PROLOG

18 2 0
                                    

Ares

"Hei, Ares. Kau hari ini jadi asisten dosen, hah? Wah gila! Anak jurusan seni mana ada yang sepintar kau, ya hahaha!" Ares melempar bantal pada Dhonny yang mengejeknya.




"Tidak juga. Apa salahnya kalau jadi asisten dosen? Siapa tahu aku bisa disayang oleh guru-guru killer," jawab Ares santai sambil memakai kemeja kotak kotak tanpa dikancingkan hingga memperlihatkan kaos hitam bertuliskan Linkin Park.




Ares memasukkan berkas-berkas pentingnya ke dalam map hitamnya. Memasukkannya ke tas, menyemprot tubuhnya dengan parfum, dan siap berangkat.

"Aku berangkat," Ares melambaikan tangannya pada teman-teman satu kontrakannya.
Ares memang tinggal di sebuah kontrakan kecil bersama 2 orang mahasiswa seumurannya. Juga satu jurusan. Mereka bertiga sudah dekat sejak OSPEK. Ada Dhonny, Ares, dan Petra. Dhonny masuk dalam jurusan seni sastra. Pembuat quotes sok bijak sepanjang hidupnya. Ares yang memilih jurusan senirupa. Dan Petra yang memilih jurusan seni musik.


"Oh, shit! Jam berapa ini, Ares. Kau bukan lagi mahasiswa biasa sekarang. Tak bisa berangkat terlambat semaunya lagi!" Ares berlari ke halte bus sambil merutuki dirinya sendiri.

Semalaman ia tak tidur karena tegang dan heboh menyiapkan berkas-berkas yang diinginkan dosennya. Ia juga belajar semalam suntuk untuk lebih menguasai materi yang tidak sesuai dengan jurusannya. Ekonomi. Jelas melenceng jauh dari seni.



Ditemani seteko besar kopi hitam dan iringan suara ketikan laptop, ia begadang. Namun, ia akhirnya tertidur pulas karena kelelahan dan bangun kesiangan.
Benar-benar bagus.

"Selamat siang, pak," Ares menyapa dosen yang menunjuknya untuk jadi asisten. "Aditya Respati. Mulai hari ini kamu saya percaya menjadi asisten saya. Bimbing mahasiswa saya dengan baik." Ares mengangguk gugup dan menyerahkan berkas-berkas yang sudah ia siapkan. Lalu, segera beranjak keluar ruangan.

Ares berjalan terburu-buru ke sebuah ruangan. Ruangan di ujung kampus. Ruangan pribadinya. Sebuah studio tempat ia meletakkan harta be
rharganya. CKLEK. Seketika pemandangan di dalam ruangan itu membuat Ares tersenyum puas. Tangannya mengaduk-aduk isi laci mencari sesuatu. Setelah mendapatkan yang ia cari, ia memandanginya dan menatapnya lamat-lamat. Sebuah foto usang dirinya sewaktu kecil bersama seorang bayi perempuan.


Asha

Di sisi lain, di sebuah tempat. Seorang gadis telah berdandan rapih meninggalkan rumah dengan wajahnya yang mati rasa. Tak ada ekspresi apapun disana. Hanya mata yang menatap kosong ke sebuah novel, dan kaki yang berjalan lurus dengan mantap. Mengacuhkan udara hangat yang menyapanya. Membalasnya dengan hawa dingin menusuk yang tidak ramah. Gadis itu terus berjalan lurus. Sesekali minggir saat ada orang lain lewat. Tetap tanpa mengalihkan pandangan dari novel nya. Saat ia hampir sampai di halte, bus yang ia tunggu datang. "Single trip," ucap pramugara sambil menyerahkan selembar kertas kecil. Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Asha melirik jam tangannya sambil menuruni tangga halte. 15 menit. Tepat seperti biasanya. Asha berjalan menuju gerbang kampusnya dan berhenti sejenak menyapa kucing peliharaan satpam yang bekerja di kampus.






"Pagi, Molly. Aku bawakan keju buatmu," Asha sibuk membuka-buka tasnya dan mengeluarkan 2 lembar keju dari tempat bekalnya. "Mbak Asha? Hari ini kelas pagi?" Pak Munir, satpam kampus menyapanya. Asha memasang wajah datarnya dan memgangguk seperlunya. Itu kebiasaannya. Setelah selesai memperhatikan Molly memakan kejunya, Asha mengelus Molly dan beranjak pergi.





Asha berhenti sejenak di depan pintu sambil mengernyitkan dahinya. Anak-anak hari ini sepertinya gaduh sekali. Setelah menunggu berapa lama, Asha masuk. Ia melihat sesosok orang asing yang tengah bicara sambil tersenyum dengan salah satu mahasiswa. Ia menenteng sebuah map besar. Dan di lehernya tergantung tanda nama. Asha tak peduli dan langsung duduk di tempatnya tanpa ikut membahas siapa orang asing itu.




****

"Jika hangatnya secangkir kopi diberi bongkahan es batu. Apakah akan menghilangkan citarasanya?"

You Find MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang