Wind

238 30 0
                                    

lagi ber-flower2 aqutu
--ren

Gyeongju, South-Korean

kling~


Suara bel pintu toko bunga itu memenuhi seluruh ruangan.

"Selamat pagi, Park Jinyoung-ssi. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa pegawai toko perempuan itu.

"Seperti biasa," Ucap Jinyoung ramah. Senyuman khas seorang Park Jinyoung terukir jelas di sela-sela bicaranya. Si pegawai toko yang sangat mengerti apa yang dimaksud Jinyoung mengangguk paham.

"Bunga dari, Park Jinyoung
untuk Kim Jisoo,, benarkan?"
Tanya pegawai itu. Jinyoung tersenyum lagi sambil mengambil buket bunga berwarna merah itu.

"Gamsahamida, Nayeon-ssi" Jinyoung membungkuk , kali ini tanpa senyumanya. Nayeon, yang kita ketahui adalah pegawai toko bunga itu membalas bungkukan badan Jinyoung.

wind


Diam, bukan berarti salah. Diam bukan berarti kalah.

Nayeon membuka maskernya perlahan, lalu meregangkan lehernya.

"Apa yang kau lakukan, Im Nayeon? kemana dirimu yang dulu?"

Nayeon memegang dadanya yang serasa sesak kekurangan oksigen hidupnya.

Kupikir kalian sudah tau kenapa Nayeon berkata seperti itu.

Park Jinyoung.

Nayeon menganggap Jinyoung itu mimpinya, masa depannya, pelindungnya,penyemangatnya.

Menurut Nayeon dulu, Jinyoung adalah janji Tuhan yang paling sempurna.

Sudah banyak pula berita beredar bahwa Jinyoung dan Nayeon itu berpacaran.

Mereka sempat dekat, tentu saja. Tapi tidak sampai berpacaran.

Hingga--

mimpi terburuk Nayeon terjadi.

"Aku, tidak bisa menerimamu Nay, kita dekat bukan berarti berpacaran, benar? Lalu, sebenarnya aku sudah mempunyai tunangan"

Kata-kata yang lebih kuat dari baja, dan lebih tajam dari pisau itu menusuk dan terus menghantui Nayeon dalam segala bentuk.

Tetesan bening keluar dari kedua mata legam Nayeon, bibirnya tak karuan mengucapkan kata-kata penenang, hingga-

Taehyung is call...

"Nayeon-ah , bisa kau temui aku di taman bunga dekat rumahmu? kumohooon!!!"

"Dasar berisik, ada apa?"

"Hehe, yang penting tampan bukan?ah-pokoknya kau datang dulu, parkiran sebelah utara oke?"

"Gelato's Kim "

"Call ! "

Call has ended

Nayeon tersenyum lagi, matahari hatinya telah terbit karena sahabatnya.


Wind



Taman bunga gyeongju, taman yang sering Nayeon kunjungi bersama Jinyoung sejak tahun pertama di bangku sekolah akhir.

Tidak ada yang berubah,*soktaw

termasuk suasananya yang hangat, tapi sepi.

Saangaat menenangkan.

"Dulu , aku selalu berdoa berharap Jinyoung benar-benar masa depanku"

"Bahkan kata Jinyoung sendiri, Doaku akan terkabul ketika aku benar-benar terpuruk. Doa yang terbawa angin sore yang hangat serta," ucapanya terhenti air matanya menetes kembali

"Huft--serta kata-katamu yang selalu , hampir selamanya menjadi pedomanku"

Nayeon menutup matanya, sehingga kedua kelopaknya mengeluarkan buliran bening .

Nayeon benar, doanya tercapai tetapi lika-liku permasalahan sengaja Tuhan buat untuk Nayeon.

Angin, lusa nanti... nayeon akan berterimakasih dengan angin sore yang menyampaikan doanya kepada Tuhan.

end





bhay--ren

one piece story ☀ jinyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang