Chapter 10

14 1 0
                                    


“ Loe diem aja dulu disini. jangan kemana-mana! kalo ada orang cepet ngumpet jangan sampe ketauan. Gue bakal segera balik.” perintah natha dengan wajah tegasnya.

Entah karena sebab apa dia memberikan perintah itu padaku dan kemudian menghilang begitu saja.

“kenapa sih dia!!!” teriakku sambil menghentak-hentakkan kakiku ke tanah.

Karena merasa terganggu atas kata-kata natha yang terus berdengung di pikiranku, aku mencoba menenangkan diri dengan memejamkan mata dan menyandar pada batang pohon yang terasa begitu besar ini.

Rasa kantuk pun muncul kala angin semilir terus berhembus dan menciptakan suasana yang sejuk.
Aroma sekitar yang dipenuhi dengan wewangian daun-daun seolah menjadi aroma terapi yang membujukku untuk segera tidur.Dan benar saja. rasa lelah yang menggelayuti tubuhku serta  suasana yang begitu nyaman membuatku tanpa sadar sudah tertidur .

*****

Mataku langsung terbuka kala mendengar suara langkah seseorang yang berlari.

“NATHA ...!!!” Pikirku yang entah mengapa saat ini mengharapkan kedatangannya.

Baru saja aku hendak memanggil dan berteriak padanya. Namun, kedua tanganku secara refleks menutup mulutku.  saat kujumpai sosok yang ternyata bukanlah natha. melainkan sosok pemuda dengan tubuh penuh luka sedang berlari.

Melihat sosok itu aku langsung menyembunyikan tubuhku di balik pohon ini sesuai dengan perintah yang diberikan natha olehku sebelumnya. Suara tembakkan  membuatku terloncat, entah mengapa suara tembakkan itu justru membuatku semakin didera rasa penasaran.

Kucoba mengintip dari balik pohon dengan berusaha untuk tetap tidak terlihat.

Pandanganku menangkap sosok pemuda tambahan yang kini terlihat memunggungi dari arah aku bersembunyi.
Pemuda dengan menggunakan seragam itu membawa sepucuk senjata laras panjang. dan sosok pemuda yang pertama kali tadi kulihat tampak  tersungkur dengan darah yang mengalir dari beberapa bagian tubuhnya.

“GAWAT..!!! SIAPAPUN TOLONG DIA…!!!”  batinku, merasa iba melihat pemandangan mengenaskan ini.

Tapi entah setan apa yang sedang merasuki tubuhku ini. tiba-tiba saja aku sudah memukul kepala pemuda berseragam itu dengan benda keras yang ada di dalam tas ku ini.

Kini  sosok pemuda berseragam itu tersungkur dihadapanku dengan wajah mencium tanah. Dan sosok pemuda terluka itu kini membelalak kaget melihat kehadiranku yang tiba- tiba muncul dihadapannya.

Saha ieu….” kata pemuda itu.

Mendengar suara pemuda itu mebuatku sadar dari lamunan , aku langsung memeriksa tas yang aku bawa.

Namun, saat melihat isi yang ada dalam tas tersebut. Tangisku seketika pecah. melihat benda penting yang aku bawa hancur dan tak berfungsi lagi.

Pemuda itu langsung menoleh ke arah belakang,  kala mendengar suara gemersak dedaunan dan ranting kering yang terinjak seseorang yang sedang berlari kearah kami.

Dengan mata membelalak pemuda itu berhenti dihadapan kami, namun kali ini aku dapat bernafas lega, karena yang datang tak lain adalah sosok natha.

laki-laki terluka itu  langsung merangkak kearahku. dan dengan susah payah ia mencoba berdiri dengan bantuan sebuah ranting kayu. Mengambil posisi membelakangiku serta mengancungkan ranting kayu itu seolah sedang memasang sikap melindungiku.

Sosok yang sedang berlari itu perlahan memperlambat langkah kakinya. Berjalan mendekat dengan tatapan penuh tanya yang tersirat dari raut wajahnya.

“Neng geulis,  lari!” perintah pemuda terluka itu sambil memasang sikap siaga.

Namun aku yang mengenali sosok itu,  natha. Orang yang berdiri dihadapan pemuda terluka itu terus menatapku. Yang berdiri di balik punggung pemuda terluka .

Mendapati aku yang masih berdiam diri pemuda itu menoleh kearah belakang dimana aku berdiri sambil mengulangi ucapannya dengan nada waswas.

Kini natha memasang wajah malas, menanggapi reaksi pemuda di hadapannya. diapun menepuk jidat dan kemudian mengacak-acak rambutnya.

Akupun menepuk pundak laki-laki yang memunggungiku itu, sambil memeragakan gerakan meminta maaf yang entah dapat dimengerti olehnya atau tidak.

Kini laki-laki itu terlihat kebingungan, beberapa kali dia menoleh kearah ku dan natha sebelum akhirnya kembali terduduk akibat luka yang dideritanya.

“Neng kenal akang itu?” Tanya pemuda terluka itu padaku yang langsung kubalas dengan anggukan kepala.

“Maaf kang, biar saya gendong…  Sebelum orang itu sadar.” Ucap natha yang sudah memposisikan dirinya dengan berjongkok.

lo bawain aja barang gue !!!” ucap natha yang entah kenapa terdengar di dalam pikiranku.

eh? Apa ini telepati?” ucapku di pikiran.  masih membelalak tidak percaya.

menurut loe ?! ” jawab natha sambil memutar bola matanya malas.

oke ” ucapku yang langsung mengambil tas milik natha.

“saha…”  Ucapan laki-laki itu terhenti.

Entah kalimat apa yang hendak ditanyakannya tadi.  Namun, sekarang laki-laki itu justru memberikan instruksi pada kami untuk pergi ke arah selatan hutan ini.
kata natha  pemuda itu mengatakan bahwa di seberang sungai yang ada di selatan hutan ini ada desa kecil tempat kenalannya tinggal.

Setelah berjalan kurang lebih satu kilo meter, akhirnya sungai yang dikatakan pemuda itu mulai terlihat. Kami mempercepat langkah kami.
Namun, saat tiba di pinggir sungai rasa putus asa tiba-tiba memenuhi pikiranku.

eeh… gimana cara kita ke seberang?” ucapku sambil menatap natha yang berdiri di pinggiran sungai luas itu.

“Sebenernya sih kalo Cuma segini gue bisa renang, tapi gak mungkin kan gue renang sambil bawa lo berdua ?!” gumam natha dengan tampang mengejek seperti biasanya.

Pemuda yang digendong oleh natha tiba- tiba berbisik
“ tenang kang, saya menyimpan rakit di balik pohon itu.” ucap laki-laki yang ada di balik punggung natha.


Bersambung……

Hehehe... Akhirnya twinity bisa up reipring. Maaf karena berbagai alasan twinity baru bisa up sekarang.(alasan mulu 😒😂)

Intinya makasih buat para pembaca yg udah mau luangin waktu buat baca cerita gaje ini.

ReipringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang