Babak III : Oxygen
.
.
.
.
.
.
.Sasuke berusaha memejamkan mata. Ia berharap insomnia tidak mendatanginya. Kali ini, lelaki itu berdoa dengan sepenuh hati agar terlelap lebih cepat sehingga dapat menghapuskan bayangan Sakura dari benaknya.
Akan tetapi, sekeras apapun usahanya, sepertinya takdir tak ingin Sasuke cepat melupakan gadis itu. Sosoknya begitu nyata terekam jelas menjadi bagian penting dalam hidupnya, seorang cinta pertama. Sakura, gadis lambang keindahan musim semi yang mengendarai sepeda biru melintasi kafe-nya.
Dua minggu berlalu dan Sakura belum menampakkan diri kembali. Sasuke masih melihatnya beberapa kali ketika perempuan itu melintas masih dengan sepeda berkeranjang putih dan setumpuk buku di dalamnya. Sasuke ingin berlari ke jalan menghentikan gadis itu. Setelahnya, ia akan meminta maaf.
Meski begitu, nyalinya tak cukup kuat bahkan ketika ia akan menyebrang dan gadis itu membunyikan bel sepeda. Lidahnya kelu tak mampu berkata-kata. Sekalipun itu hanya menyapa, menyebutkan suku namanya.
Sasuke menghela napas dan memejamkan mata erat-erat. Pikirannya kembali mengingat beberapa tips dari radio yang ia dengarkan.
"Mungkin aku terlalu cepat," gumam Sasuke pada diri sendiri.
Tips pertama, Sasuke telah berkenalan dengan Sakura. Tips kedua, ia telah berusaha memulai obrolan. Tips ketiga, lelaki itu juga mulai memahami kesukaan perempuannya. Tips keempat, mereka telah semakin dekat. Bahkan, Sakura sempat mengobrol panjang dengannya ketika menghubungi Sasuke saat melakukan reservasi. Setelah pesta ulang tahunnya, Sakura menyempatkan diri berbicara dengannya sebelum pulang.
Hingga akhirnya, tips kelima, menyatakan cinta dengan hal yang tak biasa.
Apa dia salah membaca Sakura? Lagi-lagi Sasuke menghela napas.
Ponsel di atas meja bergetar. Masih dengan memejamkan mata, tangan kanan Sasuke bergerak menggapai benda itu. Ia telah mematikan lampu sehingga cahaya layar membuatnya mengernyit.
Tertulis nama kontak 'Dobe' memanggilnya.
"Ada apa, dobe?" tanya Sasuke lesu.
"Kau dimana?"
"Kamar," jawab Sasuke dan menghembuskan napas. Lelaki itu mendengar keramaian dari ponselnya. Suara DJ dan sorakan riuh yang begitu familiar meskipun Sasuke jarang pergi ke tempat itu.
"Kau ada di bar?" tanya Sasuke akhirnya.
"Hinata membuatku ingin mabuk, dattebayo," jawab Naruto dari seberang. "Bagaimana denganmu?"
"Aku akan menyusul," kata Sasuke lalu mematikan panggilan itu. Ia bangkit terduduk dan memandang layar ponsel. Pukul sembilan malam.
🌸🌸🌸
.
.
.
.
.
.
.
."Cheers!" kata Naruto dan meneguk habis alkohol dalam gelas kecilnya. Nyatanya, Sasuke tidak ingin mabuk seperti lelaki kuning di sampingnya. Mereka duduk di depan meja bar. Sasuke memandang berkeliling melihat suasana bar yang ramai meski hari ini bukan akhir pekan. Ia memutuskan untuk menemani Naruto karena khawatir sahabatnya itu akan berbuat onar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen (Sasusaku) ✔
Fanfiction#10 Sasusaku by me #SasusakuFFSpringDay Dedicated for @Rurie-chan Congratulations! Semua tokoh milik Masashi Kishimoto Pairing : Sasusaku Threeshoot Keindahan musim semi di hadapannya begitu memabukkan. Tuhan seolah menciptakan hal itu hanya untuk m...