Angin malam berhembus semakin dingin.Aini merapatkan selimutnya untuk melindungi tubuhnya.Ini sudah hari ketiga Jiya menghilang.Sepatu yang dia temukan di sungai,menjadi titik awal pencarian Polisi dan warga.
Aini merasakan penyesalan yang begitu dalam.
"ah,andai saja kita gak diem-dieman pasti hal ini gak akan terjadi mar.."
Tangannya mengusap mukanya yang kusam,karena beberapa hari tidak terlalu fokus mengurus badan.Ibu dan keluarga Aini sungguh khawatir dengan gelagat Aini.Mereka begitu paham kedekatan Aini dan Jiya.Namun juga tak mampu berbuat apa-apa selain menunggu kabar dari Polisi.
Pandangan Aini beralih pada smartphonenya,dia membuka chat lamanya dengan Jiya.
Ai,besok pesta yuk
Pesta apa marji
Pesta kebun lah
Masa iya pesta rakyatWah harus beli buah dulu lah
Aku gak ada duitNgapain pake duit,kita pesta di kebun ujung sana noh,kayaknya lagi panen mangga
Ye..bilang aja mau ngajak nyolong!
Wkwkwkwk
Aini tersenyum pahit,semua itu kini tinggal kenangan.
"kamu kemana sih Ji..aku kangen tau..kog pergi gak pamit sih.."
Tiba-tiba ada chat masuk dari Bagus.
Semenjak kejadian malam itu Aini tak pernah memperdulikan Bagus.Bukan karena tak cinta,namun Aini takut mereka akan mengulang terus perbuatan nista itu.Aini memandang wajah tampan pacarnya itu.Tangannya masih memeluk tubuh Aini yang tak memakai sehelai benang pun.Perlahan Aini menyingkirkan tangan Bagus,berusaha bangun tanpa membangunkan Bagus.
Aini melihat masih ada bercak darah di sprei berwarna putih itu
Aini menangis,karena malam itu dia harus kehilangan mahkota yang seharusnya dia jaga.
Dia pungut pakaiannya dan kemudian memakainya.
Aini meninggalkan tempat itu yang baru dia sadari ternyata adalah sebuah hotel yang selama ini sering dia lewati..
Aini merasa hancur dan memutuskan pulang sendiri. ."darimana sayang kog baru pulang?"
Ibu memang tak pernah memarahi Aini,meski sebesar apapun kesalahannya.
"semalam nginep di rumah Hera bu"
Jawab Aini singkat.
"maafkan aku bu,udah bohong sama ibu" bisik hati Aini.
Aini hanya melihat jumlah whatsapp dari Bagus yang terus bertambah,namun Aini muak.Dan hari ini Aini dengar dari ibunya,mbak Laras dan anaknya baru saja pulang dari Bandung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Asa
General FictionHidup penuh kejutan,bahkan terkadang manusia tak pernah memprekdisikannya