"Seul, hari ini boleh nitip dan minta tolong jemput Alena gak?" Tanya Sunbin dari ujung telepon. "Gue tiba-tiba harus pergi ngurusin cabang lain. Gue udah minta tolong sama Jimin, tapi Jimin sibuk."
Gue langsung menjawab, "Boleh kok. Jam berapa Alena pulang?"
"Jam setengah 11 lo jemput di TKnya. Nanti gue kirim alamatnya."
"Oke."
Sebelum setengah 11 gue udah ijin buat jemput Alena.
Sampai di TK, gue langsung menemukan keberadaan Alena. Anak itu sedang bersama teman-teman dan gurunya di depan sekolah.
Melihat gue, Alena melambaikan tangan pada gue yang ada diseberang jalan. Perlahan, Alena melepaskan tangan gurunya. Sementara itu, gurunya tidak sadar karena sedang berbincang dengan seorang wali murid.
Gue panik setengah mati melihat Alena berusaha menyeberang.
"ALENA JANGAN!"
Dan...
BRUUUK!!!
Terlambat.
Anak cantik itu tertabrak motor.
Gue dan guru Alena langsung membawa Alena ke rumah sakit terdekat.
Setelah sampai rumah sakit, gue pun langsung menghubungi Sunbin dan Chanyeol.
"Seul.."
Gue langsung menoleh mendengar Chanyeol memanggil nama gue.
"Chan, Alena..." Ujar gue dengan air mata mengalir.
Chanyeol duduk di samping gue, lalu menepuk pelan pundak gue.
Tak lama kemudian, Sunbin juga datang.
"Sunbin, maafin gue." Ujar gue. "Gue yang salah."
Sunbin menghela napas panjang, lalu memeluk gue. "Gak ada yang salah, Seul. Jangan nyalahin diri elo sendiri."
Seketika gue malu, seharusnya gue menguatkan Sunbin, ini malah Sunbin yang menguatkan gue.
"Mohon maaf, kami kekurangan kantong darah. Ada yang golongan darahnya B?" Seorang suster datang menghampiri.
Raut wajah Sunbin berubah lebih panik.
"Golongan darah saya O.." Gumam Sunbin.
Gue langsung menarik lengan Chanyeol. "Kalo gitu pasti cocok dengan Ayahnya."
"Seul.."
"Cepetan, Alena butuh darah." Gue memotong perkataan Chanyeol.
"Mari bapak, ikut saya." Seru si suster.
"Golongan darah saya A." Kata Chanyeol.
Gue menatap Chanyeol dengan bola mata membesar. Kalau Sunbin bergolongan darah O dan Chanyeol bergolongan darah A, seharusnya Alena bergolongan darah O atau A, bukan B.
"Ibu?"
"Saya A." Jawab gue menjawab pertanyaan si suster.
"Kalo begitu tolong telepon kerabat yang bergolongan darah B ya bu, pak." Kata suster.
Gue dan Sunbin hanya mengangguk.
Gue menelpon orang kantor dan setelah tahu Krystal bergolongan darah B, gue langsung meminta dia segera datang.
Alena sudah di operasi dan sekarang sudah dipindahkan di ruang perawatan.
Anak itu sudah siuman, dan sekarang sedang tidur.
"Lo pulang aja, Seul." Seru Sunbin pada gue.
Gue menggelengkan kepala. "Gue mau nemenin elo aja."
"Gak usah, abis ini Jimin kesini kok." Katanya.
Akhirnya gue menuruti permintaan Sunbin untuk pulang.
"Oh iya, Seul."
Panggilan Sunbin menghentikan langkah gue.
"Mengenai Kak Chanyeol, dia bukan Ayah Alena."
Gue menoleh ke arah Sunbin.
"Emang bener gue pernah hamil anak Kak Chanyeol, tapi bukan Alena."
"Terus Alena?"
"Alena anak gue dengan orang lain. Emang waktu itu gue gak waras, gue tidur sama cowok lain saat baru putus sama Kak Chanyeol." Jelas Sunbin. "Gue baru tahu elo calon istri Kak Chanyeol, tadi dia cerita."
"Sunbin.."
Sunbin memotong perkataan gue. "Gue udah cerita sama Kak Chanyeol kalo Alena bukan anaknya. Lo gak perlu merasa bersalah sama gue atau Alena, karena gue dan Alena bukan siapa-siapa Kak Chanyeol. Gue yang salah, gue gak pernah mau bahas tentang Ayah Alena. Makanya, mungkin Jimin pun menganggap Alena anak Kak Chanyeol. Gue minta maaf.."
"Gue yang minta maaf."
Sunbin menggelengkan kepala. "Gue yang minta maaf, hampir bikin elo dan Kak Chanyeol gak jadi nikah."
Gue keluar ruang perawatan Alena dengan perasaan campur aduk. Gue seneng Alena bukan anak Chanyeol, tapi gue sedih Alena harus sakit lagi.
"Seul."
"Kamu belum pulang?" Tanya gue pada Chanyeol. Gue baru tahu dia nunggu diluar daritadi.
"Gimana Alena?" Tanyanya.
"Udah lebih baik." Jawab gue.
"Kamu mau pulang?" Tanyanya lagi.
Gue mengangguk.
"Aku anterin."
"Chan.. Alena bukan anak kamu."
"Aku sudah bilang, kan?" Balas Chanyeol.
"Maafin aku."
Chanyeol pun memeluk gue. "Jangan minta maaf, yang penting sekarang kamu percaya aku." Katanya. "Jadi nikah kan kita?"
Gue membentak Chanyeol. "Jangan ngomongin itu dulu. Alena lagi sakit."
"Selamat ya, Seul. Selamat Pak Chanyeol. Akhirnya nikah duluan ya lo, padahal gue duluan yang pacaran sama si Jongin nih." Seru Krystal.
"Selamat Seul, ikut seneng." Seru Wendy.
"Cepet nyusul ya sama Taeil." Balas gue.
Segenap rekan kerja gue dan Chanyeol datang dan mereka semua memberikan selamat untuk gue.
"Tante selamaaaat!" Ujar Alena, yang langsung di gendong oleh Chanyeol.
"Makasih sayanggg." Seru gue, sambil mencubit pelan pipi gemasnya.
"Selamat ya kalian. Cepetan bikin adik dong buat Alena." Ujar Sunbin.
"Haha makasih." Balas gue.
"Selamat Seul." Ujar Taehyung.
"Makasih, tae."
"Udah gak jadi orang sial, kan sekarang?" Sambung Jimin.
Gue menggelengkan kepala. "Gue jadi orang paling beruntung sekarang." Balas gue.
"Maaf ya bang, selama ini gue selalu berpikir buruk sama elo." Ujar Jimin pada Chanyeol.
Chanyeol mengangguk, "Gue ngerti. Sekarang gue tau alasannya."
"Semoga hidup kalian selalu bahagia." Ucap Jimin tulus. "Do'ain gue cepet dapet istri juga."
"AYOOO FOTO BARENG DULUUU!"
Yaaaa... Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan di hidup gue.
Gue jadi cewek paling beruntung hari ini.
END
Dah tamat.
Maaf gak bisa bikin ending bagus.
Makasih yang udah baca!
See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
lucky [chanyeol x seulgi x jimin] [complete]
Fanfiction"Gue punya rahasia, yang gue sendiri pun gak tau rahasia itu apa." -Chanyeol "Udah biasa, gue emang selalu sial." -Seulgi "Gue gak mau orang yang gue sayang disakitin lagi." -Jimin