satu

911 94 0
                                    

"Lo jadi pergi bareng Bang Sungjin?"


Berbanding terbalik dengan Dowoon yang membantu kakaknya mengemasi satu persatu barang; Wonpil masih terduduk di sisi ranjang dan menggerak-gerakkan kakinya dengan tidak tenang. Matanya sedari tadi hanya memerhatikan perpindahan dua orang dihadapannya; yang mana masih bergerak dengan gaya yang lebih santai, tidak tampak kepikiran oleh sesuatu atau tengganggu dengan sebuah situasi.


Brian tampak menggumamkan sesuatu yang tidak begitu Wonpil tangkap; karena jelas sekali pikirannya tengah terganggu oleh sesuatu. Sesuatu yang mengganjal dan membuatnya takut kehilangan persahabatan yang sudah dibangun lama itu.


"Emang ini beneran yang terbaik buat bang Jae?" tanya Dowoon, mendapat perhatian dari Brian maupun Wonpil.


Wonpil memerhatikan side profil laki-laki yang lebih tinggi darinya, tentu saja memiliki pesona yang teramat luar biasa di mata para wanita. Bahkan dia sendiri sering bertanya-tanya mengapa dia tercipta bisa setampan itu.


Memerhatikan jenis-jenis ekspresi seseorang memang bukan keahliannya. Biasanya dia hanya bisa melihat tawa teman-temannya katika dia berusaha untuk melawak dan menghibur. Tetapi senyuman Brian kali ini tidaklah bisa dia artikan sebagaimana mestinya.


Bagaimana sudut bibirnya mengukir tipis lengkungan hingga ceeks nya agak terangkat lamat-lamat, lantas berkata, "dia cuman perlu waktu buat mikir, nggak semestinya ngebiarin cewek yang dia sayang ragu sama perasaannya."


"tapi, bukannya bang Jae emang sama tu cewek ya?" ask Dowoon lagi, seperti tidak henti-henitnya penasaran.


Wonpil kembali mellihat ke arah Brian. Kali ini bukan senyuman kecil, tetapi seringaian yang tidak dia duga-duga. "so, let we see, what will he do then."


Setelah mengucapkannya, Brian menutup mulut lagi atas pertanyaan-pertanyaan yang Dowoon ajukan, terutama yang menyangkut sahabatnya; Jae.


Mungkin posisi Dowoon dan Wonpil di sini adalah sama; penasaran dan gelisah. Sayangnya bocah seperti Dowoon lebih polos dan tidak memiliki cukup ruang untuk mencerna apa yang terjadi, sehingga bukannya Wonpil tetapi Dowoonlah yang masih berhubungan dengan mereka berempat.


Ponsel Dowoon berbunyi untuk kesekian kalinya dalam beberapa jam saja. Tak lama setelah laki-laki itu mengangkat teleponnya, dia segera bergegas, meraih jaket yang dia gantungkan dan tersenyum teramat lebar.


"Bang gue duluan ya, besok gue jemput deh jangan khawatir hari ini Jisoo mau wawancara kerja, gue mau nemenin dia dulu."


Iya, anak terkecil diantara mereka secara ajaib memiliki kekasih dan sudah jalan beberapa hari ini. Dimana ternyata kekasihnya itu adalah manusia ajaib lain selain Dowoon. Selalu menularkan energi positif dan selalu membuat si kaku Dowoon jika berhadapan dengan wanita; menjadi sangat rileks.


Dan sangat tidak dapat dipercayainya lagi, semakin hari dia menjadi semakin dewasa berkatnya. "Bang, mungkin kita nggak bisa nahan diri dan merasa kasihan, tapi orang-orang punya batasan mereka sendiri buat mengakui perasaannya. Jadi, sebenernya tanpa harus dikasih triger dari siapapun, suatu saat pasti batasan itu dilampauinya."


Setelah itu Dowoon pergi meninggalkan Brian dan Wonpil yang masih berusaha mencerna kata-kata dari si kecil.




***


tenang aja ini udah tamat, dan akan diupdate sehari satu.

dan partnya gaakan banyak-banyak kok

[✔] Sekali Lagi; Park Jae Hyung (Day6)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang