Dunia adalah hal yang paling kubenci dan tak kuinginkan!, Mungkin itulah perkataanku pertama kali jika mendengar kata dunia, merasa bahwa dunia tidak adil, "jangankan teman, orang tua yang melahirkanku bahkan tak menoleh bila kusapa". Saat aku berada didepan cermin, yang kulihat hanyalah seorang yang kesepian dengan matanya yang merah karena terbiasa menangis setiap harinya.
Sama seperti keadaan disekolah, tak seorangpun menyapa, melihatpun mereka seperti melihat angin. Tentang dimana aku duduk dikelas sudah jelas bukan?. Aku duduk sendiri di pojok paling belakang, tak ada anak yang mau satu bangku denganku, mereka tak pernah menganggapku ada, bahkan aku tidak pernah dipalak oleh geng kelas sekalipun. Kau bisa membayangkan betapa sunyi hidup sepertiku. Soal kepandaian kupikir sudah cukup, 28 peringkat tertinggiku, sebagai pecundang sepertiku itu sangatlah berkesan sekali bukan.
Waktu berjalan dengan cepat, tampa kusadari aku sudah menginjak jenjang pendidikan SMA, dihatiku hanya berharap aku sedikit dianggap.
Hari pertama masuk aku sangatlah senang ada seorang yang mau duduk disebelahku. Seoarang anak petani dari keluarga tidak punya tapi berhati baik dan tulus. Dia tersenyum kepadaku dan menjulurkan tangannya "hai!, namaku Dika, senang bertemu denganmu!, siapa namamu?"
Dengan tak percaya aku hanya berkata "Nan... Nanda, Senang bertemu denganmu jj... juggaa... ".
Dari situlah serpihan dari cerita hidupku dimulai, mulai terlihat setitik cahaya dari kegelapan itu.Bersambung.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cermin Hitam
Non-FictionKisah seorang yang merasa dirinya adalah orang yang paling tidak berguna, selalu ditimpa kesialan tidak mempunyai kelebihan dan tidak pernah dianggap oleh siapapun.Tapi pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai menemukan cahaya kedamaian agama, dan m...