11

593 99 2
                                    

jangan lupa vote dan comment :)

Selesai makan malam, Tuan Hwang dan Nyonya Hwang permisi untuk pulang. Sedangkan Tuan Kim dan Nyonya Kim juga pulang dengan mobil masing-masing. Namun atas usul Nyonya Hwang, Minhyun disuruh mengantar Arin pulang. Agar lebih dekat, tujuannya. Keduanya tidak bisa menolak. Dan berakhir dengan Arin menaiki mobil Minhyun.

Buat apasih diantar Minhyun, ga penting banget. Padahal mama papa juga tujuannya ke rumah. Ngapain harus repot-repot suruh laki-laki ini nganterin aku.

Arin terus mengomel dalam hatinya sambil berjalan di belakang Minhyun menuju parkiran.

Minhyun berjalan menuju mobilnya dan membukakan pintu untuk Arin. Arin agak kaget dengan tingkah Minhyun namun ia berusaha terlihat santai.

Mobil Minhyun sekarang lebih besar dan lebih mahal dibandingkan mobilnya yang lama., namun masih tetap bersih dan rapi, serta wangi. Yah, ciri khas Minhyun sekali. Ia tidak berubah, pikir Arin. Sejenak Arin juga memperhatin penampilan Minhyun. Badannya terlihat lebih besar, tinggi, dan posturnya lebih atletis dibanding dengan dulu saat masih SMA dan kuliah. Minhyun menggulung kemejanya dan mulai menyalakan mobilnya. Ia melirik Arin sekilas,

"Seatbe-" ucapan Minhyun terhenti ketika ia melihat Arin sudah lebih dulu memasang seatbeltnya. Arin menatap lurus ke depan. Berusaha terlihat tenang. Begitu juga dengan Minhyun. Tidak ada pembicaraan antara mereka berdua selama perjalanan. Minhyun sudah tau kalau Arin tinggal di rumah neneknya dulu dari cerita orangtua Arin saat makan malam. Ia melajukan mobilnya menuju alamat tersebut.

Mobil hitam Minhyun berhenti di depan sebuah rumah besar, di suatu komplek perumahan.

Arin tidak sabar untuk keluar dari mobil itu, ia sudah tidak tahan dengan suasana canggung antara keduanya yang dari tadi saling diam.

"Udah 4 tahun ya" tiba-tiba Minhyun mulai bersuara. Arin pun menghentikan keinginannya untuk membuka pintu mobil. Ya, tidak ada salahnya untuk bicara dengan.... calon suaminya ini.

Arin mengangguk pelan menjawab ucapan Minhyun.

"Kamu apa kabar?" tanya Minhyun melirik ke arah Arin.

"Baik" jawab Arin tanpa menoleh ke arah Minhyun.

"Kamu yakin dengan perjodohan ini?" tanya Minhyun lagi.

"Kenapa kamu tanya gitu?" tanpa ia sadari, Arin mengarahkan tatapan sinis ke arah Minhyun.

Minhyun pun kaget dengan reaksi yang diberikan Arin atas pertanyaannya.

"Kamu minta waktu dua bulan, buat nyari cara agar perjodohan ini dibatalin kan? Ya udah, gapapa kok. Ga usah basa basi nanya aku" balas Arin ketus.

Minhyun tersenyum melihat reaksi Arin yang menurutnya berlebihan.

"Rin" panggil Minhyun lagi

"Aku juga ga mau dijodohin sama kamu Minhyun. Aku masih muda, masih 23 tahun. Mimpi aku sebagai pelukis masih panjang. Tenang aja, aku juga mendukung kok kalo kamu mau ngebatalin perjodohan ini" jelas Arin lagi.

Arin membuka pintu mobil dan berjalan masuk menuju rumahnya.

"Kamu ga berubah Arin, mengambil kesimpulan sebelum ngasih kesempatan orang lain buat ngomong" ucap Minhyun sendiri di mobilnya. Namun bibir Minhyun malah tidak henti-hentinya tersenyum.

"senang bisa ketemu kamu lagi, Arin"





jangan lupa vote dan comment :)

Kesalahan Kedua | Hwang MinhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang