Edo

4 0 0
                                    

Remaja bertubuh gempal itu terus saja mengusap kasar kepalanya yang tidak gatal.Pikirannya selalu saja terbayang kejadian tadi malam.

Edo membolak-balikkan badannya dengan kesal.Tadi sore baru saja dia bertengkar dengan sang kakak,Bagus.
Keinginannya untuk kembali ke Bandung di tolak mentah-mentah oleh kakaknya.

"kak,aku pengen balik aja deh.enakan ikut ayah di Bandung." rajuk Edo

"gak,ayah tuh udah nikah lagi.mending kamu di sini sama kakak.ntar kamu gak keurus di sana."

"tapi kak.." Edo paham betul watak kakaknya itu.Percuma walau memberi berjuta rayuan pendiriannya tak akan goyah.

Edo menghentakkan kakinya saking kesalnya.Bergegas dia menuju kamar dan mengunci pintunya dari dalam.Padahal adzan isya baru saja berkumandang.

Dia rebahkan tubuh gempalnya berusaha memejamkan mata.Berharap akan segera terlelap dan besok pagi amarahnya bisa mereda.
Namun,ketika nyaris terlelap telinganya menangkap suara yang begitu berisik di kamar kakaknya.Padahal dia tau Kak Laras,kakak iparnya tengah berada di Bandung.
Dengan setengah mengendap-endap Edo mendatangi sumber suara.Saat itu juga Edo menutup mulutnya rapat-rapat.

"Aini...." gumam Edo pelan.

Edo segera melangkah menuju kamarnya.Perasaannya kacau,melihat kakak tersayangnya sedang mencoba menggauli remaja seusianya.
Nafas Edo memburu,dalam hatinya timbul penyesalan

"kenapa aku tak mencegah perbuatan kak Bagus?"

Edo melangkah lesu menuju mejanya.Dilihatnya pagi ini Aini terlihat seperti biasa.Tidak memandangnya sama sekali.Namun Edo terus saja membayangkan wajah putih Aini yang memerah semalam.Ada desiran aneh dalam dadanya."Dalam kondisi seperti itu Aini terlihat cantik sekali hmm."

"Edo!kamu daritadi dengar penjelasan ibu tidak!?!!"

Sebiji kapur kecil tepat mengenai matanya yang daritadi kosong karena melamun.Edo tercyduk oleh Ibu Guru Sasmi yang cukup killer.

"i..iya bu maaf"

"kamu ini,tatapan mata gak pernah lepas dari Aini daritadi!gurunya itu saya atau Aini!?!!"

"huuuuu....!!!"

Seluruh penghuni kelas mulai bersorak.Aini sangat malu dan membenamkan wajahnya ke punggung Jiya.Sedangkan Jiya hanya terdiam.

"Ah,Aini..aku juga pengen bisa seperti kak Bagus semalam"

Terlihat di sudut bibirnya telah basah.Angannya melayang membayangkan betapa indahnya makhluk Tuhan di hadapannya saat ini..

"Aini,tunggu saat itu tiba ya.."

Edo tersenyum penuh arti..

AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang