Setelah bertemu dengan tiga kawan lama, aku pamit dan pergi ke hutan dekat sini. Setelah aku hidup kembali rasanya tidak mungkin bila aku bertemu dengan nenek. Lagipula sekarang aku tidak tahu akan tidur dimana, karena bahkan tidak ada yang bisa aku minta tolong.
Matahari mulai jatuh untuk menemui belahan dunia lainnya. Hutan ini sekarang sebagai salah satu tempat tinggalku. Mungkin aku akan tinggal disini untuk beberapa hari mendatang. Aku cukup membuat rumah kayu dan mencari bahan di kota lalu membuat beberapa baju dan jubah, untuk makanan dan minum aku tinggal berkeliling hutan.
Aku berjalan mencari pohon yang bisa aku tumpangi. Aku butuh pohon besar dan rindang lalu tinggi, aku harap ada pohon yang lebih tinggi dari rumah dua tingkat. Dengan begitu, bila ada seseorang mereka tak perlu curiga bila ada seseorang yang tinggal disini.
Suara sungai terdengar setelah lima menit aku berjalan. Aku mendekati suara itu dan menemukan pohon sesuai harapanku. Tidak terlalu jauh dari sungai, mungkin berjarak tigapuluh meter dari sungai. Aku terbang ke salah satu dahan yang lumayan kokoh untuk aku tumpangi.
Aku menebang pohon lain dan membilahnya dengan anginku lalu aku buat pola rumahnya. Setengah jam rumah itu jadi. Jalan-jalan adalah pilihan baik untuk memulihkan tenaga.
Aku berjalan mendekat ke arah sungai. Sungai itu tenang, tidak terlalu deras alirannya. Aku bisa mencari informasi dengan sungai dan beberapa air di hutan ini. Aku masih mengingat sedikit ilmu yang pernah diajarkan padaku oleh Kakakku dan Kashi. Lagipula sekarang aku meminjam jiwa Mizo walau hanya sebagian. Meminjam berarti harus dikembalikan, kan?
Aku menyentuh permukaan air sungai dan memejam mataku.
Biarkan air mengalir mengikuti arus. Biarkan jiwamu ikut dalam aliran. Berikan sedikit kebebasan dalam dirimu, agar kamu bisa merasakannya. Biarkan alam berkata padamu. Biarkan air bercerita padamu, tentang kisah-kisahnya.
Seorang pemuda yang memakai tudung kelabu berdiri di samping sungai ini. Dia duduk di salah satu batu besar dan membiarkan kakinya menyentuh air sungai.
"Aku ingin memberitahu kalian. Tapi sayangnya kita tidak lengkap lagi. Rencanaku aku ingin memberitahu kalian sesuatu yang aku dapat setelah peperangan usai. Tapi aku terlambat, sekarang tinggal bertiga," gumam pemuda itu.
Tunggu! Kaeba? Benar Kae?
Dari tangannya, muncul air yang lalu berubah menjadi es. Dia mengepalkan tangannya dan es itu ikut menghilang.
Apa?! Aku tidak salah lihat?! Ok, aku tau ada beberapa orang yang juga memiliki kekuatan lebih dari satu. Entah ia memang memiliki keturunan dari dua kekuatan atau ia mendapatkan dari seseorang yang memberikan kekuatannya untuk beberapa alasan. Tapi itu sangat sangat langka!
Aku membuka mataku setelah merasa cukup informasi dari sungai dan beberapa air dalam hutan ini. Tidak banyak hal menarik disini. Sisanya hanya perjalanan air ini bagaimana mereka bisa berada di hutan ini. Seperti yang kalian tahu, siklus hidrologi.
Aku tidak punya waktu untuk pergi ke kota. Hari sudah gelap dan aku harus istirahat. Tak apalah tidur seadanya. Lagipula aku pernah tidur diatas gumpalan air yang aku kendalikan.
Berbicara tentang kekuatan, setelah aku mati, rambutku yang memiliki tiga warna berubah menjadi biru muda yang hampir menyerupai putih. Lalu mataku, mataku mirip seperti hewan saja rasanya. Maksudku mataku menjadi ood-eye. Mata kananku berwarna biru dan mata kiriku berwarna kelabu terang.
Nara, Kae, dan Kanbu juga kaget melihat penampilanku yang benar-benar berubah drastis. Awalnya kupikir tak masalah, lagipula aku menggunakan jubah. Rambutku juga semakin panjang. Huuh, ini tak masalah selama aku masih bisa menutupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mizo
FantasyAku hidup untuk kedua kalinya. Aku harus menyelesaikan masalah sebelum waktu memberhentikan gerakku untuk kedua kalinya. lanjutan cerita Empat Kekuatan peringatan: ini hanya cerita fiktif!