“Kau mau bangun apa tidak, ya!”
Suara itu lagi, oh ayolah aku baru saja menutup mata dua jam yang lalu dan sekarang dia mau membangunkan ku? Oh Lina, kau adalah sahabat yang terburuk yang pernah ku punya.
Ku buka mata ku, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk melalui iris mataku.
Ya dan ku lihat dia seperti biasa, tangannya yang diletakkan di dada dan mukanya yang agak muram. Perlahan ku bangun dari tidurku dan terduduk, mengacak rambutku yang kurasa sudah seperti singa, ck aku harus keramas pagi ini.
“Ada apa? Oh ayolah aku baru tidur dua jam dan kau membangunkan ku,ck.” ucapku sebal dengan mulut yang terus menguap. Ku angkat kedua tanganku dan membusurkan dadaku, astaga pegal sekali.
Lina hanya menggeleng dan menarik tanganku yang membuatku berteriak kencang, semoga yang lain tidak merasa terganggu akan suaraku. Ku tatap Lina dengan pandangan tajam namun ia hanya menghela napas.
“Sudah jam 6 dan kau mau melewatkan acara yang kau sangat tunggu itu hah?” ujarnya dengan nada yang cukup tinggi. Lucu sekali masih pagi dan kita sudah berteriak seperti di hutan saja.
Aku mengacak rambut sekali lagi, acara apa? Sekarang tanggal berapa? Astaga apa aku melewatkan sesuatu?
Lina kembali mendengus, dia membuka mulutnya dan mengucapkan sesuatu yang membuat bola mataku otomatis melebar.
“Acara Bangtan Festa, ck staff macam apa kau ini.”
Dengan kecepatan tinggi ku langsung berlari menuju kamar mandi, mengabaikan rasa sakit karna kakiku tersandung kursi ataupun teriakan Lina yang kesekian kalinya.
“Ya, setidaknya kau bereskan dahulu tempat tidurmu bodoh!”
Ku berlari menuju halte busway dan terus berdoa semoga bus yang ingin kunaiki belum lewat.
Mungkin ini adalah rekor teraneh dalam hidupku, mandi hanya lima menit, berpakaian 10 menit dan menyisir surai coklatku sambil berlari ke halte bus.
Ku lihat beberapa orang sedang berada di halte busway, ah syukurlah bus nya belum datang. Dengan cepat aku menyesuaikan diri dengan keramaian di halte busway pagi ini.
Ku alihkan pandangan ku pada jam di tanganku, ah baguslah masih banyak waktu bagiku untuk sampai kesana.
Aku harus berterima kasih kepada Lina, walaupun agak menyebalkan namun dia masih bersedia membereskan tempat tidurku. Kurasa traktir sesudah acara tidak buruk.
Hampir sepuluh menit menunggu, kudengar peringatan bus berbunyi. Ku hembuskan nafas lega dan memasuki bus saat tiba di perhentian.
Pagi yang cukup menyebalkan dan melegakan.30 menit berlalu, akhirnya aku tiba di halte terakhir sekaligus tempat acaranya diselenggarakan. Dengan semangat aku turun dari bus dan berjalan menuju gedung tempat acara nya akan dilangsungkan.
Seperti yang kuduga, sudah banyak orang yang datang. Kueratkan tali tas ku dan menyapa beberapa orang yang berada di sekelilingku.
Ku berjalan terus menuju ruangan berdinding putih, ku gerakan engsel dari pintu coklat dihadapanku dan ku buka. Ternyata sudah banyak orang disini.
“Hey Rachel, kemarilah.”
Ku edarkan pandangan ku, dan kulihat seseorang melambaikan tanggannya. Wah tidak biasanya. Omong omong dia teman seperjuangan ku, Dion namanya.
“Ah ya Dion tunggu sebentar.” kataku. Ku hampiri dia, dan seperti biasa dia sudah merepotkan diri dengan segala peralatan untuk lightning.
Ku berjongkok mencoba untuk mensejajarkan diri dengannya.
“Tumben sekali kau sudah datang, uh lucunya.” ucapku sambil mengacak surai orange terangnya. Dan itu mengingatkanku akan buah jeruk, ah aku melewatkan sarapan pagi ku lagi.Dion tertawa sekilas dan menatapku, “Kau pikir jika aku datang siang lampu ini akan beres sendiri, eh?”
Mendengar hal itu ku terkekeh, benar juga acara ini menggunakan gedung yang besar dan kami hanya di beri waktu sampai jam makan siang untuk menyelesaikannya.
“Yasudah kalau begitu ku tinggal dulu, sampai bertemu saat jam makan siang.” Dion pun menatapku sekilas dan kembali menyibukan diri dengan peralatannya lagi.
Ku lanjutkan kembali perjalanan ku menuju ruang make up yang terletak tak jauh dari ruangan Dion tadi.
Saat tiba aku menghembuskan nafasku, bagaimana tidak yang ku lihat hanya ada satu juniorku yang sibuk sana sini tanpa ada yang lain. Ck kemana orang orang ini.
“Apa yang lain belum tiba?” ucapku sambil menaruh tas ku di sebuah meja dan menghampirinya. Dia nampak terkejut dan terengah namun berusaha tersenyum kepadaku.
“Ah itu, katanya kak Saron dan kak Dina sedang mengambil pakaian untuk nanti malam. Kalau kak Bella dan kak Chessy sedang mengambil alat make up dan memanggil coordi noona.” jelasnya sambil mengatur napasnya.
Kasihan sekali anak ini padahal sudah jelas semuanya sudah disiapkan kemarin, ck awas saja kalau kalian bertemu dengan ku.
Ku pegang bahunya perlahan, “Yasudah kalau begitu kau istirahat saja dulu. Dan sarapan saja dulu. Wajahmu agak pucat pagi ini.”
Sepintas ia terkejut setelahnya ia tersenyum dan mengangguk, “Terima kasih kak Rachel kau yang terbaik.” ujarnya sambil menunjukan jempolnya yang agak imut.
Ku acak surainya sekilas dan tertawa. “Lima belas menit kau harus kembali ke sini lagi, paham?”
Sekali lagi ia mengangguk dan dengan sopan ia pergi dari hadapanku. Aku pun tersenyum sekilas dan langsung mengambil handphone putih dari tas ku.“Saron, Dina, Bella, Chessy bersiaplah hidupmu tidak akan tenang setelah ini.”
Tak terasa waktu bergulir dengan cepat, pukul 09:30 pagi. Masih beberapa jam lagi untuk jam makan siang. Aku dan Cella pun sudah menyelesaikan bagian kami. Ku ajak dia untuk duduk di sebelahku dan mengobrol dengannya.
Aku berterima kasih kepadanya karna jika dia tidak membawa roti dan susu strawberry kesukaan ku mungkin aku akan pingsan di sini.
Ku lihat seseorang datang, aku pun langsung memberinya salam begitu pun dengan Cella.
“Kalian yang terbaik. Sudah menyelesaikan perkerjaan kalian sepagi ini. Kurasa akan ada tambahan bonus di rekening kalian.” ungkapnya yang membuatku dan Cella tersipu malu.
Ya dia adalah Sonya Kim, seniorku sekaligus ketua acara ini. Aku dengannya cukup dekat begitu pun Cella. Kami sering menghabiskan waktu bersama di apartemen miliknya.
Dia menghampiri Cella dan mengacak surainya lembut, “Tak salah aku menempatkan mu disini, Cell.” katanya dan membuat Cella tersenyum malu.
Dan seperti biasa kak Sonya langsung mengampit kepalaku di lengannya, percayalah ini lumayan sakit. “Kau adalah harta ku yang paling ku sayang, Rachel.”
Aku sedikit menjerit dan langsung mencubit pinggangnya yang membuatnya melepaskan kepalaku dari lengannya.
“Kak jika kau seperti ini terus kurasa kepalaku akan terlepas dari tubuhku, ck.” ucapku yang malah dibalas tertawa oleh Kak Sonya dan Cella. Menyebalkan.
Kak Sonya menghentikan tertawanya, “Baiklah aku tidak akan mengulanginya lagi, jangan cemberut gitu kau semakin jelek hahaha.”
Tak lama pintu terbuka dan menampakan empat orang yang terengah dan terburu buru. Aku menatap kak Sonya, “Kak, saatnya berburu.”
Kak Sonya pun menyeringai dan menghampiri keempat orang itu dan membawa mereka keluar. Aku mengalihkan pandanganku ke Cella,
“Jangan menatap iba kepada mereka, mereka pantas mendapatkannya.” Dan Cella hanya mengangguk kepadaku.
Holla, perkenalkan namaku Joyie dan aku penulis baru disini. Inilah karya pertamaku. Pada part ini aku hanya ingin menampilkan full tentang si karakter utama, untuk adegan romancenya akan ku tampilkan part selanjutnya.
Tolong kritik dan saran kalian akan tulisan ku karna itu akan sangat membantuku dalam menulis disini. Maaf jika ceritanya sangat mainstream atau tidak sesuai dengan harapan kalian.
Kuharap kalian menikmati cerita ku terus ya.....
Dan jangan lupa jejaknya, terima kasih.......Fin Part 1
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wall Between Us
FanfictionSemua hanya berawal di suatu senja yang menenangkan, dimana kita saling berpandangan satu sama lain, saat itu lah aku merasa bahwa ini adalah satu dari sejuta kesalahanku. Imagine of Jungkook BTS