Jerico Evandra Kaisar. Seorang murid kelas XI-IPA 1 yang sering di panggil Jeka. Tampan, baik hati, dan tidak sombong. Namun, Jeka orang yang pendiam. Memiliki sahabat sejak kelas 5 SD bernama Jeje Erlando Ghaza. Kalau kata Jeje, Jeka itu orang yang labil. Karena terkadang sikap Jeka bisa hangat kepada orang-orang tertentu, tapi Jeka selalu bersikap dingin jika bertemu orang yang menurut Jeka menyebalkan.
Kehidupan Jeka tidak ada yang tahu. Jeje saja yang sudah lama menjadi sahabatnya, tidak tahu dengan jelas bagaimana keadaan keluarga Jeka. Yang Jeje tahu hanya Jeka memiliki satu adik perempuan. Ibunya adalah seorang penulis terkenal dan Ayahnya adalah pemilik perusahaan terbesar yang sedang naik daun. Hanya sebatas itu, dan misi Jeje saat ini adalah menjadi orang yang dipercayai oleh Jeka agar cowok itu bisa lebih terbuka dengan Jeje.
"Je!"
Jeje yang sedang santai berjalan melewati lorong anak kelas sepuluh harus menghentikan langkahnya. Sambil mendengus keras-keras, Jeje menoleh ke belakang dengan wajah bete.
"Apa?"
Jika Jeje boleh menebak, pasti cewek itu hanya titip salam untuk Jeka.
"Ehm, boleh 'kan gue titip salam buat Jeri? Sekalian kasih ini buat dia," kata cewek itu tepat seperti tebakan Jeje sembari memberikan sebuah hadiah untuk Jeka.
Jeje menerima hadiah itu dengan wajah malas. "Sudah 'kan? Gue pergi." Tanpa berniat berlama-lama di koridor kelas sepuluh lagi, Jeje bergegas menuju kelasnya. Karena jika Jeje kembali berjalan santai, tidak menutup kemungkinan Jeje akan menjadi kurir pengantar salam dan hadiah.
Dan Jeje sebal karena itu.
(**)
"JEKA!"
"Hm."
Jeje melempar kotak yang tadi di tangannya tepat jatuh ke pangkuan Jeka. Lalu duduk di samping Jeka dengan perasaan kesal.
"Apa lagi ini? Dari adek kelas lagi?"
Jeje mengangguk. Lalu mengeluarkan ponselnya.
Jeka menatap kotak yang saat ini ia pegang dengan bimbang. Sebenarnya hadiah seperti ini sudah terlalu banyak di lokernya. Mungkin tidak akan muat bila kotak ini ia masukan juga ke lokernya. Jadi, lebih baik Jeka berikan kepada orang lain daripada Jeka buang, 'kan sayang-sayang.
Jeje sudah bersiap di tempatnya. Kalau-kalau Jeka ingin memberikan hadiah dari adik kelasnya itu kepadanya, ia ingin menolak. Lagi pula itu 'kan untuk Jeka bukan untuk Jeje!
"Ini buat--"
"NO! That gift only for you, Jeka. Not for me," potong Jeje sebelum Jeka berhasil menyelesaikan kata-katanya.
Jeka mengerutkan dahinya bingung.
Jeje mendengus lagi, kemudian kembali bermain dengan ponselnya.
"Je, ini emang buat gue, tapi gue udah banyak dan gue cuma mau lo kasih ini ke Kakak lo. Sayang-sayang 'kan kalo gue buang," ungkap Jeka sambil meletakan kotak hadiah itu di hadapan Jeje. Jeka tersenyum kecil menahan tawanya saat Jeje buru-buru memasukan kotak itu ke dalam laci meja.
Jeka kembali pada buku-bukunya. Sempat mengecek jam di atas papan tulis di depan kelas, Jeka kembali berkutat dengan soal-soal matematika di depannya. Setidaknya masih ada lima menit sebelum guru pelajaran pertama masuk dan Jeka kembali harus menunda pekerjaannya yang belum tuntas.
(**)
ANNYEONG YEOROBUNN!!
KALI INI SAYA BAWA CERITA BANGTAN, TAPI NAMA2 NYA SAYA GANTI BIAR LEBIH ENAK AJA GITU, HEHE..
OH IYA, BETEWE MUNGKIN AKAN SLOW UPDET JADI STAY TUNE AJA YAA:,)
SALAM DARI BANGTAN ADDICT,
DN.
YOU ARE READING
Like Me & You
Подростковая литератураJeka suka sama Gita, Jeje juga suka sama Gita. Tapi, Gita lebih milih Jeje ketimbang Jeka. lalu, bagaimana dengan Gisela? *Dibuat pada 12/06/2018