Gracia Van Wilhelmina
Namaku stefani henzie saat ini aku tengah menempuh pendidikan tingkat atas di salah satu sekolah peninggalan Belanda di kota Bandung. Ngomong ngomong masalah Belanda aku jadi inget masa kecilku saat aku masih tinggal di rumah peninggalan kakek buyutku di kota pendidikan Yogyakarta
Saat itu ketika usiaku 3 tahun aku tinggal bersama nenekku vallary veldman yang sudah mulai sakit sakittan, mamah papahku terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Maklum saja lah keduanya memang seorang perisai pelindung bangsa yang selalu siap siaga menjaga keamanan negri
Perkenalkan papahku Hendrick Louis Veldman seorang kestria baret merah berdarah indo dengan pangkat mayor dan ibuku Laras Sri Diningrat seorang ahli bedah angkatan darat dengan balok 2 dipundaknya
Aku bangga memiliki orang tua seperti mereka yang siap berkorban demi nusa dan bangsa tapi terkadang aku sedih karna tugas silih berganti memanggil keduanya
Pada suatu hari aku tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang usianya 5 tahun lebih tua dariku di taman belakang dekat rumah nenek
Namanya Gracias kulitnya putih pucat, matanya Indah serta rambut pirangnya yang ikat membuatnya terlihat sebagai seorang peri
Semejak itu aku mulai bersahabat dengannya, kata grace rumahnya tak jauh dengan tempat tinggalku dan kedua orangnya merupakan banagsawan Belanda yang sudah lama menetap di Yogjakarta
Setiap hari aku habiskan waktu dengannya mulai dari bersepedah berkeliling komplek, bermain kejar kejaran, mandi bersama dan kadang grace menginap dirumahku
Tetapi tiap kali papa pulang dari tugas grace seperti menghilang di telan bumi.
Persahabatan kami berlangsung hingga aku masuk sekolah dasar. Aku memang tak pandai bergaul seperti anak anak yang lain sehingga aku selalu meyindiri, tapi syukurlah grace selalu menemani ku saat bell istirahat berbunyi. Grace bilang aku berbeda dengan anak anak lain dan mereka menjauhiku karna mereka tak bisa seperti aku dan grace berjanji akan menjadi sahabatku selamanya .
Suatu hari ketika Tuhan memanggil nenek untuk selamanya hatiku hancur sehancur hancurnya, hari hari dilanda sepi, dan kesepian itu bertambah manakala papah dan mamah harus kembali bertugas ditambah lagi Grace yang menghilang seketika. Tiada hari aku lalui tanpa air mata
Jam telah berdenting 6 kali namun mamah dan papah belum juga pulang. Tiba tiba terdengar suara anjing yang sangat bising dari taman belakang yang membuatku penasaran apakah ada maling disana?. Namun dugaanku salah besar ternyata anjing itu seperti memberi tahu bahwa grace telah kembali. Spontan aku peluk tubuh tingginya. Air mata mengalir deras dari mata kami. Grace mengusap air mataku dan berkata " maafkan aku henzie "
Kami berpelukan dengan sangat erat sebagai pelepas rasa rindu. "Henzi..... Kamu dimana nak? " teriakan mamah mengejutkan kami. Grace melepas pelukannya "aku harus pergi henzie" sambil berlalu meninggalkan ku. "Grace mau kemana jangan pergi! " teriak ku tersedu
" ngapain kamu malem malem disini ? Kamu abis nangis ya sayang? " tanya mamah sambil memelukku
"Grace pergi mah"
"Grace siapa dia nak? "
"Dia sahabat henzie mah"
"Loh ko henzi gk pernah bilang sama mamah, emang grace tinggal dimana? "
"Disitu" sambil menunjuk ke sebrang jalan
Mamah menatapku aneh "kamu yakin nak grace tinggal disitu? "
"Yakin mah henzie kan sering main ke rumah grace"
Mamah makin aneh padaku "emang grace itu orang mana sih? "
"Kata grace mamah papahnya orang Belanda dan udah lama tinggal disana"
Mamah tak menjawab lagi dan langsung membawa ku masukDua minggu setelah itu mamah mengundurkan diri dari dunia militer dan papah mendapat surat mutasi ke Bandung. Namun sebelum pindah kebandung papah pernah mengajakku ke rumah kakek sugi dan setelah itu aku merasa seperti dilahirkan kembali
KAMU SEDANG MEMBACA
STS 3: Gracia Van Wilhemina
Teen FictionMenjadi anak dari seorang abdi negara membuatku harus rela di nomor2 dengan tugas Walau sering ditinggal tugas kedua orangtuaku aku tidak merasa sepi karna nenek dan seorang sahabat yang menemani hariku Persahabatan kami yang sudah berlangsung lama...