VI. SURYA

18 5 8
                                    

Selagi menaiki tanah terbang-secara harfiah, tapi Gajah Mada bilang bahwa ia pernah terlalu dekat saat menaikinya hingga pikiran manusia melihatnya sebagai UFO.

Aku cukup tercengang karena kehidupan normalku-apabila menurut kalian mencopet bisa dikatakan normal-berubah drastis. Aku tahu bahwa ayahku adalah Bima dan itu bukan satu hal yang patut dibanggakan, kemudian Nyi Blorong, siluman cantik bermulut perompak dan yang terakhir Gajah Mada yang bahkan gak mirip Gajah, dan Nenekku-Aku ingin mengatakan kalau dia satu-satunya hal yang baik dalam hidupku- adalah Nyi Roro Kidul, Ratu Laut Selatan.

Setelah hampir setengah jam mengudara dan berdoa agar tidak terjun bebas akhirnya Gajah Mada menurunkan kami didepan gua di daerah Mojokerto.

"Tunggu, Selama ini anda ada disini?" tanya Lia. "Bukankah tempat ini pernah dieksploitasi beberapa kali tapi tidak ditemukan apa-apa?"

"Bagaimana dengan Istana Ratu Selatan bukankah itu juga sama?" jawabnya sambil menaikkan satu alisnya.

Oh aku lupa menjabarkan tentang Gajah Mada. Sekarang kuharap jangan pernah membayangkannya sebagai om-om berumur setengah baya dengan badan besar dan dada berbulu. Gajah mada lebih mirip seperti anak kuliahan semester akhir, bertubuh proposional tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, rambutnya panjang sebahu dibingkai raut tegas diwajahnya tapi garis matanya menyiratkan kalau ia bersahabat.

Kami memasuki gua dan didalam sana tak kalah aduhai dengan kerajaan nenekku-hei, apa aku sekarang pangeran?-TV yang lebih mirip layar bioskop, x-box keluaran terbaru, kulkas empat pintu dan ada kolam renang saat aku bertanya, Gajah Mada menjawab bahwa airnya langsung dialirkan dari air terjun Madyakalipura. Aku sendiri tidak tau apa dan dimana air terjun itu.

¢=]=========>¢=]=========>

Gajah Mada langsung duduk disofa dan kami bertiga duduk di sofa panjang semuanya terbuat dari kulit harimau. Bukankah Harimau Sumatera termasuk hewan yang terancam punah?

"Jadi kenapa anda mengajak kami kemari?" tanyaku.

"Ada satu detail yang perlu kalian ketahui" ujarnya untuk suara seorang bertubuh kecil suaranya amat berat dan besar. "Rahwana punya maksud lain, ia bukan hanya ingin menenggelamkan Yavadwipa ia juga ingin membangkitkan orang mati".

"Bukankah itu bagus?" jawabku. "Karena aku ingin bertemu ibuku".

"Disanalah masalahnya anak muda" jawabnya. "Jiwa yang sudah mati itu begitu rapuh andaikan bisa kembali ke alam fana niscaya hatinya akan tercemar." ia menarik nafas panjang. "Andaikan ibumu kembali ia hanya akan membawa dendam dan kebencian bukannya cinta dan kasih sayang."

Apabila aku tidak dihimpit oleh gadis cantik-Lia memang cantik- dan cowok keren-Aku masih tidak percaya Vian itu sangat keren- niscaya aku sudah menangis sambil menjerit-jerit. "Jadi apa atau siapa yang ingin dihidupkan oleh Rahwana?".

"Rahwana ingin memicu perang Kurusetra untuk kedua kalinya" ujar Gajah Mada. "Dan ia akan membangkitkan para Rahwana beserta para raja terdahulu."

"Tunggu" sergah Lia. "Anda bilang para Kurawa mati? lantas bagaimana Rahwana masih hidup bukankah ia telah dibunuh Rama?"

"Para Pandawa dan Kurawa sejatinya adalah manusia sepertiku tetapi setelah menang melawan para Kurawa dalam perang Kurusetra pertama para Pandawa menjalani moksa sama sepertiku. Dan yang kedua Rahwana dari bangsa Rakhsasa ia bisa mati tapi tidak selamanya, ia akan kembali mewujud dan nantinya akan dikalahkan oleh seorang pahlawan tapi ia terlampau cerdik dan licik hingga saat ini masih belum ada yang mengalahkannya"

"Dan tugas kita mengalahkannya?" sahut Vian, kemudian ia melihat ke arah langit. "Ratu kalau anda ingin aku ikut dalam misi bunuh diri setidaknya aku gak mau mati dengan orang macam ini"

Surya : The South Sea Queen TridentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang