Aku masih ingat kapan genggamanmu menjadi begitu nyata bagiku.
Ahh aku salah..
Seharusnya bukan dari situ.Aku masih ingat bagaimana rasanya sentuhanmu pada kedua pipiku.
Hmm.. Sepertinya masih ada yang lebih lalu..
Bukankah itu ketika aku ketakutan dan kau menenangkanku?
Tidak.. Tidak.. Tidak.. Sepertinya masih ada..Apakah itu saat kita sering jalan bersama?
Bukan.. Masih ada lagi..
Itu saat kita menemukan banyak kesamaan di antara kita.
Ya! Itu! Aku yakin!
Tapi tunggu dulu.. Sepertinya masih ada..Ahh aku ingat..
Itu saat kita sering bercerita tentang pahit dan buruknya keadaan..
Menggugat yang tidak dapat tergugat, mencaci maki reputasi yang tak bercacat.Ahh sekarang aku semakin ingat..
Kala itu aku pernah gugup karenamu.
Aku pernah menatapmu lama karena penasaran, dan sialnya tatapanku dibalas tatapanmu.
Sungguh, aku malu.
Saat itu aku benar-benar mengutuki otakku yang terlalu memusingkan segalanya.Tapi ketika mengingat semua ini, aku bertanya-tanya: "Dimana awalnya?"
Semua kenangan-kenangan itu berputar bagaikan film dengan alur mundur.
Menggali kedalaman memori itu sungguh menghabiskan waktu.
Aku hanya butuh jawaban sederhana.. Tidak perlu berbelit..
Aku tidak akan memintamu menceritakan detailnya.
Aku tidak akan memintamu menyebutkan tanggal, hari, bulan, tahun, detik, menit, jam, bahkan--Ahh aku ingat! Aku ingat sekarang!
Mengapa sangat sulit untukku mengingatnya!?
Kemana perginya hei kau logika?
Tentu saja dari sana! Tidak mungkin dari tempat lain.
Ya! Itu dari sana! Pasti!Kala itu, masa itu.
Ketika tanganmu dan tanganku saling bersalaman untuk pertama kalinya dengan satu kata sederhana: "Hai."*************************
Pelita, June 10, 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanvas
PoesíaHello. Ini merupakan work gabungan dari 4 penulis dengan latar belakang dan kesibukan yang berbeda. Tidak ada alur khusus, penokohan, tempo, atau apapun itu. Semua murni hasil pemikiran si penulis tentang "sesuatu" yang penulis lain juga tidak tahu...