bawa yang itu. Aku suka barbie itu. Kamu boleh ambil yang lain kecuali itu," ujar Jisoo yang mulai mengeluarkan mainan lainnya.
Sunny menoleh dan menggeleng cepat. "Tidak mau! Aku mau yang ini," tolaknya dengan cepat sambil memeluk erat barbie tersebut.
Jisoo kesal dan berusaha menarik barbienya kembali. "Tapi aku suka ini! Kamu tidak boleh mengambilnya! Ini punyaku!" teriak Jisoo.
"Tapi kamu kan masih punya banyak! Aku tidak punya! Jadi aku mau yang ini!" balas Sunny yang masih mempertahankan barbie itu.
"Kamu kan boleh ambil yang lain! Kenapa kamu memaksa ingin yang ini?!" Jisoo berusaha keras mengambil alih boneka kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Daddy ✔
Fanfiction[Semua chapter telah direvisi] Ketika kebahagiaan sederhana direnggut dari seorang gadis kecil dan ayahnya. ❝Mereka memang terlihat indah walau sendirian. Tapi, bukankah akan semakin indah jika mereka bersama?❞ June, 2nd 2018 ー June, 27th 2018 Revis...