VOTE VOTE VOTE
Pencet 🌟 jangan lupa!
Happy Reading.
***
Jam olahraga selesai dan seluruh murid Administrasi Perkantoran bubar menuju kelas dengan berbagai macam cara, seperti; berjalan, melesat ataupun ngesot, yang ini benar-benar sudah kehabisan tenaga karena kami baru saja bermain lari cepat di lapangan dan untuk murid satu ini, Alip ia benar-benar melesat. Menghampiri tempat duduknya. Jingga terdiam dengan keanehan yang ia lihat, walau ia hanya melihat seseorang yang sedang minum.
"Glek... Glek... Ahhh." Itu Iki dan Jupe. Mereka memang sekawanan cowok kurang kerjaan yang menatap orang minum dengan backsound menyerupai orang minum, itu lucu tapi juga menyebalkan, Alip hanya cengengesan dan meminum kembali isi botolnya.
"Nad, Alip minum botol nya keganjel idung." Gumam Jingga tepat di sebelah Nadiol yang sedari tadi menatap Alip minum. Jadi Alip perlu mendongak untuk menggapai air di dalam yang semakin surut. Dan itu lucu, setidaknya menurut Jingga.
Alip itu kecil dan besar di bagian tertentu, seperti; hidung. (Hey, memangnya kalian pikir besar bagian mana?) Mata sipit dan tentunya hidung menjulang tinggi.
Menyaksikan itu, mereka tertawa berjamaah.
Padahal enggak lucu-lucu amat.
***
Hari ini kami memulai kelas 12, cieee, dan wajah-wajah itu terlihat lagi, persahabatan lagi, cinta lagi. Dan saatnya datang guru-guru baru, maksudnya beberapa. Dan beberapa yang baru terlihat seperti tidak bersahabat, untuk murid yang begitu penilai seperti Jingga, ia menyalahkan dirinya sendiri. Sebab guru yang baru masuk ini punya wajah yang sangat luar biasa menipu.
Ia selalu tersenyum dari awal memasuki pintu itu, pintu kelas 12 Administrasi Perkantoran. Begitu anggun berjalan bahkan sangat menarik perhatian saat menaruh bawaannya di atas meja guru. Ia energik mungkin karena ia bertubuh mungil? Dan ya bagian buruknya, ia bukan tipe berbasa-basi, ya perkenalan hampir di tiadakan jika saja Wanto tidak menghalangi nya.
"Baik ibu disini mungkin akan memberitahukan beberapa materi-"
"Bu perkenalan dulu lah, masa nanti panggilnya ibu doang enggak asik dong!" itu Wanto tepat di belakang Jingga dengan wajah 'tai' nya, serta ada senyum paling menyebalkan nya.
Setelah guru itu memperkenalkan dirinya, dan latar belakangnya seperti; kuliah dimana? lulusan apa? Alamat rumah? Dan bla bla bla.
"Saya lulusan LP** jurusan-"
"Saya tau Bu?" Itu Siwa, murid perempuan yang Insha Allah sedang menjalankan hijrah, unjuk tangan, "matematika kan?"
"Iya bener, wah keren lho bisa nebak!" seru guru Matematika itu. Setelahnya ia kembali selanjutnya perkenalannya pada murid-murid yang mendengarkan.
"Jelas banget tau, muka nya kaya rumus" bisik Siwa pada teman sebangkunya, Njenur, yang di sambut tawa.
Dan setelah perkenalan itu benar-benar langsung ke materi, guru ini terlalu disiplin. Dan untuk beberapa murid malas, ini akan membosankan. Guru itu menjelaskan materi dengan detail dan sangat mudah di tangkap ke pendengaran, membuat beberapa murid tergugah untuk lebih memahami dan ya murid-murid berbondong-bondong menarik kursi serta menempatkannya di depan, bisa dibilang tepat di depan guru dan papan tulis. Khusunya untuk para penghuni bangku belakang. Mungkin wajar jika memakai alasan kurang kelihatan atau kurang terdengar suara guru nya. Tapi mereka yang sudah termasuk duduk di bagian depan, Jingga merasa mungkin mereka memiliki gangguan tertentu, bisa jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Story
Short Story"Cerita spontan dengan sedikit sentuhan komedi." Cerita ini bisa dibaca secara acak. #1 - shot 200818 #1 - oneshotstory 240618