" Hei Sean...!" Teriak Vannesa. Pemuda itu tetap mengabaikannya dan melangkah cepat menyusuri tangga menuju kamarnya membuat Vannesa berlari mengejarnya. Tapi...
" Brak." Sean tepat membanting pintu di depan wajahnya. Terkadang sikap Sean seperti asing pada Vannesa, padahal mereka sudah memiliki seorang putra.
" Seaaaannn!!"
" Krek krek"
" Buka pintunya! Ini kamarku! Jangan menguncinya! Aku mau bicara!!" Teriak Vannesa berkacak pinggang
Tapi...
Di dalam sana, Sean malah membaringkan tubuhnya. Dia mengacak rambutnya frustasi
" Aby bagaimana dia bisa mengatakan hal itu? Dari mana dia bisa menebak kalau Vallen tidak bersamaku? Sial!" Kecamnya mengutuk beberapa kali.
" Seaaaannn!!" Suara di luar sana semakin nyaring
Sean meraih bantal lalu menutup telinganya.
" Itu lagi! Gadis manja huft!" Gumamnya kesal.
" Sean!! Buka pintunya! Atau aku dobrak?" Celetuk Vannesa.
Sean tak mendengarkan
Vannesa menarik napas panjang, berusaha mencari akal. Hingga...
" Haloo?" Dia merogoh ponselnya, menyalakan nada dering sendiri, lalu berbicara sendiri dengan ponsel di telinga.
" Apaaaa?? Kau menemukan anakku??" Teriak Vannesa pada ponselnya sendiri seraya melirik ke arah pintu.
Dan benar saja, baru beberapa detik...
" Klek."
" Di mana?" Pemuda tampan itu membuka pintu dan memunculkan wajahnya di hadapan Vannesa yang berkacak pinggang.
" Apanya yang di mana?" Tanya Vannesa meletakkan ponselnya di saku kemejanya.
" Anakku di mana?" Tanya Sean excited
" Oh kau sadar kalau anakku itu anakmu?"
" Vannesa jangan bercanda! Di mana dia?"
" Diaaa...??" Vannesa mengangkat sebelah alisnya
Sean memalingkan wajahnya
" Anak.. kita." Ucapnya pelan
" Apa? Aku tidak dengar?" Senyum Vannesa.
" Kau membohongiku? Di mana Oswald?" Tekan Sean dengan alis bertaut
" Hanya daddy yang tau, makanya beri tau aku di mana daddy?" Vannesa mendorong bahu Sean yang sudah memerah kesal mukanya lalu melangkah masuk begitu saja. Hingga...
"HEI!!"
" Aawh." Vannesa mengeluh saat lengannya di rengkuh kasar.
" Jangan berani mencandaiku seperti anak kecil!" Tunjuknya
" Kau sudah tahu kan kalau aku anak kecil, kenapa masih menghamiliku?" Balas Vannesa membuat Sean seakan mengepulkan asap tebal
" Kau!!"
" Mau marah? Marah aja terus biar cepat tua!" Ujar Vannesa mengangkat sebelah alisnya
" Percuma saja bicara denganmu, menyebalkan!" Tekan Sean kemudian melepas genggamannya lalu melangkah dan duduk di meja kerjanya memalingkan wajah, membuat Vannesa tersenyum memperhatikan dia yang mengacak rambut legamnya stress
" Hai Sean!" Panggilnya kemudian menutup pintu dan melangkah mendekat.
" Sean! Kau tuli ya?" Panggilnya lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath and Heart ( Mr. Elegant )
RomanceKarna 1000 halamanpun tidak cukup untuk menggambarkan betapa aku mencintaimu Normalnya, didalam sebuah cinta, pasti ada hati dan napas yang menjadi satu. Tapi dalam Breath and Heart ada 4 kisah yang menyatu jadi satu. Merekalah napas dan hati seluru...