"Lee Jeno."
Jeno langsung keluar ketika melihat orang tuanya kembali ke rumah hanya untuk menjemputnya yang tidak kunjung datang.
"Ternyata bener apa yang selama ini mama curigain," ucap sang papa.
"Dia siapa, Jeno?" tanya mamanya.
"Bukan urusan kalian," jawab Jeno.
"Pasti dia bawa pengaruh buruk ya buat kamu? Sejak kapan kamu berani bicara kayak gitu?"
"Enggak! Jangan bilang dia kayak gitu!" bantah Jeno.
"Kamu kenapa enggak datang? Mau bikin malu keluarga?" tanya Tuan Lee.
"Aku enggak mau dijodohin. Aku tahu acara keluarga kali ini buat kenalin cewek yang mau kalian jodohin itu, kan?" ucap Jeno. "Aku masih SMA, bisa biarin aku bahagia dengan caraku sendiri nggak sih?"
"Justru karena kamu udah SMA. Daripada kamu menghabiskan waktu kamu enggak guna cuma buat perempuan yang nggak bakalan nikah sama kamu, mendingan dari sekarang kamu udah tahu siapa yang bakalan jadi istri kamu," balas Tuan Lee lagi.
"Awalnya mama papa enggak mau kasih tahu kamu sekarang," ucap Nyonya Lee. "Tapi mama curiga kamu punya pacar. Dan bener, kan?" Nyonya Lee melirik Siyeon yang sedang mengobrol dengan Jenni. "Kamu lihat apa sih dari dia? Cantik sih, dikit. Lebih cantik juga Heejin."
Jeno mendengus. "Aku lihat cewek nggak cuma dari fisik kayak papa. Dia lihat aku nggak cuma dari uang kayak mama," balas Jeno sengit.
Tuan Lee langsung menampar anaknya itu. "Jaga cara kamu bicara di depan orang tua kamu, Lee Jeno."
"Sepertinya dia benar-benar bawa pengaruh buruk buat kamu ya," ucap Nyonya Lee sinis. "Jauhin dia, jadian dengan Heejin atau kamu tahu apa yang akan mama lakukan pada gadis itu."
"Kenapa lo, No?" tanya Haechan. Ia menghampiri Jeno yang memilih untuk menjauh dari gerombolan teman-teman mereka itu.
Jeno melirik Haechan. "Lo suka sama Siyeon kan ya, Chan?"
Haechan terkejut, ia memang pernah bilang sih dulu. "Kan Siyeon udah sama lo, No."
"Jawab aja, Haechan," paksa Jeno.
"Iya," jawab Haechan. "Kenapa?"
"Tolong deketin dia ya? Bikin dia bahagia," pinta Jeno.
"Lo kenapa?"
"Gue nggak bisa kasih kebahagiaan itu, Chan," ucap Jeno. "Dan gue yakin lo bisa."
"Kenapa gue? Maksudnya ... yang bisa kasih kebahagiaan itu bukan cuma gue?"
"Karena feeling gue mengatakan lo orang yang tepat," jawab Jeno.
"Hmm ... oke."
Jeno tersenyum, berterima kasih.
Seharusnya Haechan lah seseorang yang sejak dulu Siyeon buktikan bahwa tidak semua anggota voli putra itu sama.
Mungkin cara Jeno menjauhi Siyeon itu salah. Namun ia lebih memilih Siyeon membencinya dibanding harus menangisinya.
Seharusnya Siyeon mengetahui satu hal. Jeno memang meninggalkannya, namun ia tidak akan pernah membiarkan dirinya pergi tanpa memastikan kebahagiaan perempuan itu.
tamat beneran
jadiiii apa kalian masih membenci jeno?
KAMU SEDANG MEMBACA
brngsk [jeno x siyeon] ✔
Fanfic"lo bukan avatar yang bisa hilang gitu aja waktu gue butuh"