Sapulu lima

12 0 0
                                    

Saat Cindy sampai di rumahnya bersama Hwan, ia memilih masuk kamar dan beristirahat tanpa menemui ayahnya. Rasanya tubuh dan batinnya lelah dengan semua yang terjadi.

Hwan yang sudah melihat gadisnya masuk kamar dan beristirahat memutuskan pulang ke Penthouse miliknya, semalaman ia terjaga. Sebelum pulang, ia menemui calon mertuanya dan melaporkan bahwa Cindy sudah di kamar.

---------------------

"Sebentar lagi liburan semester, Dad. Aku ingin ke Indonesia. " kata Indriana di ruang keluarga sambil menonton tv bersama Ayahnya.

"Hm, baiklah." jawab Jerry sambil mengusap rambut Indriana.

"Aku pulang" teriak Richard memenuhi ruang keluarga. "Kemana Mommy?"

"Arisan." jawab Indriana dengan tatapan tetap ke tv.

Richard sudah merebahkan diri di sofa, melepas lelah sehabis pemotretan.

"Tuan, makan siang sudah siap." lapor salah satu maid.

"Terimakasih." jawab Jerry. "Ayo, kita makan." ajak Jerry kepada kedua anaknya dan disambut oleh Indriana yang sudah berdiri di samping Ayahnya.

"Aku nanti saja, Dad. Masih lelah"

"Baiklah."

Di meja makan

"Kau tidak memberi tahu abang-abangmu jika akan ke Indonesia, Princess?" kata Jerry membuka percakapan.

"Nanti saja, Dad."

"Daddy sudah mengingatkan yah, jangan sampai kau tidak dapat izin dari abang-abangmu. Daddy tidak ingin mendapat amukan dari mereka, percayalah mereka lebih menyeramkan dari zombie ketika marah." jelas Jerry, mendengar itu Indriana hanya terkekeh.

Ferry masuk ke ruang makan dan menarik satu kursi.

"Apa sudah tidak ada pekerjaan, bang?" tanya Indriana.

"Ada meeting nanti jam 3 dan masih ada waktu untuk makan di rumah."

"Kemana Mommy?" tanya Ferry.

"Arisan." jawab Indriana. "Bang?"

"Hm?"

"Aku ingin bertanya."

"Apa?"

"Apa benar Cindy pacar abang?"

Ferry sontak menatap Indriana dan Jerry pun yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut melihat ke Indriana.

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?"

"Hm, tadi ada gosip di kelasku. Bahwa calon tunangan Cindy marah-marah."

Ferry yang mendapatkan informasi itu diam.

"Aku tak tahu mana yang harus ku percaya."

Ferry menghembuskan nafas panjang, dan Jerry menatap anak sulungnya itu.

Tidak menjawab, Ferry bangkit dan meninggalkan ruang makan.

"Apa aku salah, Dad?"

Enggan menjawab Jerry hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan ia pun tak mengerti.

Di ruang kerjanya Ferry diam di bangku kebesarannya, dengan mata melihat ke dokumen berisikan informasi Cindy. Ia mencoba mencerna perkataan Indriana, ia juga bingung apa yang sedang terjadi dalam dirinya.

'Aku kenapa???!!' batin Ferry sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

----------------

"Nak, jangan lari-lari nanti kamu jatuh" suara yang begitu merdu, yang selalu mengantarkan putri kecilnya tidur.

"Mom, aku lapar." kata si anak gadis yang sedang memegang boneka taddy bearnya.

"Sebentar sayang, sedikit lagi selesai."

"Apa daddy masih lama, mom?"

"Sebentar lagi pulang."

Toktok

"Tolobg buka pintunya, sayang"

Anak gadis itu berlari menuju pintu rumahnya yang sederhana.

"Paman siapa?"

Seorang pria tampan gagah dan seringai tercetak di bibirnya.

"Apa ada ayah dan ibumu, nak?"

"Mooomm" teriak gadis itu.

"Siapa, nak?" setelah berjalan menuju ruang tamu. Betapa terkejutnya wanita itu setelah lama tak melihat pria di depannya.

"Apa kabarmu Martha?" suara bariton pria itu menyapa wanita yang memucat.

"Mau apa kau kesini, brengsek!"

"Menemui putriku?"

"Dia bukan putrimu!"

"Tak kau izinkan aku masuk?"

"Pergi!!!!!" teriakan ibunya membuat gadis kecil itu menangis sambil berlari memeluk ibunya.

"Akan ku selesaikan apa yang aku mulai, bawa wanita itu!" perintah pria itu kepada 4 anak buahnya.

"Lari Cindy! Jangan sampai kau tertangkap!" perintah ibunya sambil mendorong Cindy menuju pintu belakang.

"Mommyyyy" suara isakan tangisnya terus terdengar sambil ia berlari.

Wanita itu mengunci pintu belakang dan mengambil pisau.

"Pergi!!! Jangan coba mendekat!!!"

"Bunuh dia!" perintah pria itu lagi.

Doorrr

Suara tembakan terdengar dan hanya itu yang terdengar oleh Cindy kemudian ia jatuh pingsan di hutan belakang rumahnya.

"Aaaaakkhhh" teriakan Cindy membangunkannya dari mimpi buruknya dan air mata mengalir deras membasahi pipinya.

Ingatan yang akan terus membekas dan menyakitkan bagi Cindy, ia menutup segala kesakitannya dengan keceriaan yang selama ini di tunjukan. Dan ia sangat merindukan keluarga harmonis yang ia pernah rasakan dahulu.

-----------------

Sedangkan pria yang duduk santai memandangi pantai pandawa di bali sambil tenggelam di dalam pikirannya.

"Maaf tuan mengganggu" lapor salah satu anak buahnya.

"Laporkan." perintah pria itu

"Kami telah menemukan lokasi nona Cindy."

"Dimana?"

"Los Angels, tuan. Pria itu sudah jadi mafia yang cukup ditakuti di dunia hitam."

"Hahahaha, menarik." seringai muncul di bibirnya.

"Hancurkan semua bisnis dan semua mafia yang bekerja sama dengannya, jangan sampai terlihat." perintah pria itu, "dan ini saatnya Jhens beraksi."

Setelah mendapat perintah itu, anak buahnya langsung menghubungi seseorang untuk memberikannya tugas.

--------------

"Jhens..." panggil Jessi di sebuah apartement milik Jessi.

Pria yang di panggil namanya menoleh dan senyum mengembang di wajahnya. "Yes, babe?"

"Sibuk sekali, aku sudah membuatkan makan malam untukmu."

"Pantas aku mencium bau-bau enak, selesai baca email aku akan menyusulmu."

"Baiklah." kata Jessi sambil mengecup pipi Jhens.

Jhens kembali menatap pesan yang berada di emailnya. Ada pekerjaan yang menunggunya tapi entah perasaannya mengatakan bahwa tugas ini akan sulit untuknya, karena wanita itu adalah orang yang abangnya sukai.

'Ini takkan mudah' batin Jhens menutup laptop dan berjalan menuju dapur.


Butuh penyemangat :(
Sowryyyyy
Happy reading
Gbu

Embun dan Senja (hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang