Part 9

49 4 3
                                    

Author pov

Sore hari di bawah rindangnya pohon mangga, seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolah dengan beberapa buku tebal di dekapannya tengah mendongakkan kepalanya untuk melihat sesuatu di atas pohon tersebut. Tangan kanannya ia payungkan di atas kedua matanya.

"Udah belom?!" tanya gadis itu setengah berteriak.

"Tunggu bentar lagi!" jawab seseorang di atas sana.

Ya, Kevin kini tengah berperan menjadi seekor monyet yang sedang memetik buah mangga. Sedangkan sang kekasih, Kia dengan setia menunggu pria itu di bawah pohon.

Tak lama kemudian, Kevin telah berhasil turun dari pohon tersebut dengan beberapa tangkai buah mangga di genggamannya.

"Nih," ia memberikan mangga yang ia pegang kepada Kia yang sudah tidak sabar ingin melahap buah itu.

"Kayaknya ini manis banget Kev," ujar Kia setelah buah itu berpindah ke tangannya. Kedua matanya berbinar membayangkan manisnya buah berkulit hijau tersebut.

"Udah kayak nurutin orang ngidam aja gue," Kevin menatap Kia malas.

Sepanjang perjalanan pulang tadi, Kia yang berada di jok belakang motor Kevin tak henti-hentinya membahas buah mangga yang menggiurkan. Akhirnya, Kevin mengabulkan keinginan gadisnya tersebut. Berhentilah mereka di pinggir jalan kawasan kompleks perumahan Kevin yang tertanam pohon mangga yang berukuran cukup besar.

"Makasih ya Kevin," Kia tersenyum lebar. Tak sabar rasanya untuk mencicipi manisnya buah yang baru saja dipetik oleh Kevin.

Kevin yang melihat pacarnya itu bahagia mulai menyunggingkan senyum manis dengan mata teduhnya itu.

"Pulang yuk," ajak Kevin diikuti dengan anggukan setuju dari Kia.

Tanpa disadari oleh kedua remaja tersebut, seorang lelaki yang memakai seragam yang sama dengan Kevin dan Kia tengah mengawasi gerak-gerik mereka dari dalam mobil yang terparkir tak jauh dari keberadaan mereka.

Lelaki itu merogoh saku celananya dan mengambil sebuah benda berbentuk persegi panjang tersebut dari dalam saku dan mengetikkan sesuatu. Kemudian benda tersebut ia tempelkan pada telinga kirinya.

Setelah bunyi nada sambung dan terdengar suara dari seberang sana, lelaki tersebut mulai berbicara.

"Ini aku, Marco."

"Bagaimana? Rencana awal sudah kau laksanakan?" tanya seseorang dari seberang sana.

"Ya,"

"Lalu?"

Sebelum menjawab, pria itu menghisap batang rokok yang ia apit di antara jari telunjuk dan jari tengahnya dalam-dalam. Kepulan asap pun keluar dari sela-sela bibir pucatnya itu.

"Berhasil. Dia menyetujui taruhan itu,"

"Bagus, tetap awasi dia."

Marco mengangguk dan memutuskan hubungan komunikasinya dengan seseorang tersebut.

Motor yang dikendarai Kevin kini telah meninggalkan tempat tersebut menuju kediaman keluarga Kevin.

Marco pun segera mengambil ancang-ancang untuk menjalankan mobilnya​ dan mengikuti kemana perginya kedua remaja tersebut.

***

"Kita mulai belajar dari pelajaran yang paling lo nggak bisa,"

Meja kaca di ruang belajar Kevin kini dipenuhi oleh buku-buku latihan soal. Mereka telah siap melaksanakan kegiatan belajar bersama -lebih tepatnya Kia yang menggurui Kevin, yang sudah mereka rencanakan jauh-jauh hari.

I DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang