Bagian 3

150 13 0
                                    

Lelaki itu menarik tanganku menuju suatu tempat. Meski sering keluar malam hari, tapi rute yang kami lalui malam itu benar-benar terasa asing. Aku sudah bisa menduga bahwa lelaki ini bukan lelaki baik-baik, tapi kenapa aku jadi diikutsertakan begini?

"Hei, Kim Mingyu." Panggilku. "Kau mau membawaku ke mana?" aku menghentikan langkahku. Sang pemilik nama ikut berhenti. Ia menoleh sejenak, dan dengan sorot matanya yang tajam ia berhasil membungkamku untuk bertanya lebih lanjut.

"Kenapa?" tanyanya balik. "Lo nggak suka gue bawa jalan? Gue cuma mau nganterin lo ke tempat di mana seharusnya lo berada, jadi lo nggak berkeliaran kayak gelandangan."

"Heh, harusnya aku yang bilang begitu. Kamu lebih mirip gelandangan daripada aku. Lagian, ngapain, sih, tidur di kolong jembatan begitu? Kamu nggak punya rumah? Nggak punya orang tua?" cercaku asal ceplos tanpa memikirkan apa yang selanjutnya terjadi karena aku sudah emosi berat. "Dan lagi, aku sudah bilang aku cuma jalan-jalan, ini bukan urusanmu. Aku bukan gelandangan, bukan orang hilang, nggak lagi mabok, dan bukan orang gila. Aku tahu jalan pulang. Jadi biarkan aku pergi." Kutarik tanganku secara paksa dari genggamannya.

"Nggak usah sebut-sebut orang tua. Gue muak." Mingyu membuang muka, tampak jijik sekali begitu aku menyebut orang tua. "Gue emang nggak punya orang tua, apalagi rumah. Hidup gue seperti yang lo lihat. Kayak gelandangan, tapi gue masih waras, dan tinggal di kolong jembatan. Tapi gue beruntung karena setidaknya gue masih hidup. Banyak temen seprofesi yang udah koid gara-gara nggak kuat bertahan." Mendadak ia curhat. Bukan bermaksud mengasihani, sih. Tapi asli, sorot matanya kelihatan bahwa dia punya beban hidup yang amat berat. Awalnya aku nggak pernah toleransi sama makhluk malam seperti dia ini. Aku nggak pernah berpikiran bakal seprihatin ini dengan kisah hidup sesama manusia karena aku sendiri jarang dibiarkan bersosialisasi dan selalu terkurung dalam rumah dengan segala fasilitas. Mungkin setidaknya aku harus berterimakasih kepada lelaki ini karena ia telah membuat mata hatiku terbuka sedikit dan lebih peka tentang kondisi sekitar.

"Lalu, ke mana kamu akan membawaku?" baru selesai aku menuntaskan pertanyaanku, kami sampai pada sebuah klub dengan keadaan yang tak begitu bagus. Setahuku, klub itu tempat yang lumayan elite meski manusia yang ada di dalamnya notabene manusia brengsek yang tak tahu aturan. Lagipula, klub yang kami datangi ini berada di sebuah gang kecil tanpa penerangan dan bisa dikatakan terkesan angker.

"Klub apaan, nih?" tanyaku meremehkan. "Ini tempat kamu nongkrong?"

"Iya." Jawabnya singkat. "Ini emang nggak sebagus Sapphire, tapi di sinilah tempat yang ngebuat gue ngerasa nyaman. Gue nggak begitu tajir, jadi nggak bisa mampir ke klub sekelas Sapphire." Mingyu melangkahkan kakinya memasuki klub. Aku hanya memandangnya dari belakang. Bukan hanya penampakannya yang terkesan angker, klub ini pun tampaknya seperti tak berpenghuni karena tak ada lampu warna-warni yang biasanya menjadi ciri khas sebuah klub. Yakin, nih, ini klub?

"Masuk." Suara beratnya menyadarkanku dari lamunan. Dengan berat hati, aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam klub dan segera disambut oleh seorang wanita berpakaian terbuka yang merangkulkan tangannya pada Mingyu.

"Datang sama siapa, nih, malam ini? Teman?" ucapnya dengan nada menggoda. Irisku membulat. Atmosfer di sini benar-benar nggak enak. Bagaimana bisa aku nyasar di tempat seperti ini? Harusnya pukul segini aku sudah terlelap di atas kasur beludruku yang nyaman. Ah, menyesal sekali aku rasanya.

"Bukan. Gue nemu dia di jalan." Ia melirik ke arahku. "Nggak. Sebenernya dia cewek klub tajir, tapi gue bawa aja ke sini supaya dia tahu rasanya main di klub bobrok." Mingyu merangkul pinggang wanita itu kemudian mencumbu bibirnya. "Lo tambah cantik aja, sih. Udah dapet berapa pelanggan hari ini?"

Astaga. Aku menutup mulut. Beginikah kerasnya kehidupan manusia malam? Aku nggak banyak mendengar soal kehidupan semacam ini sebelumnya, tapi aku nggak menyangka akan menyaksikannya langsung.

MY BOY IS A "CRIMINAL" [18+] : KIM MINGYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang