3

13 1 0
                                    

Author's POV
Viona sudah melewati masa - masa komanya. Dia akhirnya bisa keluar rumah sakit.
"Viona"
"Iya Faurine. Ada apa?"
"Sebenarnya aku ingin meminta maaf karna kesalahanku dalam berkendara"
"Terus..."
"Sebenarnya aku tidak sengaja menabrakmu waktu itu. Jujur, aku tidak sengaja"
"Tidak apa Faurine, aku sudah memaafkanmu"
"Terima kasih. Biarkan aku yang mengantarmu pulang"

Faurine mengantar Viona pulang ke Green Hill. Mereka juga berbicara panjang lebar mengenai kehidupan masing - masing. Percakapan dua orang yang baru saling kenal dan rentang usia terbilang jauh itu sangat akrab dan hangat. Tertawa mengisi waktu luang adalah hal yang menyenangkan. Itulah yang terjadi dalam BMW yang melaju.

Rumah Viona...
Viona mempersilahkan Faurine masuk ke dalam rumahnya. Sepi dan tenang. Itulah keadaan rumahnya.
"Begitu tenang, ke mana keluargamu yang lain Vi?"
"Oh, aku tinggal sendiri sekarang. Papa sedang ada tugas di Australia, dan Mama sudah meninggal. Aku hanya anak semata wayang"
"Maaf aku telah membuatmu sedih"
"Tidak apa Faurine, aku sudah terbiasa"
"Papamu sedang ada tugas apa di Australia?"
"Dia ada proyek besar di sana. Itu yang membuatku menjadi anak yang mandiri di sini"

Viona masuk ke dapur dan membuatkan minuman serta mengambil cookies.
"Silahkan"
"Terima kasih"

Mereka melanjutkan kembali pembicaraan yang semakin akrab itu.

~"~

Alex yang sudah selesai dengan urusan kantornya terlelap sebentar di meja kerjanya.

Flashback on...
"Aku mencintaimu"
"Aku juga mencintaimu"

Sebuah mobil jatuh ke jurang dan dipastikan semuanya tewas.

Flashback off...

Alex's POV
Apa yang baru saja aku mimpikan tadi. Huh kenapa bayanganmu masih menghantuiku. Aku sudah mencoba melupakanmu tapi aku tidak bisa. Setelah insiden hari terakhir kita, di situ terjadi insiden mengerikan. Aku tidak menyebut ini karma tapi Tuhan berkehendak lain. Aku tetap mencintaimu selalu dan selamanya. Andai waktu bisa diulang, aku tidak ingin berpisah denganmu. Aku merindukanmu sayang.
Sudahlah, tidak ada guna membicarakan hal ini. Aku sudah lelah. Aku harus pulang tapi bagaimana dengan Mrs. Faurine.
"Selamat malam Mrs. Faurine"
"Selamat malam Mr. Alexandro"
"Apa keadaanmu baik - baik saja?"
"Tentu, keadaan saya baik Mr. Alexandro"
"Baiklah, besok datang ke ruangan saya jam 9 pagi"
"Baik Mr. Alexandro"

Menutup ponsel lalu bergegas pulang. Lelah sekali hari ini. Aku melenggang dengan mudah karna jalanan mulai sepi. Menikmati secangkir cappucino di malam hari cukup menyenangkan.

Aku memakirkan mobil dan masuk ke dalam Starbucks memesan segelas cappucino. Aku seperti medengar suara yang tak asing di telinga tapi itu tidak mungkin, tidak mungkin itu dia. Ah sudahlah, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama cappucino favorit. Menyeruput sedikit cappucino terasa menyenangkan. Aku menutup mataku sejenak lalu membukanya. Sebentar, bukankah itu dia. Ah tidak mungkin. Kenapa bayangan tentang dia selau berputar di kepalaku. Mungkin saja aku berkhayal. Bertemu dengannya hanya membuka lembaran masa lalu dengan segala kenangan manis dan pahit. Tapi tidak mungkin aku bertemu dengannya kembali. Itu tidak mungkin, semua telah terkubur dalam - dalam. Aku harus secepatnya pulang supaya pikiran ini tidak menggila.

~"~

Author's POV
Viona memandang langit penuh bintang berkilauan di rumahnya. Ia memang mengalami insiden amnesia. Tapi kejadian aneh pada ingatannya. Ia masih mengingat masa kecilnya tapi ia tidak ingat masa sekolahnya dan masa sekarang. Padahal ayahnya tidak sedang berada di Australia tapi di Italia mengurus bisnis yang akan siap dalam waktu 1 bulan ke depan. Itu artinya bulan depan ayahnya akan pulang.
"Ke mana papa ya? Padahal hari ini jadwal dia pulang dari Australia. Papa sungguh menyebalkan", gerutu Viona
"Australia? Bukannya papa kamu sedang di Italia?", tanya Via
"Italia? Papa aku sedang di Australia Via"

"Aku lupa jika dia sedang amnesia", batin Via

Viona bercerita pada Via mengenai kejadian yang ia alami dengan Faurine yang sudah dianggap sebagai sahabat. Mereka tertawa dan pastinya yang suka buat lelucon ya siapa lagi kalau bukan Via. Tertawa sampai perut sakit adalah kesenangan terbesar dalam hidupnya.
"Oh iya, jadi kapan Faurine menemuimu kembali?"
"Besok. Dia akan datang. Katanya ada hal penting yang mau dibicarakan"
"Owhh okay"
"Via, aku bingung kenapa kita udah dewasa kayak gini ya padahal aku ga ingat sama sekali dan kapan kita masuk sekolah?"
"Astaga Via. Kita udah tamat sekolah"
"Kapan? Kenapa aku tidak tau"
"Besok akan aku jelaskan. Sekarang kita istirahat ya"

Via dan Vio kembali ke tempat tidur. Bermimpi dan terus bermimpi. Have a nice dream buat kalian. Hehehe 😉

Next chapter 🔜

My PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang