empat (end)

645 85 2
                                    

Warning!


Mature Content


***

"Ah sorry, gue kira nggak ada orang." Jae yang terkejut dengan suara seorang perempuan berbalik badan.



And there she was, perempuan yang bisa membuat Jae sekacau keadaannya sekarang. Berada tepat dihadapannya, dengan dress biru cantik membalut tubuhnya, membawa segelas lemon di tangan. Rambut yang dia biarkan untuk digerai itu diterpa angin malam yang dingin, kala itu.


"Gue masuk dulu kalau gitu," katanya dengan canggung.


Semestinya Jae membiarkan perempuan tersebut meninggalkannya kembali merenung di bawah sinar rembulan di tepi kolam renang rumah Dowoon. Pesta di dalam sungguh tidak bisa membuat seleranya bangkit, karena mungkin seleranya akan bertahan pada kriteria yang sama. Kriteria pada perempuan yang memilih orang lain ketimbang dirinya yang lamban ini.


Seharusnya Jae kembali sendirian dan tidak kembali mengungkit perasaannya bahkan ketika dia bertemu dengan perempuan tersebut. Bahkan mungkin seharusnya tidak memiliki keberanian lagi untuk mengusiknya. Namun, itu cuman pikirannya yang mendominasi, tetapi mulut dan hatinya justru berkata lain.


"It's oke, kalau lo memang mau di sini sendiri, gue aja yang pergi," ujar Jae, membuat perempuan tersebut menghentikan niat untuk berbalik.


Rasanya berat sekali hanya untuk sekedar mengulum senyum, bahkan ketika melihatnya seolah sakitnya semakin menjadi-jadi. Jae menjadi orang yang selemah ini adalah tidak dia sukai.


"Jangan!" cegahnya. "Maksud gue, lo duluan di sini, jadi gue nggak masalah kok kalau ada orang lain di sini. Lagian gue nggak begitu suka sendiri. Itupun kalau lo nggak keberatan."


Suara yang berupa cicitan itu sontak membuat Jae menatap lekat sekaligus kebingungan atas repon perempuan tersebut. Membuat pilihan untuk pergi seketika musnah dan beralih untuk tetap di sana.


Mereka berdua terdiam selama beberapa saat, seolah menikmati bergelut dengan pikirannya sendiri. Tidak tau saja, Jae sejak tadi tidak bisa menetralkan hatinya. Dia tidak bisa berkhianat soal perasaannya, tetapi tidak juga dengan persahabatannya. Salahnya memang memendam terlalu lama.


"Lama nggak ketemu, kak, apa kabar?" tanyanya memecah keheningan.


Ada perasaan yang kembali menghangat ketika kaliat tersebut terlontar dari bibir perempuan tersebut, dengan suara yang didominasi suara pesta dari dalam, tetapi masih bisa dia dengar suara khas yang amat dia rindu itu.


"Seperti yang lo lihat, gue lumayan baik." Jae tidak mungkin mengatakan bahwa dia tidak baik dalam keadaan seperti ini.


"Kalau lo? Gimana sama Brian?" Bahkan Jae sendiri tidak mengerti mengapa dia menanyakan hal-hal seperti ini. Jelas akan membuat hatinya kembali sakit.

[✔] Sekali Lagi; Park Jae Hyung (Day6)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang