Bagian 2 - Rencana

7 0 0
                                    


Ryan berdeham.

Di depan dirinya, terduduk seorang Cicilia dan Renaldi. Mereka memfokuskan pandangan kepada Ryan.

"Jadi apa yang ingin kamu sampaikan? Cicilia bertanya, menatap Ryan dengan samar karena pandangannya tidak begitu jelas.

Ryan menoleh kepada Cicilia, tersenyum, "Semua berkat kamu yang kesiangan, Cicilia!"

Perempuan itu menaikkan kedua alis, terheran dengan maksud Ryan.

Ingin membuat penjelasannya menjadi sederhana, Ryan kembali ke mejanya dan merobek secarik kertas dari buku catatannya, ia lalu menunjukkan kertas tersebut kepada Cicilia dan Renaldi.

Mereka berdua melihat dengan serius.

"Apa yang kalian lihat?"

"Kertas catatan kosong," Keduanya menjawab.

Ryan menggelengkan kepala dan membalik kertas tersebut, "Aku melihat huruf A di kertas ini," Ujarnya. Ia membalikkan kembali kertas itu, "Apa yang kalian lihat, belum tentu apa yang aku lihat."

Renaldi menopangkan dagu, berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh Ryan. Sesaat setelah itu, ia ber-ah.

"Kak Renaldi mengerti maksudku?"

Lelaki yang lebih tua 3 tahun dari mereka berdua itu mengangguk. "Cicilia terjatuh karena tidak menyadari keberadaan kabel yang ada di bawah kakinya. Padahal kabel tersebut terlihat dengan jelas oleh aku dan Ryan."

"Uh, berhenti membahas tentang itu, aku malu sendiri..." Cicilia menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya.

Ryan tertawa kecil, kemudian melanjutkan penjelasannya, "Ini hanya asumsiku saja, tapi kemungkinan besar sang Kesatria Putih memiliki sihir yang bisa memanipulasi keberadaan," ia mengambil sebuah spidol dan memberi tulisan "B" pada halaman kertas yang kosong.

"Kalian melihat B sedangkan aku melihat A." jelas Ryan, "Tapi aku tidak tahu apakah manipulasi itu terbatas pada visual saja, atau lebih,"

"Hmmm." Cicilia sepertinya telah menangkap pokok pikiran dari penjelasan Ryan. Penasaran dengan sesuatu, perempuan itu segera kembali ke mejanya dan menyalakan komputer.

Ryan dan Renaldi menghampiri Cicilia seakan bertanya sedang apa?

"Aku penasaran dengan sesuatu,"

Walau terlihat gesit, Cicilia masih menyipitkan mata untuk mengoperasikan komputer dengan benar. Pandangan buram mencegahnya untuk memaksimalkan apapun yang sedang ia lakukan. Sejenak memandang, Cicilia sepertinya membuka situs pencarian, Boogle. Perempuan itu lalu membalikkan badan, "Kak Aldi dan Ryan, perampokan terjadi jam berapa?"

"Jam 9? Kalau enggak salah, kenapa?" ujar Renaldi setelah ia memeriksa ponselnya.

"Ryan, bisa bacakan ini untukku?" Cicilia mempersilakan Ryan untuk memeriksa komputernya.

Rupanya Cicilia mencari jam buka Sakura Minimarket, namun karena tulisannya terlalu kecil untuk ia baca, dia menyuruh Ryan untuk melakukannya.

Seraya menopang dagu, Ryan memikirkan kolerasi antara jam buka Sakura Minimarket dan waktu perampokkan. Menyerah karena tidak mendapatkan kesimpulan apapun, ia menoleh kepada Cicilia dan meminta penjelasan.

Cicilia tersenyum, "Sekarang kita asumsikan teori dari Ryan benar, selanjutnya, bagaimana kalau kita anggap sang Ksatria Putih punya kelemahan?" perempuan itu menoleh ke Ryan, "Sakura Minimarket buka jam berapa?"

"10."

Perempuan dengan rambut panjang itu mengambil kertas catatan yang diletakkan Ryan di meja. Kemudian ia menyuruh Renaldi dan Ryan berdiri di depan dan di belakangnya. Sembari membeberkan isi kertas, ia berkata, "Coba katakan huruf yang kalian lihat,"

Penyihir 115Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang