II

3K 422 35
                                    

Babak II : Sebuah Rasa

.
.
.
.
.
.
.
.

Kedatangan pertama Sakura telah mengubah hari-hari berikutnya. Sasuke selalu tiba di kafe lebih awal tak peduli jika itu bukan jadwalnya. Ia selalu menanti kehadiran perempuan itu. Beberapa kali dari jendela, Sasuke melihat Sakura mengayuh sepeda birunya. Keranjang putih yang terpasang di depan sepedanya selalu terisi beberapa buku.

Lama-lama, Sasuke menghapal waktu-waktu ketika Sakura melewati kafe. Perempuan bersurai merah muda itu memberikan efek luar biasa. Bahkan, Sasuke lebih banyak tersenyum di banding sebelumnya.

Jatuh cinta memang mengubah banyak hal.

Hari ini, tepat seminggu sejak kunjungan pertama Sakura.

Naruto tidak bisa membantu begitu pula dengan Hinata yang Sasuke curigai tengah menjalin hubungan serius dengan sahabatnya. Beberapa kali, Sasuke memergoki lelaki berambut kuning itu mencuri pandang ke arah satu-satunya pegawai mereka. Ia juga memberikan perhatian yang berbeda dan tampak menghormati Hinata. Apa yang dilakukan Naruto sama seperti yang tengah Sasuke usahakan pada gadis bernama Sakura itu.

"Bahkan aku tak mempunyai nomor telponnya," gumam Sasuke pada diri sendiri. Kafe masih sepi karena jarum jam baru menunjukkan pukul setengah sebelas siang, tepat tiga puluh menit setelah kafe di buka.

Sasuke memandang sekelilingnya memastikan semua telah dibersihkan.  Ia merasa tidak perlu melakukan apa-apa lagi selain menunggu. Sasuke tengah mengambil gelas didih berisi foam susu yang baru saja ia buat ketika lonceng berbunyi. Pengunjung pertamanya telah datang.

"Irasshaimase!" sapa Sasuke. Ketika berbalik, lelaki itu tertegun mendapati gadis bernama Sakura telah berdiri di depannya. Otomatis, sebuah lagu beriringan piano mengalun lembut di benaknya. Lagu tentang keindahan musim semi di depannya, seorang perempuan dengan paras menenangkan dan senyum yang cerah. Emerald matanya bagaikan hijau daun yang menghanyutkan membuat pemilik sepasang onyx itu berusaha membuat gadis itu betah berlama-lama di kafe ini.

Sasuke meneguk ludah sebelum kembali tersenyum. Kali ini, lelaki itu menampilkan senyum terbaik yang belum pernah ia tunjukkan pada siapapun selain ibunya.

"Aku ingin memesan latte," kata Sakura membalas senyumnya.

"Kali ini apa yang akan kau gambar, eh... " kata-kata perempuan itu terputus. Sakura tampak mencari name tag di kemeja biru maupun celemek hitam yang Sasuke kenakan. Akan tetapi, lelaki itu tak memakainya.

"Sasuke," kata Sasuke menyadari itu. Sakura dibuatnya merona.

"Ah, jadi apa yang akan kau gambar untukku, Sasuke-san?" tanya Sakura lagi.

Sasuke hanya tersenyum dan mulai membuat latte terbaik hanya untuk Sakura. Kali ini ia hanya memikirkan keindahan dan itu menggerakkan tangannya untuk menggambarkan lambang pikirannya. Dengan telaten, ia menuangkan foam susu dalam gelas didih, lalu mengaduk dengan hati-hati untuk membentuk wujud yang diinginkan.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Sasuke untuk menyajikan cangkir hitam itu di depan Sakura. Gadis itu segera membayar lunas pesanannya dan tersenyum memandang lukisan angsa di permukaan latte itu.

Oxygen (Sasusaku) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang