"Seungmi sayang! apa kau sudah memotong rumput di halaman depan?" Suara nyaring sang Ibu terdengar dari arah dapur.
Seorang gadis yang sedang asyik menorehkan pensilnya diatas kertas gambar itu menggerutu pelan mendengar namanya terpanggil. Ia meletakan pensilnya di atas kertas gambar dan segera berdiri.
"Ya, sebentar!" sahutnya.
Satu tangannya mengambil sebuah gelang karet dan mengikat rambut panjang bergelombangnya dengan asal, lalu keluar kamar dengan langkah tergesa. Sekilas sudut matanya menangkap sosok perempuan yang sedang duduk berselonjor kaki di sofa ruang keluarga, tak lain adalah sang kakak sedang yang sedang membaca sebuah novel.
"Kenapa Ibu tidak pernah menyuruh Seunghee memotong rumput, huh?" omel Seungmi, dengan kedua alisnya yang beradu. Seungmi yang bertubuh lebih atletis daripada Seunghee selalu mengambil alih pekerjaan laki-laki saat Ayah tidak ada di rumah.
Terdengar samar-samar suara Seunghee menimpali omelan adiknya. "Seorang pianis tidak bisa melukai tangannya, Seungmi sayang."
Marry Kim, sang Ibu dari dua gadis kembar Oh itu tertawa kecil melihat salah anak gadisnya mengerucutkan bibir pertanda kesal, meski tetap pasrah mengambil gunting rumput dari gudang. Tangannya yang mulai berkeriput itu mengusap rambut hitam bergelombang putri bungsunya dengan lembut. "Nanti Ibu buatkan jus melon kesukaanmu, ya?"
Seungmi menghela napas panjang. Ia memicingkan matanya ke arah Seunghee yang sedang berseri-seri dengan buku novelnya. Anak itu selalu berlindung dibalik kemampuan bermusiknya. Padahal bisa saja ia beralasan tidak mau melukai tangannya karena sedang menggambar.
"Aku ini Seungmi-derella ya, Bu? Anak tiri Ibu?" ketusnya.
Bibir Seungmi semakin mengerucut maju saat mendengar Seunghee terkikik pelan karena omelannya itu.
"Aish, kau mulai lagi." Sang Ibu mencubit pipi agak berisi gadis bungsunya. "Ayo, cepat. Sebelum terlalu siang!"
***
Gadis itu memotong helai demi helai rumput liar di halaman depan rumahnya sambil terus menggerutu. Pukul setengah sebelas siang di musim panas adalah waktu yang kurang tepat untuk memotong rumput. Panasnya mentari membuat kulit putihnya kemerahan karena terbakar. Rasanya sunblock yang ia pakai sudah tidak ada gunanya.
"Seungmi!"
Sebuah suara merdu menginterupsinya, suara lelaki di balik pagar satu meter rumahnya. Spontan Seungmi berdiri, mendapati lelaki itu melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum lebar, membuatnya spontan ikut tersenyum dan melambaikan gunting rumput di tangannya.
Gadis manapun di dunia ini akan ikut tersenyum saat mendapatkan sapaan ramah dari seorang lelaki super-tampan ini. Tetesan keringat yang sedang bercucuran di tubuh atletisnya terlihat menyegarkan bagaikan segelas jus melon dingin di tenggorokan keringnya.
"Oppa!" Seketika Seungmi menyahutnya dengan nada sedikit manja.
Dia adalah Lee Minhyuk, tetangganya yang paling tampan. Seorang pelatih sepak bola di SMA-nya dulu. Rumahnya hanya terhalang satu petak dari rumah Seungmi. Kini lelaki itu masuk ke halaman rumah Seungmi dan menghampirinya.
"Mau kubantu?" tangannya sudah siap mengambil alih gunting rumput dari tangan Seungmi.
"Tidak usah. Kau pasti kelelahan." Gadis itu berbasa-basi.
"Eits, ini bukan apa-apa." Ia mengambil gunting rumput dari tangan Seungmi dengan lembut sambil melemparkan kedipan sebelah mata mautnya. "Kau punguti saja rumput-rumputnya dan masukkan ke trashbag, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
B[L]ACKSTREET
Fiksi PenggemarDua orang introvert yang saling jatuh cinta, tentu mereka hanya ingin dunia dimiliki berdua saja. Hanya saling menggenggam tangan saat tidak ada siapa-siapa. Hanya berpelukan ketika gelap tiba. Hanya mereka. Tapi tidak selamanya itu akan menjadi rah...